Bagi masyarakat Minang, nama serunai atau puput serunai, tak asing lagi. Alat musik ini diduga berasal dari nama shenai. Shenai sendiri merupakan alat musik yang berasal dari Lembah Kasmir di datara India Utara.
Dari sanalah muncul dugaan bahwa serunai atau puput serunai merupakan
perkembangan dari alat musik pungi yang dipakai dalam musik para pemikat
ular tradisional di India karena bentuknya yang hampir serupa, yaitu
memiliki corong di ujungnya.
Alat musik tiup ini dikenal dari
daerah pegunungan sampai pesisir Sumatera Barat. Misalnya, Luhak Nan
Tigo yang meliputi Agam, Tanah Datar, dan Limo Puluah Koto, sedangkan
pesisir, daerah Sumatera Barat sepanjang pantai samudera Hindia.
Alat
yang digunakan untuk puput serunai terdiri dari batang padi, sejenis
kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun kelapa. Untuk bagian penata
bunyi, biasanya bahan terbuat dari kayu bambu talang atau capo ringkik.
Capo ringkik sendiri adalah sejenis perdu, kayunya keras tetapi
padabagian dalamnya lunak, sehingga mudah untuk dilubangi. Ukurannya,
sebesar ibu jari tangan orang dewasa.
Serunai
memiliki panjang sekitar 20 cm, diberi 4 lubang berjarak 2,5 cm. Fungsi
lubang tersebut untuk mengatur irama. Sementara, nadanya alat musik ini
sama dengan alat musik modern lainnya, yaitu nada pentatonis atau
do-re-mi-fa-sol. Nada ini memang lazim pada alat musik tradisional
Minang.
Puput dari serunai (bagian yang ditiup) umumnya terbuat
dari kayu atau talang, bisajuga terbuat dari batang padi tua. Antara
bagian puput dan badannya ada penyambung yang berfungsi sebagai pangkal
puput. Panjangnya sekitar 5 cm, yang terbuat dari kayu keras. Penyambung
ini dilubangi untuk saluran nafas, yang bersambungan dengan poros badan
dan poros corong. Di bagian belakang penyambung ini berbentuk corong
pula, dengan garis tengah 2 cm.
Bagian selanjutnya ialah bagian
corong. Bagian ini merupakan bagian serunai yang dibentuk membasar.
Bagian ini biasanya terbuat dari kayu (terutama kayu gabus), atau dari
tanduk kerbau yang secara alamiah telah berbentuk lancip, ataupun dari
daun kelapa yang dililitkan. Panjangnya sekitar 10 sampai 12 cm, dengan
garis tengah 6 cm di bagian yang mengembang. Fungsi bagian ini tak lain
untuk mengatur volume suara.
Setiap daerah di Sumatera Barat
memiliki spesifikasi yang bervariasi dalam pembuatannya. Bahkan
beberapa daerah menggunakan pengaturan cara menutup dan membuka
permukaan corong untuk mengatur nada sendiri.
Acara keramaian
adat seperti perkawinan, batagak panghulu (perhelatan penghulu), dan
lain-lain menjadi ajang didendangkannya puput serunai. Alat musik ini
juga kerap ditiup secara santai oleh perorangan pada saat memanen padi
atau diladang. Bisa juga serunai dimainkan secara solo, koor, atau
dikolaborasikan dengan alat musik tradisional lainnya, seperti
talempong, gendang dan sebagainya. Apabila serunai dimainkan bersama
instrumen lainnya seperti talempong, gendang dan gong maka panduan
bunyinya sungguh merupakan irama klasik Minang yang amat menyentuh
kalbu.
Curhat Pendek - Itu Susu?
-
Ketika kamu memiliki banyak pengalaman, melihat banyak hal yang terjadi di
dunia maka biasanya semakin sulit kamu untuk terkejut pada sesuatu yang
tida...
0 komentar:
Posting Komentar