Masjid
Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak,
Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan
dengan perkampungan penduduk, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan
jalan raya Sultan Patah. Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid
tertua di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1477 dan di bangun oleh
Wali Sembilan atau Wali Songo secara bersama–sama yang mitosnya di
bangun hanya pada satu malam. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai
historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya
megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa.
Masjid
ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam
di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak
masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali
penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali
Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi
tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada
penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai
monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan
Kesultanan Demak Bintoro.
Deskripsi Bangunan
Luas
keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di
samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x
15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5
m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk
bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang
empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang
penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi
berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.
Ternyata
model atap limas bersusun tiga mempunyai makna, yaitu bahwa seorang
beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya:
iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah
pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki
makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji.
Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun
iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.
Bangunan lainnya terdiri dari :
- Menara Azan
Menara
ini terletak di halaman depan masjid sisi selatan dan dibuat dengan
konstruksi baja siku. Atap menara berbentuk kubah dengan hiasan bulan
sabit serta lengkung-lengkung pada dinding ruangannya.
- Makam
Makam-makam terletak di belakang masjid, sebagian berada di dalam cungkup dan sebagian besar lainnya terdapat di luar cungkup.
- Paseban
Paseban
terletak di sebelah utara masjid, berfungsi sebagai tempat ruang tunggu
bagi peziarah yang akan masuk ke makam Sultan Trenggana dan Raden
Patah.
- Tempat Wudhu
Bangunan
tempat wudhu ada dua buah yaitu tempat wudhu pria terletak di sebelah
utara masjid dan tempat wudhu wanita di selatan masjid.
- Kolam
Bangunan
kolam terletak di sudut tenggara serambi masjid. Di dalam kolam tampak
sejumlah batu kali yang disusun berkelompok. Di timur kolam membentang
pagar dari pasangan bata yang ditempeli batu-batu koral putih.
- Museum
Bangunan
yang terletak di sebelah utara masjid ini dipergunakan untuk menyimpan
benda-benda lepas yang berasal dari Masjid Agung Demak.
- BKM
Bangunan
BKM (Badan Kesejahteraan Masjid Agung Demak) berfungsi sebagai tempat
pendaftaran para peziarah dan terletak di sebelah utara masjid.
Sejarah Bangunan
Menurut
legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam
tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan
pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang
Trus Gunaningjanmi”, sedang pada gambar bulus yang berada di mihrab
masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa
masjid ini berdiri tahun 1479.
Dalam
proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat
penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut
riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah
bungkusan yang konon berisi baju “hadiah” dari Nabi Muhammad SAW, yang
jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di
dalam masjid itu.
Dalam
proses perkembangan Kesultanan Demak para penguasaannya banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari para wali. Pada masa lampau peranan para
wali di bidang keagamaan dan pemerintahan, baik sebagai pembimbing
maupun motivator cukup besar. Para ulama ini sering bertemu di Masjid
Agung Demak membicarakan strategi-strategi penyebaran agama Islam.
Peranan ini memang sejalan dengan fungsi masjid pada umumnya, yaitu
tempat ibadah, pusat pendidikan, dan pusat penyebaran agama.
Masjid
Agung Demak merupakan masjid kerajaan. Hal ini dapat dilihat dari
adanya maksurah yaitu tempat shalat para raja. Selain itu, dapat juga
dibuktikan dari letak bangunan masjid di sebelah barat alun-alun dan
makam para penguasa Demak seperti Raden Patah dan Sultan Trenggono.
0 komentar:
Posting Komentar