Sabtu, 13 Desember 2014

Suku Toraja

SUKU TORAJA_BANGSAWAN YANG BERDIAM DI NEGERI ATAS1.jpg
SUKU TORAJA BANGSAWAN YANG BERDIAM DI NEGERI ATAS
Suku Toraja adalah suku pendatang yang kini menjadi penduduk asli pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.
Pada awalnya, imigran tersebut tinggal di wilayah pantai Sulawesi, namun akhirnya pindah ke dataran tinggi. Proses adaptasi yang cukup ekstrim bagi para pendatang, tentunya membuat mereka secara rasional lebih memilih untuk pindah dari pesisir menuju dataran tinggi di utara lalu menetap di gunung Kandora, dan di daerah Enrekang. Orang-orang inilah yang dianggap merupakan nenek moyang suku Toraja.  
Ada yang mengira bahwa tempat asal suku Toraja dari Teluk Tonkin yang terletak antara Vietnam utara dan Cina selatan. Sebetulnya, orang Toraja hanya salah satu kelompok penutur bahasa Austronesia. Jika dilihat dari Suku Tana Toraja yang pada hari ini masih mendiami daerah pegunungan, mereka masih mempertahankan gaya hidup Austronesia yang asli dan cenderung memiliki kemiripan dengan budaya yang ada di Nias.
Nama Toraja sendiri sebenarnya merupakan kata dari Bahasa Bugis yaitu to riaja yang mana berarti “orang yang berdiam di negeri atas”. Identitas mereka yang kita kenal bernama Toraja merupakan pemberian dari perintah kolonial Belanda yang memberikan nama itu pada tahun 1909.
Versi lain menyebutkan bahwasannya kata Toraja awalnya bernama toraya. Kata tersebut merupakan gabungan dari dua kata yaitu “to” yang berarti orang dan “raya” yang berasal dari kata maraya yang berarti besar. Artinya jika digabungkan menjadi suatu padanan makna orang-orang besar atau bangsawan. Seiring dengan berputarnya roda kehidupan lama-lama penyebutan nama Toraya berubah menjadi Toraja. Sementara itu kata Tana yang berada di depan kata Toraja memiliki arti sebuah negeri. Sehingga pada hari ini tempat pemukiman Suku Toraja dinamai Tana Toraja atau negeri tempat orang-orang besar berada.
Pada masa kolonial Belanda, Tana Toraja dibagi menjadi lima daerah, yang dipimpin oleh bangsawannya masing-masing. Daerah-daerah Makale, Mengkendek, dan Sangala dipimpin masing-masing oleh seorang bangsawan yang bergelar Puang. Daerah Rantepao dipimpin bangsawan yang bergelar Parengi, sedangkan .daerah Toraja Barat dipimpin bangsawan bergelar Ma'dika.
Dalam hubungan sosial, masyarakat Suku Toraja di Tana Toraja mengenal pembagian kasta seperti yang terdapat di dalam agama Hindu-Bali. Kasta atau kelas ini dibagi menjadi 4 (empat): Kasta Tana' Bulaan, Kasta Tana' Bassi1, Kasta Tana’Karurung, Kasta Tana' Kua-kua.
Suku Toraja menarik garis keturunan dalam kelas sosial melalui ibu atau matrilinear. Mereka tidak diperbolehkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi diizinkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih tingi, ini bertujuan untuk meningkatkan status pada keturunan berikutnya.
Dalam hal kepercayaan, mereka memiliki kepercayaan asli suku Toraja yaitu Alukta atau kita kenal sebagai agama kepercayaan Aluk Todolo yang kemudian ditetapkan pemerintah menjadi salah satu sekte dalam agama Hindu Bali.
Mayoritas penduduk suku Toraja masih memegang teguh kepercayaan nenek moyangnya, Aluk Todolo (60 %) maka adat istiadat yang ada sejak dulu tetap dijalankan hingga hari ini. Hal ini terutama pada adat yang berpokok pangkal dari upacara adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solok. Dua pokok inilah yang merangkaikan upacara-upacara adat yang masih dilakukan dan cukup terkenal.
Masyarakat Suku Toraja memiliki pegangan dan arah hidup untuk menjadi manusia (manusia="tau" dalam bahasa toraja) sesungguhnya dalam konteks masyarakat toraja. Pandangan tersebut memiliki empat pilar utama yang mengharuskan setiap masyarakat toraja untuk menggapainya, antara lain: Sugi' atau Kaya, Barani atau Berani, Manarang atau Pintar, dan Kinawa dalam artian memiliki nilai-nilai luhur, agamis, bijaksana.
Keempat pilar di atas tidak dapat di tafsirkan secara bebas karena memiliki makna yang lebih dalam dari pada pemahaman kata secara bebas. Seorang toraja akan menjadi manusia yang sesungguhnya ketika dia telah memiliki dan hidup sebagai Tau.

0 komentar:

Posting Komentar