Perahu
dibuat oleh kelompok dalam masyarakat yang memiliki keahlian dalam
membuat perahu. Berdasarkan teknik pembuatannya, perahu dibagi menjadi
dua jenis, yaitu perahu lesung dan perahu papan/gading-gading. Contoh
perahu lesung antara lain perahu congkreng di Pelabuhan Ratu, Sukabumi
dan jukungkayu di Pangandaran, Ciamis. Adapun perahu papan atau
gading-gading adalah perahu compreng, sope, dogol, dan kapal motor di
pantai utara Jawa dan perahu payang, bleketek, dan kapal diesel di
pantai selatan Jawa.
Perahu Lesung
Material
utamanya adalah sebuah gelondongan kayu yang bulat lurus dengan ukuran
diameter dan panjang disesuaikan dengan ukuran perahu yang diinginkan.
Kayu yang sudah disiapkan kemudian dikeruk bagian dalamnya hingga
mencapai kedalaman tertentu. Seluruh dinding perahu/bagian tepi
gelondongan kayu itu harus memiliki ketebalan yang sama. Bagian dasar
perahu dikeruk hingga membentuk potongan menyerupai U atau V.
Selanjutnya salah satu bagian ujung gelondongan kayu itu dipapas untuk
dijadikan bagian buritan perahu, sedangkan bagian ujung lainnya dibuat
lancip sebagai bagian haluan. Perlu diperhatikan bahwa dinding perahu
harus memiliki ketebalan yang sama agar perahu tidak mudah retak karena
pemuaian yang tidak sama.
Tahap
berikutnya adalah penyiapan bagian dalam badan perahu dengan cara
meletakkan papan untuk dudukan tiang layar, tempat duduk, serta
peletakan cadik yang melintang di bagian atas badan perahu. Tahap
selanjutnya adalah adalah pelapisan dinding bagian dasar dengan
menggunakan cat atau ter dan kemudian dilakukan pengecatan dinding
perahu. Pada tahapan akhir inilah perahu dihias sesuai selera pembuat
atau pemilik perahu.
Perahu Papan/Gading-gading
Jenis
perahu ini material utamanya tidak hanya satu gelondongan kayu saja.
Ini merupakan kumpulan balok kayu dan papan yang dirangkai. Sebagai
sebuah perahu dengan rangka, ukuran besar perahu tersebut tidak terbatas
hanya oleh ukuran sebuah gelondongan kayu saja.
Tahapan
pembuatannya dimulai dengan penyiapan balok kayu untuk dijadikan lunas
atau bagian dasar badan perahu. Selanjutnya adalah pe nyiapan rangka
bagian depan dan belakang. Kemudian diikuti dengan penyiapan
gading-gadingatau rusuk perahu dan terakhir adalah penempelan dinding
perahu. Diketahui pula bahwa dalam tahapan yang terakhir dise butkan ada
perbedaan waktu pengerjaan terkait dengan jenis perahu yang diinginkan.
Dalam pembuatan jenis perahu comprengdan sopemisalnya, yang ukurannya
cenderung kecil, penyusunan papan sebagai lam bung perahu dilakukan
terlebih dahulu dan kemudian diikuti dengan penem patan
gading-gading/rusuknya. Berbeda halnya dengan pembangunan jenis perahu
kapal motor dan kapal diesel yang ukurannya lebih besar. Gading-gading
atau rusuk dibangun terlebih dahulu dan baru menyusul penyusun an papan
bagian dindingnya.
Untuk
mendapatkan bentuk bangun perahu yang serasi dalam menghubungkan bagian
haluan dan buritan, maka dalam pembentukan lambung perahu, papanpapan
yang ada dibuat lengkung. Caranya adalah dengan memanasi papan-papan itu
satu-persatu, dan bagian ujung-ujungnya dibebani dengan batu selama
berjam-jam sampai mendapatkan bentuk lengkung yang sesuai.
Pemasangan
papan dinding perahu dilakukan dengan menyambungkan papan dengan papan
dan papan dengan gading-gading. Pemasangan dilakukan dengan memanfaatkan
pasak-pasak kayu pada bagian yang telah dibor. Selanjutnya sambungan
antar papan dirapatkan dengan menyisipkan potongan-potongan kulit kayu
gelam (Melaleuca leucadendra) yang selanjutnya diperkuat dengan dempul.
Selanjutnya dilapis dengan meni atau cat.
Dalam
pembangunan perahu itu, jenis tertentu menginginkan bentuk bagian
serang perahu (bagian atas dari ujung-ujung lunas) yang cukup tinggi dan
besar. Bagian itu kelak dikenal sebagai linggiperahu. Fungsi
linggiadalah menampung semburan air agar tidak masuk ke dalam badan
perahu. Pada jenis perahu compreng, kolek, dogol, dan lainnya bagian ini
merupakan ajang pengekspresian selera seni pengrajin perahu. Cukup
banyak perahu-perahu ber-linggi yang demikian raya dihiasi.
0 komentar:
Posting Komentar