Minggu, 14 Desember 2014

Masjid Raya al-Osmani, Masjid Tertua Kota Medan

masjid raya al osmani_1373608795.JPG
Masjid yang diakui sebagai masjid tertua di Medan ini terletak di Jalan Yos Sudarso KM 17.5, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Medan. Karena letaknya tersebut, Masjid Raya al-Osmani juga dikenal dengan nama Masjid Labuhan. Selain itu, arsitektur yang khas dan warnanya yang kuning-kehijauan mencolok menjadikan Masjid Raya al-Osmani juga terkenal dengan nama Masjid Kuning.
Masjid dibangun pada masa pemerintahan Sultan Osman Perkasa Alam sebagai Sultan ketujuh dari Kerajaan Melayu Deli, yakni tahun 1854 dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pembangunan dilanjutkan menggunakan bahan permanen pada tahun 1870-1872 oleh putranya sebagai sultan kedelapan,  yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam. Pembangunan kedua ini dilakukan secara besar-besaran dengan mendatangkan arsitek Jerman. Selain diperluas, material bangunan juga didatangkan dari berbagai negara. Kubah masjid dibuat dari tembaga dan kuningan berbentuk segi delapan dengan berat mencapai 2,5 ton. Kemegahan masjid kesultanan ini menandakan kekentalan nuansa islam pada masa Kerajaan Melayu Deli, dimana masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah tetapi juga tempat dakwah dan penyebaran informasi kerajaan. Masjid Raya al-Osmani sangat berhubungan erat dengan Istana Maimun yang sekarang sudah tidak terlihat bekasnya.
Pemugaran dilakukan kembali pada tahun 1927 oleh Deli Maatschappij, sebuah perusahaan kongsi Kesultanan Deli dan Belanda. Kemudian pada tahun 1964 pemugaran kembali dilaksanakan oleh Direktur Utama PT. Tembakau Deli II. Tahun 1977 pemugaran dilaksanakan oleh Walikota Medan, HM. Saleh Arifin dengan dana bantuan dari Presiden RI. Terakhir, pemugaran dilakukan pada tahun 1992 oleh Walikota Medan, Bachtiar Djafar. Saat ini kepengurusannya dikelola oleh keluarga keturunan sultan.
Luas lahan masjid saat ini kurang lebih satu hektar. Selain masjid sebagai bangunan utama, juga terdapat gapura, tempat wudhu dan makam-makam yang dipagari besi. Gapura berada di sebelah barat masjid, ditopang oleh dua kelompok tiang yang masing-masing kelompok terdiri dari lima tiang. Salah satu tiang besar berbentuk bulat berada di tengah tiang-tiang lain. Bagian bawah tiang dihiasi pelipit-pelipit sedangkan bagian atasnya dihiasi bentuk persegi, kuncup bunga, dan lengkungan. Atap masjid bertingkat dua berbahan genteng dan pinggirnya dihiasi hiasan kayu berukir. Antara atap bawah dan atas terdapat ventilasi dari kayu.
Masjid Raya al-Osmani menghadap ke sebelah timur membelakangi jalan raya. Bangunan masjid memiliki serambi dan ruang utama. Serambi berada di sisi timur, utara, dan selatan dimana di setiap bagian tengahnya terdapat penampil sebagai pintu masuk. Penampil dihiasi dua buah tiang besar bersegi delapan dengan hiasan kuncup bunga di bagian puncaknya. Masing-masing berada di kiri dan kanan pintu. Penampil dan serambi merupakan ruangan terbuka. Serambi memiliki atap sendiri yang di setiap sudutnya beratap kubah.
Terdapat tiga pintu dari setiap serambi untuk memasuki ruangan utama. Pintu di bagian tengah berdaun pintu dua buah berhiaskan geometris dan bagian atasnya berhiaskan lengkungan. Dua pintu lainnya memiliki hiasan yang sama, namun ukurannya lebih besar dan hiasan lengkungan di bagian atasnya meruncing. Lengkungan-lengkungan tersebut merupakan jendela kaca berhias dan berwarna. Sementara di bagian barat yang tidak memiliki pintu karena terdapat mihrab, di sisi kiri dan kanan mihrab terdapat sebuah jendela kaca berhias dan berwarna yang bagian atasnya juga dihiasi lengkungan.
Dalam ruang utama untuk sholat berdiri empat buah tiang (soko guru) yang berbentuk segi delapan. Selain tiang, juga terdapat mihrab, mimbar, dan mimbar kedua yang disebut dikba. Mihrab berada di sisi barat dengan bentuk cekung, dihiasi lengkungan, pelipit datar, dan kaligrafi berisi ayat al-Quran di bagian dalamnya. Adapun mimbar masjid terbuat dari kayu dan terbagi ke dalam tiga bagian. Bagian bawah memiliki dua anak tangga yang berukir bunga-bungaan, daun-daunan, dan sulur-suluran. Bagian tengah mimbar terdiri atas enam tiang bulat. Sedangkan bagian atas dihiasi lengkungan, ukir-ukiran, dan atap dari kayu yang maik menyempit di puncaknya. Di pekarangan masjid terdapat pemakaman, lima diantaranya adalah makam Sultan Deli keempat sampai kedelapan.

0 komentar:

Posting Komentar