Ketika
masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh adalah wilayah
yang dikenal dengan nama Aceh Besar (dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayek). Aceh Rayek merupakan inti dari Kerajaan Aceh (Aceh proper)
dan telah menyebarkan sebagian penduduknya ke daerah-daerah lain di
sekitarnya (daerah takluk Belanda). Selain itu, sebutan Aceh juga
digunakan oleh orang-orang di daerah takluk di luar Aceh Rayek dalam wilayah Kerajaan Bandar Aceh Darussalam.
Seperti
asal muasal nama Aceh, asal-usul etnis Aceh juga diinformasikan dari
berbagai sumber. Di antara sumber tersebut ada yang bersifat mistis atau
dongeng dan ada yang dikutip oleh penulis asing. Etnis Aceh merupakan
salah satu etnis yang ada di Aceh dengan jumlah penduduk terbanyak.
Selain etnis Aceh, di daerah ini terdapat pula tujuh etnis lain, yakni
Alas, Aneuk Jamee, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Kedelapan
etnis tersebut mempunyai sejarah asal-usul dan budaya yang berbeda.
Menurut cerita-cerita rakyat yang pernah ditulis oleh Van Langen, penduduk asli Aceh disebut ureueng Mante yang
didominasi oleh etnis Batak dan juga subetnis Gayo. Sedangkan Hurgronje
memperkirakan bahwa etnis Aceh sebagian besar berasal dari Campa,
dilihat dari bahasanya. Kemudian Teungku Chik Kutakarang, seorang ulama
Aceh terkenal pada abad XIX menyebutkan bahwa ureueng Aceh
terdiri atas tiga pencampuan darah, yakni Arab, Persi, dan Turki. Adapun
pendapat yang lebih banyak diterima dikemukakan oleh Julius Jacob yang
mengatakan bahwa orang Aceh adalah suatu anthropologis mixtum, yaitu suatu pencampuran darah yang berasal dari pelbagai subetnis/etnis pendatang.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa berdasarkan asal-usulnya, etnis Aceh dibagi ke dalam empat kawom (kaum) atau sukee (suku). Pembagian ini mulai dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Al-Kahar (1530-1552). Keempat kawom atau sukee ini adalah:
- Kawom atau Sukee Lhe Reutoh (kaum atau suku tiga ratus), berasal dari orang-orang Mante-Batak sebagai penduduk asli;
- Kawom atau Sukee Imuem Peut (kaum atau suku imam empat), berasal dari orang-orang Hindu atau India sebagai pendatang;
- Kawom atau Sukee Tok Batee (suku mencukupi batu), berasal dari berbagai etnis dan pendatang dari berbagai tempat, seperti India, Persia, dan Timur Tengah pada umumnya; dan
- Kawom atau Sukee Ja Sandang (suku penyandang), para imigran Hindu yang telah memeluk agama Islam.
Kawom-kawom ini sampai sekarang masih merupakan dasar masyarakat Aceh. Solidaritas sesama kawomnya
cukup tinggi dan loyal kepada pimpinan. Semua keputusan atau tindakan
yang akan diambil selalu melibatkan pimpinan dan orang-orang yang
dituakan dalam kawom-kawom itu.
0 komentar:
Posting Komentar