Masjid Padang Betua
Masjid
terletak di Desa Padang Betua, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten
Bengkulu Utara, Bengkulu. Berdasarkan sejarah, kata Padang Betua berasal
dari bahasa Minangkabau yakni Padang Batuah yang berarti Pedang Sakti.
Nama Padang Batuah berubah menjadi Padang Batua menurut lisan Melayu
Bengkulu. Menurut Tambo Bengkulu serta keterangan tokoh masyarakat
disebutkan bahwa nama tersebut dipilih untuk mengenang peristiwa Datuk
Bagindo Maharajo Sakti utusan Raja Pagarayung dan rombongan dalam
mengambil pedang saktinya ketika sedang mencari daerah baru untuk
memperluas wilayah kekuasaan di daerah sepanjang barat pesisir selatan.
Masjid
dibangun pada tahun 1823 dipimpin oleh seorang ulama dan tokoh
masyarakat setempat, yakni Haji Mansyur. Pada awal pembangunan, atap
masjid berbentuk sederhana seperti gudang, terbuat dari dari daun rumbia
dan hampir seluruh bahan bangunannya mempergunakan kayu. Kemudian pada
tahun 1920 atapnya diganti dengan seng serta berubah menjadi tumpang
bersusun tiga. Akan tetapi, sejak 1984 masjid ini tidak digunakan lagi
sebagai tempat ibadah karena rusak. Sebagai gantinya, masyarakat Padang
Betua mendirikan masjid baru sekitar 500 meter ke arah barat laut.
Masjid
Padang Betua berdenah persegi menghadap selatan dengan tinggi pondasi
sekitar 60 cm dari permukaan tanah yang terbuat dari pasangan batu kali.
Bangunan masjid memiliki empat serambi di sekelilingnya.
Serambi-serambi tersebut diberi dinding luar berbentuk pagar jeruji yang
terbuat dari papan yang disusun berdiri. Untuk memasuki serambi dapat
melalui sebuah anak tangga yang terbuat dari pasangan batu sebanyak tiga
trap. Tangga tersebut dilindungi oleh atap seng. Lantai serambi terbuat
dari plesteran semen pasir dan koral, sedangkan atap serambi menyatu
dengan atap ruang utama terbentuk dari seng.
Pintu
masuk ruang utama berada di sisi selatan serambi depan berjumlah dua
buah. Pintu tersebut berdaun dua dengan konstruksi panel yang terbuka ke
dalam. Pintu juga berada di sebalah timur, berbentuk panel, dan
menghubungkan ruang utama, serambi, dengan gudang yang berada sisi timur
masjid. Lantai ruang utama terbuat dari semen pasir dan koral sama
seperti lantai serambi. Dinding masjid sebelah atas terbuat dari anyaman
kawat dan bambu yang diikatkan ke tiang-tiang bangunan, kemudian
diplester dengan adukan semen dan pasir. Dinding bagian dalam berfungsi
sebagai pemisah antara ruang utama dengan serambi, kecuali sebelah utara
yang telah digeser sepadan dengan tiang serambi. Sehingga serambu utara
menjadi bagian ruang utama masjd.
Di
sisi barat ruang utama terdapat mihrab yang menyambung ke serambi.
Sebelah kanan dan kiri mihrab masing-masing terdapat sebuah jendela.
Tinggi langit-langit ruang mihrab mencapai 2,1 meter. Langit-langit
mihrab melekat diatas empat sisi mihrab berbentuk melengkung dan juga
terbuat dari plesteran semen pasir dengan anyaman kawat. Di dalamnya
terdapat sebuah mimbar sederhana. Bagian depan mimbar terdapat tiga buah
anak tangga yang terbuat dari pasangan bata yang diplester. Bangunan
lain yang terdapat di kompleks masjid adalah tempat wudhu yang terlatak
di depan masjid sebelah kiri. Bangunan ini terbuat dari kayu dan
beratapkan seng.
0 komentar:
Posting Komentar