Minggu, 14 Desember 2014

Masjid al-Alam Cilincing - Jakarta Utara

masjid_al_alam_cilincing_1374480545.jpg
Masjid al-Alam Cilincing terletak di daerah Cilincing Lama Rt 005 Rw 05, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Kotamadia Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan pemukiman penduduk dan sebelah timur dengan sungai.
Deskripsi Bangunan
Masjid menghadap ke arah timur, pintu masuk ada lima buah, terletak masing-masing dua buah di sisi selatan, utara, dan satu di sisi timur. Serambi terletak di sisi selatan, timur, dan utara. Pada serambi sisi timur ini terdapat sebuah kentongan terbuat dari kayu dan sebuah bedug yang ditopang oleh empat buah kayu penyangga. Serambi di sisi utara merupakan bangunan terbuka yang ditopang oleh 11 buah tiang.
Di dalam ruang utama terdapat tiang, mihrab dan mimbar. Tiang dalam ruang utama ini berjumlah empat buah yang terbuat dari kayu jati. Sedangkan mihrab terletak di sisi barat agak menjorok keluar di dalam relung. Di sebelah kiri mihrab terdapat mimbar yang terletak di dalam relung yang lebih kecil.
Bangunan masjid ini tidak mempunyai plafon, pada bagian dalam atap yang miring dilapis dengan anyaman bambu, dan bagian luar atapnya terbuat dari genteng berbentuk limas dan tumpang dua. Pada puncaknya terdapat memolo berbentuk mahkota raja. Di bagian luar di sisi timur laut terdapat sebuah ruangan yang dipergunakan untuk kantor Sekretariat Ikatan Remaja Masjid. Di samping ruangan ini terdapat tempat wudhu dan kamar kecil, berupa bangunan baru. Pada dinding bagian luarnya terdapat tujuh buah kran air.
Sejarah
Masjid al-Alam Cilincing dibangun 1525 Masehi atau sekitar abad ke-15 oleh Sultan Fatahillah. Karena merupakan warisan salah satu tokoh sembilan wali ini, kutipan wasiat Sang Sunan terpampang di papan bertuliskan, "Wasiat Sunan Gunung Jati : Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin" (Saya Titipkan Masjid dan Fakir Miskin). 
Menurut Haji Sambo Ishak (sesepuh Masjid al-Alam Cilincing) tentang sejarah berdirinya masjid Al-Alam yang berbeda jika dibandingan dengan berbagai literatur dalam buku ini. Menurutnya, masjid Al-Alam dibangun oleh Sembilan wali atau Wali Songo pada tahun 1640. Adanya perbedaan versi mengenai siapa yang mendirikan masjid ini, menurut saya bukanlah menjadi suatu hal yang perlu diperdebatkan panjang lebar, karena siapapun yang mendirikan masjid ini, nyatanya masjid Al-Alam telah hadir dan terus memaknai kehidupan beragama umat Muslim pada saat itu, sekarang dan yang akan datang. Penuturan Haji Sambo mengenai sejarah masjid ini pun berlanjut. Beliau kemudian menjelaskan mengapa masjid Al-Alam ini juga sering disebut dengan masjid Si Pitung. Menurut Haji Sambo, masjid ini diberi nama masjid Si Pitung, karena menurut kisahnya, dahulu Si Pitung pernah bersembunyi dari kejaran Belanda di masjid ini.

Keistimewaan
Cerita tentang sumur yang terletak di samping masjid. Banyak orang menyakini air sumur tersebut memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Menurut Haji Sambo, meski berukuran kecil, masjid ini juga selalu didatangi oleh banyak orang dari berbagai daerah untuk beribadah, terutama pada shalat jumat dan jumat malam. Pada waktu shalat Jumat, karena terlalu banyaknya jumlah jamaah, beberapa jamaah bahkan ada yang melakukan ibadah shalat jumat hingga ke samping tempat wudhu dan toilet. Sedangkan pada jumat malam, banyak orang yang datang ke masjid ini untuk melakukan istiqosah bersama.
Jika dilestarikan dan dimanfaatkan secara maksimal, masjid Al-Alam dapat digunakan sebagai salah satu tujuan wisata religi di kota Jakarta. Karenanya perhatian dan kepedulian terhadap masjid bersejarah ini, sangatlah diperlukan, tidak hanya oleh pemerintah, melainkan juga oleh segenap masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar