Selasa, 09 Desember 2014

Masjid Padang Betua

Masjid padang betua_1374563439.jpg
Masjid Padang Betua
Masjid terletak di Desa Padang Betua, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Berdasarkan sejarah, kata Padang Betua berasal dari bahasa Minangkabau yakni Padang Batuah yang berarti Pedang Sakti. Nama Padang Batuah berubah menjadi Padang Batua menurut lisan Melayu Bengkulu. Menurut Tambo Bengkulu serta keterangan tokoh masyarakat disebutkan bahwa nama tersebut dipilih untuk mengenang peristiwa Datuk Bagindo Maharajo Sakti utusan Raja Pagarayung dan rombongan dalam mengambil pedang saktinya ketika sedang mencari daerah baru untuk memperluas wilayah kekuasaan di daerah sepanjang barat pesisir selatan.
Masjid dibangun pada tahun 1823 dipimpin oleh seorang ulama dan tokoh masyarakat setempat, yakni Haji Mansyur. Pada awal pembangunan, atap masjid berbentuk sederhana seperti gudang, terbuat dari dari daun rumbia dan hampir seluruh bahan bangunannya mempergunakan kayu. Kemudian pada tahun 1920 atapnya diganti dengan seng serta berubah menjadi tumpang bersusun tiga. Akan tetapi, sejak 1984 masjid ini tidak digunakan lagi sebagai tempat ibadah karena rusak. Sebagai gantinya, masyarakat Padang Betua mendirikan masjid baru sekitar 500 meter ke arah barat laut.
Masjid Padang Betua berdenah persegi menghadap selatan dengan tinggi pondasi sekitar 60 cm dari permukaan tanah yang terbuat dari pasangan batu kali. Bangunan masjid memiliki empat serambi di sekelilingnya. Serambi-serambi tersebut diberi dinding luar berbentuk pagar jeruji yang terbuat dari papan yang disusun berdiri. Untuk memasuki serambi dapat melalui sebuah anak tangga yang terbuat dari pasangan batu sebanyak tiga trap. Tangga tersebut dilindungi oleh atap seng. Lantai serambi terbuat dari plesteran semen pasir dan koral, sedangkan atap serambi menyatu dengan atap ruang utama terbentuk dari seng.
Pintu masuk ruang utama berada di sisi selatan serambi depan berjumlah dua buah. Pintu tersebut berdaun dua dengan konstruksi panel yang terbuka ke dalam. Pintu juga berada di sebalah timur, berbentuk panel, dan menghubungkan ruang utama, serambi, dengan gudang yang berada sisi timur masjid. Lantai ruang utama terbuat dari semen pasir dan koral sama seperti lantai serambi. Dinding masjid sebelah atas terbuat dari anyaman kawat dan bambu yang diikatkan ke tiang-tiang bangunan, kemudian diplester dengan adukan semen dan pasir. Dinding bagian dalam berfungsi sebagai pemisah antara ruang utama dengan serambi, kecuali sebelah utara yang telah digeser sepadan dengan tiang serambi. Sehingga serambu utara menjadi bagian ruang utama masjd.
Di sisi barat ruang utama terdapat mihrab yang menyambung ke serambi. Sebelah kanan dan kiri mihrab masing-masing terdapat sebuah jendela. Tinggi langit-langit ruang mihrab mencapai 2,1 meter. Langit-langit mihrab melekat diatas empat sisi mihrab berbentuk melengkung dan juga terbuat dari plesteran semen pasir dengan anyaman kawat. Di dalamnya terdapat sebuah mimbar sederhana. Bagian depan mimbar terdapat tiga buah anak tangga yang terbuat dari pasangan bata yang diplester. Bangunan lain yang terdapat di kompleks masjid adalah tempat wudhu yang terlatak di depan masjid sebelah kiri. Bangunan ini terbuat dari kayu dan beratapkan seng. 

0 komentar:

Posting Komentar