Shiva bila dalam bahasa
sankrit memiliki arti yang sangat spesial dan salah satu arti dari kata
Shiva adalah kebaikan atau kindness. Seseorang yang dalam kehidupannya
melakukan suatu kebaikan yang tidak ternilai bahkan hingga sampai
mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan makhluk lain, ini adalah
suatu tindakan pemujaan terbesar yang dapat menyenangkan Purusa yang
Menciptakan Alam Semesta.
Seperti dalam suatu kisah pencarian tirta amerta oleh para dewa dan raksasa di gunung himalaya. Saat proses berlangsung keluar racun kalakuta yang mematikan tidak hanya makhluk hidup bahkan para dewata dan raksasapun tidak sanggup mengatasinya,
"Lihat seluruh Deva dan Asura yang sedang mengandalkan aku untuk menyelamatkan mereka dari kalakuta yang keluar dari samudera. Aku akan menelan racun ini dan menyelamatkan mereka".
Dewa Shiva kemudian mengambil racun di dalam telapak tangannya dan menelannya. Racun masuk kerongkongannya dan tetap disana, selama-lamanya leher
putihNya menjadi biru. Kebaikan dan KasihNya, Penderitaan diterimanya untuk membantu penderitaan para dewa, asura, manusia dan seluruh makhluk di alam semesta. Demikianlah kebaikan yang dilakukannya dengan mengambil racun dan membebaskan para makhluk dari penderitaan.
Nama Shiva Ya
Alam Semesta juga mengajarkan kepada manusia bagaimana berbuat kebaikan yang tidak terlihat dan dalam diam, kebaikan-kebaikan yang sesungguhnya sangat bernilai tinggi namun dilakukan dalam diam. Seperti Pohon yang dalam hening dan diam mengubah racun di udara menjadi udara bersih yang penuh oksigen yang tanpanya kita tidak sanggup bernafas, atau akar pohon yang sengaja bersembunyi dari balik tanah memberikan kebaikan hidup kepada daun, bunga dan buah sehingga dapat memberi keindahan kepada dunia.
Manusia yang tercerahkan dalam diam dan hening membantu dan menolong makhluk lain, bahkan yang ditolongpun tidak merasa kalau dirinya sedang ditolong. Beberapa guru yang tercerahkan menolong setiap makhluk hidup serupa dengan prinsip pohon, mengambil yang negatif dan merubahnya menjadi yang positif, namun murid atau orang yang ditolong tidak tahu bahwa dirinya sebenarnya sedang disembuhkan dengan prinsip pohon tersebut. Bahkan sang Guru yang tercerahkan tidak membutuhkan ucapan terima kasih, semua semata-mata dilakukan dalam hening dan penuh keikhlasan.
Kita pun dapat melakukan hal yang sama, melakukan seperti yang dilakukan para guru yang tercerahkan. Melakukan hal-hal kecil yang tidak terlihat, kebaikan-kebaikan yang tidak membutuhkan ucapan terima kasih, semata-mata dilakukan dengan penuh ketulusan dan tanpa pamrih.
Seperti dalam suatu kisah pencarian tirta amerta oleh para dewa dan raksasa di gunung himalaya. Saat proses berlangsung keluar racun kalakuta yang mematikan tidak hanya makhluk hidup bahkan para dewata dan raksasapun tidak sanggup mengatasinya,
"Lihat seluruh Deva dan Asura yang sedang mengandalkan aku untuk menyelamatkan mereka dari kalakuta yang keluar dari samudera. Aku akan menelan racun ini dan menyelamatkan mereka".
Dewa Shiva kemudian mengambil racun di dalam telapak tangannya dan menelannya. Racun masuk kerongkongannya dan tetap disana, selama-lamanya leher
putihNya menjadi biru. Kebaikan dan KasihNya, Penderitaan diterimanya untuk membantu penderitaan para dewa, asura, manusia dan seluruh makhluk di alam semesta. Demikianlah kebaikan yang dilakukannya dengan mengambil racun dan membebaskan para makhluk dari penderitaan.
Nama Shiva Ya
Alam Semesta juga mengajarkan kepada manusia bagaimana berbuat kebaikan yang tidak terlihat dan dalam diam, kebaikan-kebaikan yang sesungguhnya sangat bernilai tinggi namun dilakukan dalam diam. Seperti Pohon yang dalam hening dan diam mengubah racun di udara menjadi udara bersih yang penuh oksigen yang tanpanya kita tidak sanggup bernafas, atau akar pohon yang sengaja bersembunyi dari balik tanah memberikan kebaikan hidup kepada daun, bunga dan buah sehingga dapat memberi keindahan kepada dunia.
Manusia yang tercerahkan dalam diam dan hening membantu dan menolong makhluk lain, bahkan yang ditolongpun tidak merasa kalau dirinya sedang ditolong. Beberapa guru yang tercerahkan menolong setiap makhluk hidup serupa dengan prinsip pohon, mengambil yang negatif dan merubahnya menjadi yang positif, namun murid atau orang yang ditolong tidak tahu bahwa dirinya sebenarnya sedang disembuhkan dengan prinsip pohon tersebut. Bahkan sang Guru yang tercerahkan tidak membutuhkan ucapan terima kasih, semua semata-mata dilakukan dalam hening dan penuh keikhlasan.
Kita pun dapat melakukan hal yang sama, melakukan seperti yang dilakukan para guru yang tercerahkan. Melakukan hal-hal kecil yang tidak terlihat, kebaikan-kebaikan yang tidak membutuhkan ucapan terima kasih, semata-mata dilakukan dengan penuh ketulusan dan tanpa pamrih.
0 komentar:
Posting Komentar