Museum
Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan salah satu tempat wisata menarik
di Palembang, Sumatra Selatan. Bangunan itu kaya akan histori karena
dulunya berfungsi sebagai keraton kesultanan.
Bangunan
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II tampak megah di kawasan wisata
Benteng Kuto Besak yang letaknya tepat di tepi Sungai Musi. Bangunan
berarsitektur Eropa ini mulai dibangun pada 1823 hingga 1825. Seiring
berjalannya waktu, bangunan ini memiliki sejarah yang sangat panjang.
Nama
Sultan Mahmud Badaruddin II diabadikan menjadi nama museum untuk
mengingat dan menghargai jasanya bagi kota Palembang. Museum ini berdiri
di atas bangunan Benteng Koto Lama yang disebut juga Kuto Tengkurokato
Kuto Batu. Benteng ini habis dibakar oleh Belanda dan kemudian di
atasnya dibangun gedung tempat tinggal Residen Belanda yang sekarang
menjadi museum.
Sebelum
menjadi museum, bangunan ini digunakan untuk berbagai kepentingan. Pada
Jaman Jepang (1942-1945) gedung ini dipakai sebagai markas Jepang.
Setelah proklamasi dijadikan Teritorium II Kodam Sriwijaya, kemudian
ditempati oleh Resimen Induk IV Sriwijaya yang kemudian berpindah
pengelolaanya pada pemerintah Kota Palembang, sebelum akhirnya menjadi
museum.
Koleksi
Koleksi
museum berjumlah 368 buah yang berupa koleksi arkeologi, etnografi,
biologi, keramik, senirupa, dan numismatik. Beberapa benda yang terdapat
di museum ini, seperti Arca Ganesha yang merupakan salah satu dewa
Hindu. Arca dari batu andesit ini ditemukan di situs Pagaralam, tak jauh
dari Candi Angsoko. Arca Ganesha memiliki tinggi 175 centimeter yang
diperkirakan berasal dari abad ke-9 Masehi.
Kain
songket khas Palembang pun ada di museum ini. Kata “songket” sendiri
berasal dari kata tusuk dan cukit yang lazimnya disebut dengan sungkit.
Sejak zamna dahulu, kain songket ini sudah menjadi kebanggaan warga
Palembang, bahkan menjadi status sosial tertentu. Songket digunakan pada
saat upacara-upacara adat resmi, penyambutan tamu agung, dan mas kawin
dalam pernikahan masyarakat Palembang, seperti dikutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang.
Ada
juga Pangkeng Penganten, sebuah ruangan yang dipamerkan sebagai kamar
pasangan pengantin yang baru menikah. Kamar ini dilengkapi dengan peti
pengantin, bantal susun, langsi penetak, selisir, dan kaca hias.
Sementara itu, untuk berbagai kerajinan, di museum ini terdapat piring
batu atau dulang yang digunakan saat acara pernikahan adat Palembang.
Desain dulang masih terinspirasi dari China, terlihat dari gambarnya
yang berupa ikan dan bunga. [MN]
0 komentar:
Posting Komentar