Nama masjid Tanjung Pauh Hilir
diambil dari lokasinya, yakni Desa Tanjung Pauh Hilir, Percam Keliling
Danau, Kabupaten Kerinci, Jambi. Masjid berdiri pada ketinggian 1000
meter di atas permukaan laut. Untuk menuju masjid dapat ditempuh dari
ibukota Sungai Penuh ke arah selatan sekitar 10 meter. Di mana masjid
ini berada di tepi sawah, sekitar 500meter dari simpang empat masjid
baru Tanjung Pauh Hilir. Pembangunan masjid diperkirakan pada masa
penjajahan Belanda, yakni tahun 1920. Pemugaran pernah dilakukan pada
tahun 1960 dan 1995 berupa penggantian dinding kayu menjadi tembok.
Masjid
berdenah persegi dengan lantai keramik bermotif bunga. Dinding tembok
setinggi 2,5 meter mengelilingi masjid. Untuk memasuki ruang utama dapat
melalui pintu masuk berdaun dua yang berada di sisi timur dan berjumlah
dua buah. Bagian atas pintu berbentuk lengkung setengah lingkaran.
Pintu terbuat dari kayu surian yang pada dinding masuk bagian
dalamnya ada relief lengkung dan sulur, empat buah tiang semu yang
permukaannya diberi hiasan tempelan keramik bermotif bunga. Sebelah kiri
dan kanan pintu masuk terdapat penampil yang disesuaikan dengan letak
pintu tersebut.
Sebagai
penyangga bangunan, berdiri 27 tiang di dalam ruang utama. Tiang-tiang
tersebut terbagi ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama merupakan
tiang soko guru dengan tinggi 13,2 meter yang berdiri di atas umpak
berbentuk segi delapan terdiri dari dua tingkat. Tiang terbuat dari kayu
surian dan dihiasi tempelan keramik bermotif bunga dan geometris. Pada
bagian tengah tiang terdapat empat buah tiang melintang yang berfungsi
memperkuat kedudukan tiang penyangga. Kelompok kedua berfungsi sebagai
penyangga atap kedua dan ketiga berjumlah empat buah tiang. tiang
terbuat dari beton, berbentuk persegi dengan tinggi 3,2 meter. Kelompok
ketiga memiliki bentuk dan fungsi yang sama dengan kelompok kedua,
berjumlah delapan buah. Adapun kelompok keempat berfungsi sebagai
penyangga bangunan dan atap pertama, terbuat dari kayu surian, dan
berjumlah empat belas buah.
Pada
sisi barat terdapat ruangan setinggi 2 meter, berfungsi sebagai mihrab.
Pintu masuk mihrab tidak berdaun dan pada bagian atasnya berbentuk
lengkungan. Di sebelah kiri dan kanan pintu berdiri tiang semu dengan
penampil semu. Seluruh permukaan dinding mihrab diberi hiasan keramik
dan kaca bermotif bunga. Sebelah utara mihrab terdapat mimbar setinggi
2,2 meter di bagian depan dan 1,2 meter di bagian belakang. Mimbar
dibuat permanen dari bahan semen, dimana bagian depannya terdapat tiga
anak tangga yang menuju tempat duduk khatib. Pada sisi kiri dan kanan
mihrab terdapat semacam jendela dengan bentuk setengah lingkaran dan
bagian bawahnya berupa lekukan-lekukan dan sekaligus berfungsi sebagai
penyangga atap. Hampir seluruh permukaan mimbar dihiasi dengan tempelan
keramik dengan motif bunga dan burung. Mimbar tidak menempel ke dinding
belakang dan atapnya berbentuk limas melengkung serta meruncing pada
pangkalnya. Atap mimbar juga dilengkapi tiang berbentuk setengah
lingkaran dengan puncak berbentuk kuncup bunga.
Dalam
ruangan utama juga masih terdapat ruangan lain yang dulunya merupakan
tempat muadzin. Akan tetapi sekarang ruangannya sudah tidak difungsikan
lagi. Ruangan segi delapan tersebut dinamakan ruang kubah, dimana
lantainya terbuat dari papan. Untuk menuju ruangan dapat melalui tangga
yang ada di atap kedua dan ketiga. Atap masjid berbentuk seperti payung
dengan puncaknya berbentuk tusuk sate.
0 komentar:
Posting Komentar