Minggu, 14 Desember 2014

Masjil Al-Makmur (Masjid Cikini) – Jakarta Pusat

002 - 019_1374132503.JPG
 

Masjid al-Makmur ini terletak di Jalan Raden Saleh Raya No. 30, Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Masjid berbetasan dengan pemukiman penduduk dan sekolah di sebelah utara, dengan kali Ciliwung sebelah selatan, Jalan Raden Saleh Raya sebelah timur, dan dengan bangunan masjid bari di sebelah barat.
 Masjid al-Makmur dahulu bernama Masjid Cikini teretak di dalam areal Rumah Sakit Cikini. Tepatnya berdekatan dengan rumah tinggal Almarhum Raden Saleh (pelukis terkenal). Tahun pendiriannya adalah sekitar tahun 1840-1860. Pada waktu itu Rumah Sakit Cikini belum berdiri. Kemudian masjid itu dipindahkan ke tempat lain yaitu tepatnya di tepi sungai Ciliwung. Alasan pemindahan lokasi berkaitan dengan kepentingan jemaah. Kali Ciliwung yang saat itu bersih dan jernih sangat cocok untuk mandi dan wudhu bagi jemaah yang akan menunaikan shalat.
 
Masjid al-Makmur tahun 1926 (foto  via forum detik)
Menurut Haji Sabikun bin Naiman, pemindahan masjid ke lokasi sekarang ini berawal  dari sengketa antara Sayid Ismail (seorang keturunan Arab, putra dari Sayid Abdullah bin Alwi Alatas) pada tahun 1924 yang menjual tanahnya kepada Koninbin Emma Stichting (KES). Akibat dari penjualan tanah itu, KES melalui pemerintah Belanda meminta agar bangunan masjid tersebut dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain. Namun rencana tersebut ditentang oleh kaum Betawi dan tokoh-tokoh muslim se Jawa.  Disaat kritis itulah bangkit tokoh-tokoh Islam dan bergabung dengan pengurus masjid mempertahankan upaya pembongkaran tersebut. Selanjutnya mereka membentuk komite yang bertujuan mendirikan bangunan masjid yang lebih kokoh dan permanen sehingga tidak dikalahkan oleh bangunan-bangunan gereja di Betawi. Komite itu disponsori oleh H. Agus Salim bersama tiga rekan lainnya yaitu KH Mas Mansyur, HOS Cokroaminoto, dan Abi Kusno yang tergabung dalam Serikat Islam. Kemudian komite ini membuat lambing Serikat Islam berupa bulan sabit dan bintang dan kalimat syahadat yang dipahatkan di atas pintu masuk yang hingga sekarang ,asih terlihat yaitu dibangun 1924 dan dipergunakan 1925.
 
Pahatan berupa bulan sabit dan bintang serta kalimat syahadat yang terdapat di atas pintu masuk masjid (foto oleh republika)
Denagn berdirinya Komite tersebut Belanda tidak lagi mengungkit-ungkit hingga penjajah tersebut hengkang dari wilayah RI. Begitu pula gugatan dari ahli waris Sayid Abdullah bin Alwi Alatas, pemilik tanah wakaf tersebut. Akhirnya pembangunan masjid berjalan dengan lancar didukung dari berbagai kalangan masyarakat Muslim Betwi.
Pada tahun 1931 diadakan perombakan dan penambahan beberapa bagian bangunan, serta pembuatan menara, penambahan interior dengan pembuatan balkon di tengah ruang utama. Kemudian sekitar tahun 1970 pembuatan teras pada sisi utara dan selatan. Pada tahun 1993 dilakukan perluasan dengan membangun masjid baru berlantai dua, kemudian pembuatan koridor antara bangunan lama dan bangunan baru. Ketiga kegiatan pemugaran tersebut dilakukan oleh swadaya masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Deskripsi Bangunan
Bangunan masjid ini terletak di atas tanah seluas 1430 m3 dikelilingi pagar tembok di bagian bawahnya dan jeruji besi di bagian atas dengan pintu gerbang utama di sisi timur. Bangunan utama masjid berukuran 20 x 12 m, lantai keramik, dinding tembok, atap genteng berbentuk tumpang limasan terpancung. Dinding luar bagian bawah diberi hiasan berbentuk tempelan batu kali berwarna hitam. Bangunan masjid ini menghadap kea rah timur, pintu masuk ke ruang masjid ada disisi timur, selatan dan utara. Sisi bagian timur berpenampil, pada penampil terdapat pintu masuk, bagian atasnya berbentuk melengkung dengan dud buah daun pintu. Pada kiri kanan pintu terdapat masing-masing dua buah jendela dengan bagian atasnya juga berbentuk melengkung. Di bagian atas penampil ini terdapat panel dari tembok berbentuk memanjang. Pada panel ini terdapat tulisan kaligrafi yang menyatakan masjid ini dibangun tahun 1974, dipergunakan tahun 1925, dan sebuah hiasan bintang dan bulan sabit, dia atas tulisan kaligrafi.
Pintu gerbang utama terletak di sisi timur di ujung sebelah kanan. Halaman masjid di bagian timur ini depasang conblock dan tegel. Sebelum masuk ke ruang masjid terdapat teras. Pada teras terdapat empat buah tiang kayu uyang berfungsi sebagai penyangga atap, kemudian terdapat tiga buah pintu masuk yang sekarang berfungsi sebagai penyangga atap, kemudian terdapat tiga buah pintu masuk yang sekarang berfungsi sebagai pintu utama. Ketiga pintu utama ini berbentuk melengkung di atasnya dan mempunyai dua daun pintu yang terbuat dari kaca. Pintu seperti ini juga terdapat di sisi utara, berjumlah tiga buah, dengan dua daun pintu, kemudian di bagian luarnya terdapat teras, dan empat buah tiang penyangga atap.
Ruang utama masjid berdenah persegi panjang dengan ukuran 17 x 12 m, lantai dan sebagian sudah diganti dengan keramik. Di dalam ruang utama ini terdapat tiang, mihrab, mimbar dan tangga naik ke ruangan atas/balkon. Tiang di dalam ruang utama berjumlah delapan buah terbuat dari beton berbentuk bulat. Pada kaki tiang terdapat umpak berbentuk segi enam, di bagian atasnya terdapat pelipit. Tiang ini berfungsi sebagai penyangga balkon atau lantai dua. Lantai balkon terbuat dari kayu/papan.
 
Interior Masjid al-Makmur (foto oleh vivanews)
Di sisi barat terdapat tiga buah lengkungan. Lengkungan yang ditengah berfungsi sebagai mihrab berukuran 2,5 x 1,8 m. Di ruang mihrab ini terdapat sebuah mimbar terbuat dari kayu jati berukuran 1,3 x 1,7 m dan tinggi 2,5 m. Mimbar berbentuk kursi. Pada tiang atau kaki kiri dan kanan bagian depan dipasang jeruji dari kayu berbentuk gelombang. Mimbar mempunyai tangga dua buah. Bagian atas mimbar ini berbentuk cungkup, disangga oleh dua buah tiang. Pada pinggiran tutup mimbar dihiasi ukiran kayu berbentuk salur-salur  dan tumpal. Di atas mimbar ini terdapat sebuah tongkat khotib dengan ukuran 1,59 m. Lengkungan yang dua lagi terletak pada samping kiri dan kanan mengapit mimbar. Lengkungan ini merupakan pintu tembus menuju bangunan masjid baru.
Di sisi barat daya bagian dalam terdapat sebuah pintu masuk untuk naik menara. Menara terletak di sisi timur bagian masjid, terbuat dari beton, berbentuk bulat dengan tinggi kurang lebih 10 m. Separo dinding bagian bawah diberi hiasan berupa tempelan batu kali berwarna hitam. Di bagian atas sekeliling menara terdapat sejumlah lubang angin. Di bagian atas lubang angin terdapat pelataran berbentuk segi enam yang diberi pagar kawat setinggi 1 m. Pada pelataran ini ada sebuah pintu masuk menghadap kea rah timur dan satu buah jendela menghadap kea rah selatan. Bagian atas menara ditutup dengan atap berbentuk kubah dan pada puncaknya terdapat hiasan tulisan “Allah” di dalam sebuah lingkaran.
 
Bangunan Masjid al-Makmur beserta menaranya (foto oleh vivanews)
Di sisi barat bangunan masjid lama terdapat bangunan masjid baru berlantai dua sebagai perluasan masjid lama. Lantai dasar dipergunakan untuk ruangan kantor, sedangkan lantai dua untuk tempat shalat. Bangunan masjid lama dan masjid baru dihubungkan dengan lorong (koridor) dan beberapa anak tangga. Di sebelah barat bangunan masjid baru terdapat bangunan sekolah madrasah bertingkat dua.

0 komentar:

Posting Komentar