Senin, 08 Desember 2014

Prasasti Talang Tuwo

Prasasti-Talang_Tuo_1414654223.jpg
Prasasti Talang Tuwo pertama kali dikenali sebagai sebuah prasasti oleh Louis Constant Westenek pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang, yang dikenal sebagai tempat peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya.
Keadaan fisiknya masih relatif baik dengan bidang datar berukuran 50 x 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 M), ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa, dan Bahasa Melayu Kuno. Orang yang pertama kali berhasil membaca prasasti ini adalah Van Ronkel dan Bosch.
Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan sebuah taman oleh raja Sriwijaya yang diperuntukan bagi rakyatnya. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa taman itu terletak disebuah tempat yang mempunyi pemandangan indah. Lahan yang digunakan untuk membuat taman ini berbukit-bukit dan berlembah. Di dasar lembah mengalir sebuah sungai yang menuju Sungai Musi.
Taman itu diberi nama Taman Sriksetra, begitulah yang tercantum dalam prasasti yang ditemukan di Dusun Talang Tuwo, Kecamatan Talang Kelapa, Palembang. Berikut adalah terjemahan dari Prasasti Talang Tuwo:
Pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang dinamakan Sriksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda Sri Jayanasa. Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula bambu haur, waluh, dan pattum, dan sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua mahluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan. Jika mereka lapar waktu beristirahat atau dalam perjalanan, semoga mereka menemukan makanan serta air minum. Semoga semua kebun yang mereka buka menjadi berlebih (panennya). Semoga suburlah ternak bermacam jenis yang mereka pelihara, dan juga budak-budak milik mereka. Semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa karena tidak bisa tidur. Apa pun yang mereka perbuat, semoga semua planet dan rasi menguntungkan mereka, dan semoga mereka terhindar dari penyakit dan ketuaan selama menjalankan usaha mereka. Dan juga semoga semua hamba mereka setia pada mereka dan berbakti, lagi pula semoga teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan semoga istri mereka bagi istri yang setia. Lebih-lebih lagi, di mana pun mereka berada, semoga di tempat itu tidak ada pencuri, atau orang yang mempergunakan kekerasan, atau pembunuh, atau penzinah. Selain itu, semoga mereka mempunyai seorang kawan sebagai penasihat baik; semoga dalam diri mereka lahir pikiran Boddhi dan persahabatan (...) dari Tiga Ratna, dan semoga mereka tidak terpisah dari Tiga Ratna itu. Dan juga semoga senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan, dan sabar; semoga dalam diri mereka terbit tenaga, kerajinan, pengetahuan akan semua kesenian berbagai jenis; semoga semangat mereka terpusatkan, mereka memiliki pengetahuan, ingatan, kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh pendapatnya, bertubuh intan seperti para mahasattwa berkekuatan tiada bertara, berjaya, dan juga ingat akan kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya, berindra lengkap, berbentuk penuh, berbahagia, bersenyum, tenang, bersuara yang menyenangkan, suara Brahma. Semoga mereka dilahirkan sebagai laki-laki, dan keberadaannya berkat mereka sendiri; semoga mereka menjadi wadah Batu Ajaib, mempunyai kekuasaan atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan atas karma, kekuasaan atas noda, dan semoga akhirnya mereka mendapatkan Penerangan sempurna lagi agung.”
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti maksud dan tujuan dari dibangunnya Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang. Mungkin pembuatan Taman Sriksetra pada tahun 606 Saka (684 Masehi), sebagaimana tercantum pada prasasti Talang Tuwo, masih merupakan rangkaian manifestasi rasa gembira akibat suksesnya siddhayatra (ekspedisi militer) dua tahun sebelumnya, seperti yang disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit.
Raja Sriwijaya berusaha untuk mensejahtrakan rakyatnya dan menunjukan kebesarana Kerajaan Sriwijaya lewat pembangunan taman ini. Prasasti Talang Tuwo dibuat sebagai pengingat bagi rakayatnya agar tidak lupa kepada rajanya bahwa ia telah berhasil membangun Kerajaan Sriwijaya, dengan bukti pembangunan taman Sriksetra.

0 komentar:

Posting Komentar