Selain
Masjid Jami’ Ismailiyah dan Masjid as-Syakirin, di Deli Serdang masih
terdapat masjid bersejarah lain, yakni Masjid Raya Bandar Khalifah.
Terletak di pinggir Jalan Bandar Khalifah dan secara administratif masuk
ke dalam Desa Gelam, Kecamatan Banda, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara. Masjid ini berdiri di antara permukiman penduduk yang mayoritas
bermata pencaharian petani. Berdasarkan informasi dari masyarakat,
masjid dibangun sekitar tahun 1890 oleh Tengku Haji Nurdin yang bergelar
Maharaja Muda Wazir Negeri Deli. Gelar tersebut merupakan pemberian
Sultan Deli, dimana Tengku Haji Nurdin merupakan generasi kedelapan dari
kerajaan Negeri Padang yang berpusat di Bandar Khalifah.
Kerajaan
tersebut bernama ‘Padang’ karena raja selalu memerintahkan rakyatnya
untuk membuka ladang, dimana dalam istilah Melayu padang berarti ladang.
Oleh karena itu, kerajaan tersebut lebih dikenal dengan nama Negeri
Padang. Adapun kepengurusan masjid sampai saat ini dikelola oleh
keturunan Tengku Haji Nurdin dari Kerajaan Negeri Padang. Pemugaran
pernah dilaksanakan pada tahun 1996 oleh Tengku Nursih Sah (keturunan
Tengku Haji Nurdin). Pemugaran dilakukan pada bagian atap, plafon
serambi depan yang semula kayu diganti beton dan diperluas, penggantian
lantai yang semula tegel menjadi keramik, dan pembangunan tempat wudhu
baru. Bangunan masjid terdiri dari serambi, ruang utama, tempat wudhu
dan tempat bedug.
Halaman
masjid memiliki luas 45 x 30 m, sementara bangunan masjidnya berbentuk
persegi dengan luas 12,5 x 12,5 m dan tinggi 15 m. Masjid meghadap ke
sebelah utara dan pintu masuk berupa gapura beratap genteng dengan
bentuk limasan berada di sebelah barat. Serambi dan ruang utama masjid
memiliki tinggi 60 cm dari permukaan tanah. Serambi tersebut berada di
sisi timur, selatan, dan utara sebagai serambi terluas. Serambi utara
merupakan serambi tambahan baru pada saat pemugaran. Sisi barat tidak
berserambi karena terdapat mihrab bertiang enam. Untuk masuk ke dalam
serambi terdapat dua buah tangga berlantai keramik. Bagian depan berdiri
dua tiang besar dan empat tiang lebih kecil serta dikelilingi pagar
beton.
Ruang
utama masjid memiliki tiga pintu di setiap sisi yang berserambi. Pintu
terbuat dari kayu dan memiliki dua daun pintu dengan hiasan bunga dan
sulur-suluran di bagian atasnya. Sedangkan di sisi barat terdapat dua
buah jendela di sebelah kiri dan kanan mihrab. Di dalam ruang utama
masjid berdiri empat tiang yang terbuat dari kayu, mihrab dan mimbar.
Mihrab berbentuk segi enam, disusun dari enam pilar tiang yang
berukuran sama, dan menjorok ke sisi barat. Sama seperti mihrab, mimbar
juga didukung enam tiang dan terbuat dari kayu. Mimbar terdiri dari tiga
bagian dan memiliki dua anak tangga. Diantara bagiannya adalah bagian
bawah yang berpagar kayu, bagian tengah tidak berdinding, dan bagian
atas yang dihiasi sulur-suluran serta bunga. Atap mimbar terbuat dari
kayu berbentuk sisik ikan, dimana pada setiap sudut atap dihiasi
sulur-suluran.
Masjid
Raya Bandar Khalifah dikelilingi 28 buah pilar besar yang
mengindikasikan sebagai pengaruh dari arsitektur Belanda. Atap masjid
berbentuk tumpang atau tingkat dua terbuat dari genteng. Sedangkan
bagian mihrab memiliki atap sendiri. Sekeliling atap memiliki hiasan
bentuk tumpal dari bahan kayu. Pada plafon ruang utama masjid menempel
hiasan medalion dari kayu berbentuk bulat dan berhiaskan bunga teratai
serta sulur-sulur daun di dalamnya. Sebelah utara masjid terdapat
bangunan baru yang difungsikan sebagai tempat wudhu. Adapun di sudut
barat daya halaman masjid terdapat bangunan sederhana sebagai tempat
bedug lama yang umurnya diperkirakan sama dengan umur masjid.
0 komentar:
Posting Komentar