Masjid
Agung Sang Cipta Rasa secara administrative terletak di Kelurahan
Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kotamadya Cirebon, Propinsi Jawa
Barat. Masjid ini di bangun di sebelah barat alun-alun Kota Cirebon
Masjid
Agung Sang Cipta Rasa (dikenal juga sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau
Masjid Agung Cirebon) merupakan masjid tua di kompleks Keraton
Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. masjid ini adalah masjid
tertua di Cirebon,sekaligus sebagai salah satu masjid tertua di tanah
Jawa dan Indonesia. Nama masjid ini diambil dari kata "sang" yang
bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang
berarti digunakan.
Masjid
Agung Cirebon didirikan pada tahun 1498 M oleh para Walisongo atas
prakarsa Sunan Gunung Jati dan pembangunannya dipimpin oleh Sunan
Kalijaga dengan seorang arsitek bernama Raden Sepat (dari Majapahit
dengan 200 orang pembantunya dari Demak). Mesjid ini dinamai Sang Cipta
Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan.
Penduduk pada masa itu menyebutnya dengan Masjid Pakungwati karena dulu
masjid ini terletak dalam kompleks Keraton Pakungwati dan sekarang dalam
kompleks Keraton Kasepuhan. Konon pembangunan masjid ini dibuat hanya
dalam waktu satu malam dan besok pada waktu subuh telah dipegunakan
untuk shalat subuh.
Masjid
Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ini sempat mengalami kebarakaran hebat
pada masa Awal bedirinya bangunan masjid ini. Disebutkan bahwa masjid
ini pernah mengalami kebakaran hebat yang pada bagian atapnya yang masih
menggunakan daun rumbia sebagai akibat terror dari pendekar Menjangan
Wulung yang memiliki kesaktian ilmu hitam. Kisah ini terkait dengan
sejarah awal dikumandangkannya Azan Pitu (azan tujuh) di Masjid ini.
Beberapa
meter dari pintu gerbang utara masjid, menghadap ke arah pintu gerbang
tersebut, kini berdiri sebuah prasasti peringatan tentang renovasi yang
dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia terhadap masjid ini dan
diresmikan pada tanggal 23 Februari tahun 1978
Dalam
catatan sejarah disebutkan bahwa pada tahun 1549, Ratu Dewi Pakungwati
binti Pangeran Cakrabuana yang merupakan istri pertama Sunan Gunung
Jati, wafat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon dalam usia yang
sangat tua setelah turut serta berjibaku memadamkan kebakaran yang
melanda Masjid Agung ini. Apakah kedua rentetan peristiwa tersebut
merupakan peristiwa yang terjadi dalam waktu yang sama ? wallohua’lam.
Paska kebararan yang mengakibatkan kerusakan pastinya dilakukan
perbaikan atas bagian bagian yang rusak, meski tak ada catatan pasti
tentang proses perbaikan tersebut.
Masjid
Agung Cirebon melambangkan sifat gotong royong, hal ini terlihat pada
suatu tiang yang terdiri dari potongan kayu (tatal) dan diikat satu
dengan lainnya. Keistimewaan lain mesjid ini yaitu masjid ini mempunyai
dua buah maksurah.
Masjid Agung Cirebon pada tahun 1920-1933 (foto Wikipedia via bujangmasjid)
Masjid Agung Cirebon telah beberapa kali mengalami pemugaran, antara lain :
- Tahun 1934, pemerintah Hindia Belanda melakukan perbaikan masjid secara keseluruhan dipimpin oleh Ir. Krijgsman;
- Tahun 1960, P.S Sulandraningrat, Habib Syekh, dan R. Amarputra memperbaiki atap dan talang;
- Tahun 1972-1974 diadakan perbaikan serambi depan oleh Pemerintah Daerah Cirebon;
- Tahun 1975-1976 dilaksanakan pemugaran oleh Proyek Sasana budaya Jakarta mencakup bangunan inti;
- Tahun 1976/1977 – 1977/1978 dipugar oleh Proyek Sasana Budaya meliputi tiang sokoguru, tempat wudlu, WC, bangunan tengah, samping kiri-kanan, serta penggantian sirap dari kayu jati. Purnapugar Masjid Agung Cirebon silaksanakan pada tanggal 23 februari 1978.
Prasati Pemugaran Masjid Agung Cirebon oleh Pemerintah RI
Deskripsi Bangunan
Halaman
Masjid Agung Cirebon ini dikelilingi oleh pagar tembok berhias pada
tubuh dan puncaknya. Pada tubuh tembok terdapat hiasan belah ketupat dan
segi empat yang dikelilingi tonjolan bata berbentuk segi enam dengan
motif bingkai cermin. Puncak tembok terdapat pelipit rata dari susunan
bata yang pada bagian atas dan bawah berukuran kecil sedangnkan
tengah-tengahnya berukuran lebar. Tinggi susunan pelipit ini yaitu 70 cm
dan pada bagian atasnya terdapat 20 buah lampu.
Pada
halaman tersebut terdapat enam buah pintu. Pada sisi timur terdapat
tiga buah pintu, utara satu buah pintu dan barat dua buah pintu.
Pintu-pintu tersebut berbentuk seperti gapurapaduraksa. Pintu gerbang
utama di sebelah timur dihias dengan tiga tingkat sayap di puncaknya.
Dalam sayap tersebut terdapat hiasan lengkungan dan di tengahnya ada
hiasan candi laras. Gapura bagian atas berbentuk setengah lingkaran
dengan tulisan Arab. Di kanan kiri lengkungannya terdapat hiasan candi
laras. Gapura tersebut mempunyai dua buah daun pintu dengan hiasan
candi laras di bawahnya hiasan belah ketupat. Gapura yang lain berbentuk
persegi panjang dengan lengkung. Tepat di tengah lengkungan terdapat
bentuk belah ketupat, terdiri atas dua daun pintu berhiaskan motif
bingkia cermin daqn di dalamnya terdapat hiasan candi laras dan bagian
bawahnya belah ketupat.
Gerbang Paduraksa atau Padureksa (foto via bujangmasjid)
- Ruang Tamu
Ruang utama mempunyai pondasi yang tingginya ±
10 cm dari lantai serambi dengan ukuran 17,80 x 13,30 m. Lantai ruangan
berupa ubin terakota berwarna merah. Ruangan ini dikelilingi dinding
setinggi 3 m namun tidak sampai ke atap dan fungsinya sebagai pembatas
ruang utama dengan serambi. Pada dinding-dindingnya terdapat Sembilan
buah pintu dan 44 lubang angin. Kesembilan pintu tersebut melambangkan
Sembilan wali (wali songo) yang ada di Jawa.
Pintu masuk ruang utama disebut narpati
yang terletak di dinding timur berukuran tinggi 240 cm dan lebar 124
cm. Pintu terdiri dari dua daun pintu dengan hiasan bunga bakung ,
salur-salur, dan bingkai cermin. Di kanan dan kiri pintu terdapat
pilaster berhias motif teratai dan sulur pada bagian atas dan bawah. DI
sudut-sudut pilaster tersebut terdapat pelipit rata dengan hiasan
tumpal.
Pada
dinding barat bagian tengah terdapat tonjolan berbentuk bulat sebagai
tempat mihrab. Di kiri dan kanan mihrab terdapat masingmasing delapan
buah lubang angin berbentuk belah ketupat dan terdiri dari dua baris.
Dinding utara dan selatan mempunyai masing-masing empat buah pintu dari
kayu dengan dua daun pintu. Pintu yang berada dekat dinding barat dan
timur berukuran tinggi 168 cm dan lebar 68 cm, sedangkan yang di tengah
tingginya 122 cm dan lebar 53 cm. Pada dinding terdapat masing-masing 14
lubang angin berbentuk belah ketupat dan terdiri dari dua baris.
Dinding bagian dalam mempunyai hiasan tegel porselin yang ditempelkan di
dinding, sedangkan bagian luarnya hanya di atas pntu-pintu tengah
terdapat hiasan bermotif geometris dengan bentuk tumpal bergerigi. Dalam
ruang utama terdapat tiang, mihrab, dan maksurah.
Interior Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. (foto via bujangmasjid)
- Tiang
Ruang
utama masjid mempunyai 30 buah tiang berbentuk bulat dengan diameter 40
cm dan berdiri di atas tumpak. Tiang dari kayu jati berderet dari timur
ke barat. Tiang ini terdiri dari 12 tiang utama dan 18 tiang berada di
dekat dinding. Tiang utama yang berjumlah 12 buah tidak lagi berfungsi
sebagai penyangga atap, tetapi sebagai hiasan saja, karena telah rapuh
dan telah diganti /diperkuat dengan tiang besi npada pemugaran yang
dilaksanakan tahun 1977/1978
Balok balok penghubung antara satu tiang dengan tiang lainnya
- MIhrab
Pada
dinding barat terdapat bagian yang menonjol yang disebut mihrab dengan
ukuran 244 x 140 x 250 cm. Dinding mihrab bagian utara dan selatan tegak
lurus, sedangkan dinding barat berbentuk setengah lingkaran. Bagian
depan mihrab terdapat tiga buah ubin dan tahah. Di kanan kirinya
terdapat tiang berbentuk bulat dengan hiasan kuncup teratai di atasnya.
Bagian tengah tiang diukirkan hiasan meander sedangkan bagian bawah
terdapat umpak. Atap mihrab berbentuk lengkungan dan di tengah
lengkungan terdapat motif bunga matahari dengan hiasan lidah api di
kanan kirinya dan sulus-sulur.
Mihrab diMasjid Agung Cirebon (foto via bujangmasjid)
- Mimbar
Mimbar yang diberi nama Sang Ranggakosa
ini terletak di utara mihrab dan tidak menempel ada dinding. Bentuknya
seperti kursi berukuran 122 x 66 x 230 cm dengan tiga anak tangga dan
tangan kursi menyatu dengan tiang mimbar. Pada sandaran tangga naik
terdapat hiasan bunga teratai dan salur-salur. Bagian atas sandaran
mimbar dihiasi salur salur yang melengkung, sedangkan bagian tangan
berbentuk lengkungan yang dihiasi salur-saluran dan bunga-bungaan. Pada
bagian tiang diukir motif bunga dan rantai beselang-selang. Hiasan yang
terdapat pada tiang dan samping mimbar yaitu hiasan sulur-sulur, bunga,
rantai, meander dan bingkai cermin.
Mimbar di Masjid Agung Cirebon
- Maksurah
Masjid
Agung Cirebon mempunyai dua maksurah dengan bentuk persegi berukuran
325 x 250 cm. MAksurah merupakan pagar berbentuk kayu yang dugunakan
untuk tempat shalat para sultan Kasepuhan dan Kanoman. Maksurah sultan
Kasepuhan letaknya di kiri mimbar dengan pintu masuk pada sisi barat,
sedangkan maksurah sultan Kanoman berada di selatan dan pintu masuknya
di bagian timur.
Maksurah di dalam Masjid Agung Cirebon (foto via bujangmasjid)
- Serambi
Serambi
Masjid Agung Cirebon ada dua bagian, yaiotu serambi dalam yang berada
di sekeliling bangunan ruang utama dan serambi luar yang berada di
sekeliling serambi dalam. Serambi yang terletak di sekeliling bangunan
ruang utama merupakan bangunan terbuka dan atapnya bersatu dengan
bangunan ruang utama. Serambi dalam terdapat empat bagian, yaitu serambi
selatan, serambi timur, serambi utara dan serambi barat.
- Serambi selatan
Serambi Selatan letaknya berada di sisi selatan ruang utama dana dinamakan serambi Prabayaksa. Serambi
ini mempunyai 14 tiang bulat dan 13 tiang persegi. Tiang bulat terdiri
dari dua baris. Baris pertama tingginya 7 m menyangga atap kedua dan
baris ke dua tingginya 3 m
1. Serambi Timur
Serambi Timur ini berukuran 33 x 6,5 m dan dinamakan serambi Pamandangan.
Di depan pintu masuk terdapat lubang persegi dengan ukuran 5,60 x 2,60 x
0,40 m yang diperkirakan sebagai tempat mencuci kaki. Di dalam serambi
terdapat 30 tiang kayu, terdiri dari tiga baris. Baris pertama dan kedua
berbentuk bulat polos dan berdiri di atas umpak. Salah satu dari tiang
baris pertama diberi nama soko tatal dan terletak di tenggara
2. Serambi utara
Serambi
utara berukuran 29 x 6,40 m, tiang dan atapnya sama dengan serambi sisi
selatan. Pada serambi ini terdapat sebilaj rotan yang berfungsi sebagai
penjemur baju Sultan Kalijaga.
3. Serambi barat
Serambi
sisi barat diberi pagar pada bagian utara dan selatan. Ukuran serambi
ini 33 x 7 m dengan 30 tiang dalam tiga baris, berbentuk persegi dan
bulat. Dalam serambi terdapat sebuah bedug dengan panjang 1 m dan garis
tengah 0,80 m. Bedug tersebut diberi nama Sang Guru Mangir atau Kyai Buyut Tesbur Putih dan digantung pada sebuah balok yang melintang di antara dua pengeret.
- Serambi Luar
1. Serambi timur
Serambi
ini terletak di sebelah timur bangunan utama yang terdiri dari dua
serambi, masing-masing berukuran 31 x 15 m dan 31 x 11 m dengan denah
persegi panjang. Serambi pertama terdiri atas 46 tiang yang berdiri pada
umpak. Tiang utama berjumlah delapan buah terletak dalam dua baris
tanpa hiasan. Serambi kedua berjumlah 38 buah tiang dengan delapan tiang
utama dalam dua baris.
2. Serambi Selatan dan Utara
Serambi
selatan berfungsi sebagai tempat shalat kaum wanita. Serambi ini bisa
disebut sebagai pawestren. Tiang serambi ini ada 44 buah dan terbagi
atas lima jalur berdiri di atas umpak putih polos berukuran 28 x 28 x 25
cm. Bagian bawah tiang berbentuk segi delapan. Pada keempat sisi umpak
terdapat hiasan tumpal. Atap serambi berbentuk limasan dari bahan
sirap. Serambi utara berdampingan dengan serambi Pemandangan, berbentuk
persegi panjang berukuran 17,00 x 7,00 m. Tiang yang terdapat di
serambi berjumlah 32 buah terdiri dari lima jalur. Tiang yang paling
selatan merupakan tiang yang berfungsi sebagai penghubung antar atap.
Bangunan Lain
- Tempat Wudhu
Pada
masjid Agung Cirebon terdapat empat tempat wudhu, sebuah tidak
dilengkapi kamar mandi. Bak airnya berbentuk persegi panjang berukuran
5,00 x 1,30 x 0,60 m terletak di sebelah utara serambi utara yang sumber
airnya berasal dari sumur. Di sekitar sumur terdapat bekas bangunan.
Tempat wudhi yang dilengkapi kamar mandi terdapat di sebelah selatan,
barat daya, dan timur laut. Atap bangunan berbentuk tajug yang disangga
oleh tiang, tetapi yang terletak di barat daya beratap sirap bentuk
limasan. Atap bangunan tersebut disangga oleh tiang.
- Istiwa
Istiwa
adalah alat penunjuk waktu dengan memakai sinar matahari. Bentuknya
bundar dengan tonggak besi permukaannya. Letaknya di halaman utara,
sebelah barat sumur dan berdiri di atas dua buah alas persegi. Alas
bawah berukuran 60 x 60 x 7 cm sedangkan yang di atas 53 x 53 x 30 cm
- Pelayonan
Di bagian barat kamar mandi didirikan bangunan yang dinamakan pelayonan. Pelayonan
berfungsi sebagai tempat memandikan jenazah. Bangunan mempunyai dinding
pembatas. Dinding juga berfungsi sebagai penyangga atap. Unyuk
membaringkan jenazah dibuatkan semacam balai terbuat dari bata disemen
dan disebelahnya terdapat bak air. Atapnya menyatu dengan atap kamar
mandi dan berbentuk limasan.
Sumur Banyu Cis, Sumur yang digunakan pada Masjid Agung Cirebon (foto via bujangmasjid)
- Makam
Pada
halaman masjid di sudut barat daya terdapat 21 buah makam. Makam hanya
merupakan gundukan tanah yang diberi susunan bata dengan nisan polos
dari batu. Salah seorang yang dimakamkan di komleks ini adalah K.H Shofa
Ibrahim, salah seorang penghulu dalam peradilan agama. Pada serambi ini
dikelilingi oleh bangunan inti sebelah luar yang terdapat sebuah makam
Ki Gede Alang-alang Danusela (Kuwu Lemah Wungkuk I). Makam diberi
cungkup berukuran 7 x 3,5 m dan atapnya menempel dengan serambi.
Suasana di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati
0 komentar:
Posting Komentar