Minggu, 14 Desember 2014

Masjid Tua Bungku - Poso

masjidbungku_1373942761.jpg
Masjid Tua Bungku terletak di Desa Marsaole, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Merupakan peninggalan bersejarah bagi Kerajaan Bungku, selain itu mesjid ini adalah mesjid kedua dari penyebaran agama islam di daerah Bungku. Masjid Tua Bungku terdiri dari ruang utama dan serambi. Dalam ruang utama terdapat tiang, mihrab, dan mihrab. Tiang dalam ruangan ada 17 buah terdiri dari empat tiang soko guru dan 13 buah tiang kelilingi yang lebih kecil dari tiang soko guru. Mimbar terdapat pada dinding barat yang menjorok keluar. Di sebelah utara mihrab terdapat mimbar yang berbentuk kursi tinggi. Selain itu dalam ruangan juga terdapat sebuah peti yang berfungsi sebagai tempat menyimpan naskah kitab suci Alqur’an.
Masjid ini memiliki menara yang berdiri 25 meter dari permukaan tanah, dikenal sebagai menara alif yang  berarti tauhid (keesaan) Allah, sumber sejarah menceritakan dulunya  menara alif ini terpasang  simbol bulan bintang. Atap serambi tidak bersatu dengan atap ruang induk, tetapi menempel pada dinding di bawah atap kesatu. Atap masjid bertumpang lima dengan kombinasi bentuk kubah pada bagian puncaknya. Masjid dilengkapi sarana lain seperti sumur dan bak penampungan air untuk berwudhu. Selain itu juga terdapat bedug. Di halaman muka, di dekat serambi bagian timur laut dan tenggara masing-masing terdapat sebuah meriam yang berasal dari Portugis.
Sejarah
Pada abad XV agama Islam masuk ke Bungku pertama kali dnegan penyiar agama dari Tanah Melayu bernama Syekh Maulana bergelar Bojo Johor. Beliau datang ke Bungku pada waktu Raja Marhum Sangieng Kinambuka memerintah setelah Islam berkembang maka di bangun sarana peribadatan berupa masjid. Kemudian atas prakarsa raja Bungku VII yaitu Kacili Mohammad Baba bergelar Peapua Levivi Rombia yang memerintah pada tahun 1835-1836 dimulailah pembangunan masjid tersebut (tahun 1835). Arsitek masjid adalah Merodo bergelar Sengaji, seorang bangsawan dari Desa Oneete (seorang keturunan bangsawan yang berasal dari Ternate).
Masjid mendapat pengaruh dari Ternate, karena waktu pembangunan masjid tersebut kesultanan Ternate berjaya sehingga membawa pengaruh yang cukup besar terhadap kebudayaan dan pemerintahan di Bungku. Secara etimologi kata bungku berasal dari kata tambuku yang berarti puncak gunung.
Pada masa pemerintahan raja Bungku XII, yaitu Abdul Razak masjid pertama kali dipugar. Pemugaran tersebut berlangsung pada tahun 1936-1937 yang melibatkan seorang arsitek bangsa Cina bernama Aweng. Kegiatan mengganti atap mimbar dengan atap seng oleh penduduk setempat. Kemudian pada masa pendudukan Jepang di Bungku tahun 1942-1945 diadakan penambahan lambang bulan dan bintang di atas kubah masjid.

0 komentar:

Posting Komentar