Sabtu, 13 Desember 2014

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

museum_1378971994.jpg
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan salah satu tempat wisata menarik di Palembang, Sumatra Selatan. Bangunan itu kaya akan histori karena dulunya berfungsi sebagai keraton kesultanan.
Bangunan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II tampak megah di kawasan wisata Benteng Kuto Besak yang letaknya tepat di tepi Sungai Musi. Bangunan berarsitektur Eropa ini mulai dibangun pada 1823 hingga 1825. Seiring berjalannya waktu, bangunan ini memiliki sejarah yang sangat panjang.
Nama Sultan Mahmud Badaruddin II diabadikan menjadi nama museum untuk mengingat dan menghargai jasanya bagi kota Palembang. Museum ini berdiri di atas bangunan Benteng Koto Lama yang disebut juga Kuto Tengkurokato Kuto Batu. Benteng ini habis dibakar oleh Belanda dan kemudian di atasnya dibangun gedung tempat tinggal Residen Belanda yang sekarang menjadi museum.
Sebelum menjadi museum, bangunan ini digunakan untuk berbagai kepentingan. Pada Jaman Jepang (1942-1945) gedung ini dipakai sebagai markas Jepang. Setelah proklamasi dijadikan Teritorium II Kodam Sriwijaya, kemudian ditempati oleh Resimen Induk IV Sriwijaya yang kemudian berpindah pengelolaanya pada pemerintah Kota Palembang, sebelum akhirnya menjadi museum.
Koleksi
Koleksi museum berjumlah 368 buah yang berupa koleksi arkeologi, etnografi, biologi, keramik, senirupa, dan numismatik. Beberapa benda yang terdapat di museum ini, seperti Arca Ganesha yang merupakan salah satu dewa Hindu. Arca dari batu andesit ini ditemukan di situs Pagaralam, tak jauh dari Candi Angsoko. Arca Ganesha memiliki tinggi 175 centimeter yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 Masehi.
Kain songket khas Palembang pun ada di museum ini. Kata “songket” sendiri berasal dari kata tusuk dan cukit yang lazimnya disebut dengan sungkit. Sejak zamna dahulu, kain songket ini sudah menjadi kebanggaan warga Palembang, bahkan menjadi status sosial tertentu. Songket digunakan pada saat upacara-upacara adat resmi, penyambutan tamu agung, dan mas kawin dalam pernikahan masyarakat Palembang, seperti dikutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang.
Ada juga Pangkeng Penganten, sebuah ruangan yang dipamerkan sebagai kamar pasangan pengantin yang baru menikah. Kamar ini dilengkapi dengan peti pengantin, bantal susun, langsi penetak, selisir, dan kaca hias. Sementara itu, untuk berbagai kerajinan, di museum ini terdapat piring batu atau dulang yang digunakan saat acara pernikahan adat Palembang. Desain dulang masih terinspirasi dari China, terlihat dari gambarnya yang berupa ikan dan bunga. [MN]
 

0 komentar:

Posting Komentar