Beternak
adalah aspek lain dari ekonomi Muyu, Kab. Boven Digoel, Papua yang
terkait dengan sistem keuangan. Tujuannya yang utama bukan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri terhadap daging, tetapi untuk memperoleh uang
kulit kerang atau alat tukar Suku Muyu yang dikenal dengan istilah Ot.
Pembagian
peran dalam keluarga Suku Maya memosisikan kaum wanita yang mengurusi
hewan ternaknya. Namun di Yibi seorang pria juga dapat mengerjakannya,
dan di Tumutu bagi pria yang tidak mempunyai istri, ibu, atau saudara
perempuan diperbolehkan mengurusi hewan ternak sendiri. Sementara bagi
para jejaka sering menganggap diri mereka tidak layak untuk mengurusi
hewan ternak.
Masyarakat Suku Muyu kebanyakan menjadikan babi sebagai hewan ternak. Karena dalam pesta babi, mereka akan mendapatkan Ot dengan
membawa seekor babi. Rata-rata Suku Muyu tidak memelihara Babi dalam
kandang, dan juga tidak di tempat yang dipagari. Mereka membiarkan babi
ternak berkeliaran di sekitar rumah.
Untuk
memungkinkan hal tersebut, anak babi dipelihara sedemikian rupa
sehingga mereka terbiasa dengan rumah dan pemeliharanya, biasanya
seorang wanita. Adalah hal yang sudah biasa atau lumrah bagi seorang
wanita Suku Muyu menyusui anak babi, dan membawanya dalam noken ke kebun dan tempat menokok sagu, bahkan kalau mereka bepergian. Anak babi sering mengintil pemeliharanya seperti layaknya seekor anjing.
Dengan
memberi makanan di dekat rumah, babi menjadi terbiasa: pagi hari babi
diberi makan di luar, petang hari ditangkap dan dibawa masuk rumah, dan
diberi makan pisang bakar, pada malam hari babi "tidur" dengan si
wanita. Kepada babi yang lebih besar dilemparkan sagu bakar di bawah
rumah. Dengan cara begitu binatang piaraan ini menjadi terikat kepada
rumah dan pemeliharanya sehingga dapat dibiarkan berkeliaran bebas tanpa
khawatir hilang.
Perlakuan
yang seperti itu memberikan kesempatan bagi babi untuk mendapatkan
protein dengan memakan segala macam serangga yang ada di dalam tanah.
Salah satu alasan mengapa orang Muyu tidak mengandangkan babi ialah
karena mereka tidak dapat memberinya protein.
Namun
di sisi lain, babi yang berkeliaran mengancam tanaman kebun. Mereka
sering merusak tanaman umbi khususnya. Oleh karena itu, umbi dipagari,
kalau pisang tidak ada masalah. Dengan demikian, memelihara babi sama
dengan memelihara biang keladi pertengkaran.
Kalau
seekor babi merusak kebun orang lain, pemiliknya harus membunuhnya,
atau membayar ganti rugi, atau membantu memagari kebun. Tidak sigapnya
pemilik babi mengganti kerugian sering menimbulkan pertengkaran dengan
yang dirugikan — dengan segala akibatnya yang menyulitkan. Maka,
pemeliharaan babi itu menjadi faktor yang ikut menyebabkan lahirnya
permukiman yang tersebar.
Masyarakat
Suku Muyu pun mengenal bentuk kerja sama dalam hal pemeliharaan babi.
Suatu keluarga inti dapat menyuruh kerabatnya untuk memelihara babi
untuknya, dengan cara membeli babi dari kerabat — biasanya wanita — dan
memintanya untuk sekalian memeliharanya. Kalau babi itu disembelih, si
pemelihara akan mendapat bagian. Bahkan dalam Masyarakat Suku Muyu, akan
didapati wanita-wanita tua yang memelihara babi untuk beberapa orang
sebagai mata pencahariannya.
0 komentar:
Posting Komentar