Minggu, 14 Desember 2014

Masjid Tertua Kota Padang, Masjid Raya Ganting

masjid raya ganting_1374210292.jpg
Merupakan masjid tertua di Kota Padang yang dulunya pernah menjadi satu-satunya masjid di Padang. Lokasi masjid masuk ke dalam wilayah administrasi Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Timur, Padang, Sumatera Barat. Bangunan masjid ini berdiri di atas tanah wakaf masyarakat Suku Chaniago dan sekarang berada di antara permukiman penduduk. Pada awal berdirinya, yakni tahun 1790, masjid memiliki bentuk yang sederhana. Masjid terbuat dari kayu dan beratapkan rumbia. Kemudian pada tahun 1805, atas prakarsa Angku Gapuak (saudagar), Angku Syekh Haji Uma(tokoh masyarakat), dan Angku Syekh Kepala Koto (ulama), diadakan pemugaran masjid. Pembangunan masjid dibiayai oleh para saudagar yang berada di Padang, Sibolga, Medan, Aceh, dan ulama Minangkabau. Pembangunan masjid mendapat simpati dari seorang kapten Corps Genie Belanda yang menjabat sebagai Komandan Genie Sumatera Barat dan Tapanuli yang berkantor di daerah Kantin atau sekarang sekitar Jalan Sisingamangaraja.
Pembangunan masjid selesai pada tahun 1810 dengan lantai yang terbuat dari batu kali bersusun yang diplester tanah liat. Kemudian lantai tersebut diganti menjadi semen setelah mendapatkan import semen dari luar negeri, yakni Jerman. Penggantian lantai masih dilakukan pada tahun 1900, yakni diganti dengan ubin segi enam berwarna putih es berasal dari Belanda yang dipesan melalui jasa NV. Jacobson van de Berg. Pemasangan ubin ini selesai pada tahun 1910 dan dikerjakan oleh tukang yang ditunjuk langsung oleh pabrik. Pada tahun 1960, pada tiang ruang utama yang terbuat dari bata dilakukan pemasangan keramik. Sedangkan pada tahun 1995, pemasangan keramik dilakukan pada dinding ruang utama.
Saat ini masjid berdiri di atas tanah seluas 102 x 95,6 meter dengan halaman yang cukup luas di sebelah timur sebagai tempat manasik haji. Halaman juga digunakan untuk menampung jemaah yang cukup banyak pada pelaksanaan sholat Ied. Pagar halaman terbuat dari besi, sedangkan sisi selatan dan belakang yang berbatasan dengan makam dan rumah penduduk berpagar tembok. Bangunan induk masjid memiliki denah persegi panjang yang terbagi ke dalam serambi muka (12 x 39 m), serambi kiri-kanan (30 x 4,5 m), dan ruang utama (30 x 30 m).
Serambi muka memiliki enam buah pintu dari arah timur dan dua buah pintu masuk dari arah utara dan selatan. Masing-masing pintu tersebut berdaun pintu dan berjeruji besi. Di antara enam pintu yang berada di sisi timur terdapat hiasan tiang ganda semu, kecuali pada bagian tengah yang terdapat mimbar. Mimbar tersebut digunakan untuk sholat ied, memiliki daun pintu dari jeruji, dan menonjol keluar. Serambi muka juga memiliki sebuah jendela berteralis besi yang ada di sisi utara dan selatan. Dinding timur serambi berhiaskan geometris berupa panil-panil kosong berbentuk persegi panjang, persegi, dan hiasan lengkung yang ditutup tembok. Dalam ruangan serambi berdiri tujuh buah tiang ganda berbentuk silinder terbuat dari beton. Pada sisi utara dan selatan bagian depan serambi terdapat ruangan segi delapan yang memiliki pintu dan jendela. Dekat dengan ruangan tersebut juga berdiri dua buah tiang persegi. Lantai semua serambi terbuat dari tegel berukuran 20 x 20 cm, akan tetapi berbeda warna dan motif. Serambi kiri dan kanan masing-masing memiliki dua buah pintu, salah satunya menuju ke tempat wudhu yang berada di sisi utara dan selatan masjid. Bagian barat serambi samping memiliki ruangan ribath (tempat tinggal pengurus masjid) dengan pintu dari arah timur dan sebuah jendela.
Dengan menelusuri serambi, dapat ditemui empat buah pintu di serambi muka dan masing-masing dua buah pintu di serambi samping kiri-kanan. Pintu-pintu tersebut merupakan penyambung antara serambi dan ruangan utama. Pintu terbuat dari kayu, berdaun dua, dan pada ambang atas dihiasi lengkung kipas. Adapun jendela ruang utama yang juga terbuat dari kayu terdapat di sisi timur mengapit keempat pintu masuk berjumlah dua buah, di sisi utara serta selatan masing-masing berjumlah tiga buah, dan di sisi barat berjumlah enam buah. Bagian atas jendela juga berbentuk lengkung kipas.
Dinding ruang utama terbuat dari beton dengan ketebalan mencapai 34 cm, dicat putih susu dan biru, dan dilapisi keramik. Sedangkan lantai terbuat dari tegel putih berhiaskan bunga. dalam ruang utama berdiri 25 tiang yang melambangkan 25 nabi, berjajar lima baris. Setiap tiang diberi tulisan nama nabi dan dan dilapisi marmer putih. Semua tiang tersebut juga berfungsi sebagai penopang utama konstruksi atap masjid yang berbentuk segi delapan. Atap masjid berbentuk tumpang lima dan terbuat dari seng. Di sisi barat ruang utama dapat ditemui mihrab yang diapit dua ruangan pada sisi utara dan selatannya.
Dahulu, dalam ruangan utama pernah dibuat bangunan muzawir  atau penyambung imam yang menjadi ciri khas Masjid Raya Ganting. Karena pada saat itu masjid ini merupakan masjid satu-satunya di Padang, sedangkan yang lainnya berbentuk surau-surau. Sehingga dibutuhkan penyambung imam agar makmum yang cukup banyak berada jauh dari imam tetap dapat mengikuti gerakan imam. Muzawir berbentuk panggung, sarat dengan ornamen gaya Cina, dan dibangun atas sumbangan seorang Cina di Padang. Pembuatannya dikerjakan langsung oleh ahli ukir Cina yang ada di Padang. Kemudian muzawir tersebut dibongkar pada tahun 1978 setelah ada pengeras suara dan untuk memperluas ruangan utama masjid.
Dalam kompleks Masjid Raya Ganting juga terdapat bangunan lain, yakni tempat wudhu, perpustakaan, menara, dan pemakaman. Tempat wudhu dibuat pada tahun 1967 berada di sisiutara dan selatan serambi samping. Bangunan tempat wudhu ini dibuat permanen dan tertutup. Kemudian di sisi utara masjid, masih menyatu dengan bangunan induk, terdapat ruangan sederhana yang difungsikan sebagai perpustakaan. Kemudian di selatan dan belakang masjid terdapat beberapa makam sederhana yang dibatasi dengan tembok persegi panjang. Salah satu makam yang berada di selatan masjid adalah makam Angku Syekh Haji Uma, salah satu pemrakarsa pendirian masjid. Adapun makam yang berada di sebelah barat masjid merupakan makam Yml. Radja Bidoe Glr. Marahindra Toeangkoe Panglima Radja di Padang dan Marah Soe’ib Glr. Marahindra Toeangkoe Panglima Regent di Padang. Keduanya berasal dari suku Chaniago Sumagek Kampung Alam Lawas Padang.

0 komentar:

Posting Komentar