Sabtu, 13 Desember 2014

Masjid Agung Demak

normal_masjid_1373357999.jpg
Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan perkampungan penduduk, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Sultan Patah. Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1477 dan di bangun oleh Wali Sembilan atau Wali Songo secara bersama–sama yang mitosnya di bangun hanya pada satu malam. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa.
Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.
Deskripsi Bangunan
Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.
Ternyata model atap limas bersusun tiga mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.
Bangunan lainnya terdiri dari :
  • Menara Azan
Menara ini terletak di halaman depan masjid sisi selatan dan dibuat dengan konstruksi baja siku. Atap menara berbentuk kubah dengan hiasan bulan sabit serta lengkung-lengkung pada dinding ruangannya.
  • Makam
Makam-makam terletak di belakang masjid, sebagian berada di dalam cungkup dan sebagian besar lainnya terdapat di luar cungkup.
  • Paseban
Paseban terletak di sebelah utara masjid, berfungsi sebagai tempat ruang tunggu bagi peziarah yang akan masuk ke makam Sultan Trenggana dan Raden Patah.
  • Tempat Wudhu
Bangunan tempat wudhu ada dua buah yaitu tempat wudhu pria terletak di sebelah utara masjid dan tempat wudhu wanita di selatan masjid.
  • Kolam
Bangunan kolam terletak di sudut tenggara serambi masjid. Di dalam kolam tampak sejumlah batu kali yang disusun berkelompok. Di timur kolam membentang pagar dari pasangan bata yang ditempeli batu-batu koral putih.
  • Museum
Bangunan yang terletak di sebelah utara masjid ini dipergunakan untuk menyimpan benda-benda lepas yang berasal dari Masjid Agung Demak.
  • BKM
Bangunan BKM (Badan Kesejahteraan Masjid Agung Demak) berfungsi sebagai tempat pendaftaran para peziarah dan terletak di sebelah utara masjid.
Sejarah Bangunan
Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479. 
Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju “hadiah” dari Nabi Muhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.
Dalam proses perkembangan Kesultanan Demak para penguasaannya banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari para wali. Pada masa lampau peranan para wali di bidang keagamaan dan pemerintahan, baik sebagai pembimbing maupun motivator cukup besar. Para ulama ini sering bertemu di Masjid Agung Demak membicarakan strategi-strategi penyebaran agama Islam. Peranan ini memang sejalan dengan fungsi masjid pada umumnya, yaitu tempat ibadah, pusat pendidikan, dan pusat penyebaran agama.
Masjid Agung Demak merupakan masjid kerajaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya maksurah yaitu tempat shalat para raja. Selain itu, dapat juga dibuktikan dari letak bangunan masjid di sebelah barat alun-alun dan makam para penguasa Demak seperti Raden Patah dan Sultan Trenggono.

0 komentar:

Posting Komentar