Sabtu, 13 Desember 2014

Sistem Berladang Suku Bia


Orang Biak, terutama yang tinggal di pedesaan, hidup terutama dari berladang dan menangkap ikan. Jenis matapencaharian hidup yang disebut pertama, berladang, dilakukan oleh sebagian besar penduduk, sedangkan matapencaharian yang kedua, menangkap ikan, dilakukan terutama oleh penduduk yang bertempat tinggal di Kepulauan Padaido, Biak Timur dan di Desa Rayori (Sowek), Supiori Selatan.
Teknik berladang yang digunakan ialah berpindah-pindah. Suatu bidang tanah yang hendak dijadikan ladang pertama-tama dibersihkan dari semak-semak dan pohon-pohon kecil di dalamnya kemudian ditanami, biasanya dengan talas dan keladi. Apabila kebun sudah siap ditanami, maka segera pohon-pohon besar itu ditebang.
Setelah itu dahan-dahan dari pohon-pohon besar yang sudah rubuh itu dipotong-potong dan diratakan tersebar dalm kebun. Batang pohon, dahan dan daun dibiarkan membusuk menjadi kompos penyubur bagi tanaman yang sudah ditanami itu.
Jenis-jenis tanaman lain berupa buah-buahan misalnya pepaya, pisang dan sayur-sayur ditanam kemudian, dicelah-celah tanaman pokok. Pekerjaan berikut  adalah membuat pagar keliling. Fungsinya utama dari pagar ialah untuk mencegah babi hutan yang merupakan hama utama bagi petani-petani di daerah ini.
Hasil suatu kebun dipanen setelah kurang lebih 8 bulan sejak ditanami. Sesudah panen pertama kebun masih digunakan  lagi sekali, sesudah itu ditinggalkan dan pindah untuk membuka kebun baru di lahan lain. Pembukaan kebun baru dengan melakukan pekerjaan yang sama menurut tahap-tahap tersebut di atas terjadi tidak lama sesudah hasil pada kebun pertama dipanen.
Setelah kurang lebih 10 tahun, lahan yang telah digunakan pertama itu dibuka lagi. Karena telah ditinggalkan sekian lama, maka secara alamiah kesuburan tanah pulih kembali sehingga dapat memberikan hasil yang cukup baik seperti halnya pada penggunaan pertama.
Pada umumnya penduduk yang melakukan pekerjaan berladang sebagai pekerjaan pokok, juga melakukan penangkapan ikan sebagai mata pencaharian tambahan. Hal ini terjadi karena belum ada pembagian kerja yang bersifat spesialisasi. Seperti halnya di daerah Papua lainnya, di daerah Biak-Numfor, terutama di daerah pedesaan, tiap keluarga inti berfungsi unit produksi yang menghasilkan semua kebutuhan pokok bagi kehidupan angngota keluarganya sendiri, tidak tergantung pada keluarga lain.
Hasil yang diperoleh dari berladang dipakai terutama untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, jika ada kelebihan, maka dibagikan kepada anggota keluarga yang lain (di waktu lalu) atau di jual ke pasar (di waktu sekarang). Tetapi kebanyakan orang Biak masih menggunakan sistem barter atau tukar menukar hasil dari bercocok tanam/berladang.

0 komentar:

Posting Komentar