HIASAN DAN MAKNA PAKAIAN PENGANTIN ADAT GORONTALO.
Dalam pakaian adat Gorontalo, ada bebrapa hiasan yang dipakai pada kedua pasangan pengantin pria dan wanita
- Pakaian pengantin Wanita (Biliu)
Ada beberapa hiasan dalam Biliu yang terdiri atas:
- Hiasan Kepala
1. Baya lo Boute yaitu ikat kepala yang memberikan dua pengertian:
- Bahwa sang Ratu telah terikat oleh suatu tanggung jawab.
- Bahwa segala pemikiran sang Ratu harus dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
2. Layi
artinya bulu unggas yang diletakkan di atas ubun-ubun. Bulu unggas ini
dikiaskan pada kehalusan budi pekerti dimana hendaknya seorang Ratu
harus memiliki budi pekerti yang luhur sebagaimana kehalusan bulu-bulu
unggas. Layi diberi warna merah dan putih sebagai lambang keberanian dan kesucian.
3. Pangge Mopa artinya tangkai-tangkai rendah yang berjumlah 6 buah, diibaratkan kepada 6 orang Bubato atau Pemangku Adat yang untuk kerajaan Gorontalo terdiri dari 2 orang Bate-bate dan WuU serta 4 orang Kimalaha yang juga menjabat sebagai Kepala Kampung dan sebagai koordinator pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dengan gelar:
- Ti Papa
- Ti Huawango Botu
- Ti Padengo
- Ti BiawaO
Sedangkan untuk kerajaan Limboto adalah seorang Bate, seorang Bate lo Tuntungiyo dan 4 orang Kimalaha masingmasing:
- Ti Hungayo
- Ti Dunito
- Ti Botu
- Ti Ipilo
Bate-bate adalah Ketua Adat. WuU adalah Pengatur. Kimalaha adalah Koordinator pelaksana. Bate lo Tuntungiyo adalah wakil Bate. Dalam pengertian ini sang Ratu berkewajiban untuk menerima pertimbangan-pertimbangan aparat adat tersebut (Bubato).
4. Pangge artinya tangkai sebanyak 4 buah yang menghiasi bagian belakang dari pada BiliU yang artinya bahwa sang Ratu berkewajiban untuk menerima pendapat clan nasihat dari 4 orang raja-raja bawahan yaitu untuk Kerajaan Gorontalo masing-masing:
4. Pangge artinya tangkai sebanyak 4 buah yang menghiasi bagian belakang dari pada BiliU yang artinya bahwa sang Ratu berkewajiban untuk menerima pendapat clan nasihat dari 4 orang raja-raja bawahan yaitu untuk Kerajaan Gorontalo masing-masing:
- Raja Bilinggata (Kota)
- Raja Hunginaa (Telaga)
- Raja Wuwabu (Kabila)
- Raja Lupoyo (Tapa)
Sedangkan untuk Kerajaan Limboto masing-masing :
- Raja Dunggala (Batudaa)
- Raja Tomilito (Kwandang)
- Raja Tibawa (Limboto)
- Raja Butaiyo (Paguyaman).
5. Tuhi-tuhi
artinya gafah sebanyak 7 buah yang panjangnya lebih tinggi dari yang
lain. Tuhi-tuhi diibaratkan pada 2 kerajaan yang bersaudara yaitu Hulontalo-Limutu, LimutuHulontalo serta 5 kesatuan kerajaan yaitu :
- Kerajaan Tuwawa
- Kerajaan Limutu
- Kerajaan Hulontalo
- Kerajaan Bulango
- Kerajaan Atinggola.
6. Huli :
artinya belakang yang disematkan pada bahagian belakang dan terdiri
dari 2 tangkai daun-daunan yang ditancapkan pada ujung kiri kanan dari
balanga (rangka). Huli diibaratkan pada dua jalur aparat adat yaitu: Pegawai Syara' dan Talenga (satuan Pahlawan Keamanan).
7. Dungo Bitila: artinya daun bitila. Bitila adalah semacam pohon yang rimbun berdaun besar clan buahnya dapat dimakan. Sehelai daun bitila yang tertancap pada kepala bahagian belakang memberikan arti pengayoman sang Ratu terhadap Rakyat.
8. Huwo O: artinya rambut. Bentuknya terpotong-potong menjadi 5 bagian yang dihubungkan oleh rantai antara satu dengan yang lain. Dalam penobatan seseorang Ratu di zaman dahulu biasanya 7 potong atau 7 susun.
Adapun lima bahagian yang lazim dipakai sekarang ini diambil dari dua pengertian tentang keharusan seseorang Ratu untuk bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian yang.pertama diambil dari lima suku kata yaitu:
8. Huwo O: artinya rambut. Bentuknya terpotong-potong menjadi 5 bagian yang dihubungkan oleh rantai antara satu dengan yang lain. Dalam penobatan seseorang Ratu di zaman dahulu biasanya 7 potong atau 7 susun.
Adapun lima bahagian yang lazim dipakai sekarang ini diambil dari dua pengertian tentang keharusan seseorang Ratu untuk bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian yang.pertama diambil dari lima suku kata yaitu:
- LA
- ILAHA
- ILLA
- ALLAH
- HU
Dalam pengertian kedua lima bahagian yaitu diambil dari lima rukun Islam yaitu:
- Kalimat Syahadat
- Sholat (Sembahyang)
- Berpuasa
- Berzakat
- Naik Haji.
Di
mana pada waktu itu Agarna Islam dinyatakan sebagai Agama Kerajaan
dalam Pemerintahan Adat di Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan adanya
sanjak yang menyatakan :
Adati aji-ayimitila tobutoO ButoO Ayi-Ayimitila to Qurani.
9. Taya: artinya timbangan atau dacing yang biasa juga disebut Titimenga. Disamping pada kiri kanan kepala bahagian depan di samping mata. Pengertiannya bahwa Ratu harus berlaku adil.
Taya ini mempunyai pengertian yang sama dengan antinganting.
Lain-lain sebagai tambahan penjelasan adanya umbaiumbai yang tergantung pada baya Lo
Boute memberikan gambaran tentang berbagai masalah clan harapan rakyat yang tergantung
sangat pada kepemimpinan Ratu.
Adati aji-ayimitila tobutoO ButoO Ayi-Ayimitila to Qurani.
9. Taya: artinya timbangan atau dacing yang biasa juga disebut Titimenga. Disamping pada kiri kanan kepala bahagian depan di samping mata. Pengertiannya bahwa Ratu harus berlaku adil.
Taya ini mempunyai pengertian yang sama dengan antinganting.
Lain-lain sebagai tambahan penjelasan adanya umbaiumbai yang tergantung pada baya Lo
Boute memberikan gambaran tentang berbagai masalah clan harapan rakyat yang tergantung
sangat pada kepemimpinan Ratu.
B. Hiasan pada bagian Kepala ke Bawah seperti:
a. Boo Tunggohu:Artinya baju kurung yang biasa juga disebut Galenggo. Di atas baju ini masih digunakan lagi selapis hiasan dada yang disebut Kucubu to Du helo, yang artinya pembalut dada~. Kucubu to duhelo
ini mengisyaratkan pada Ratu agar dalam memimpin Pemerintahan harus
senantiasa menekan clan menutup nafsu amarah. Di dalam dadanya harus
mernancar sinar cinta kasih kepada rakyat, sebagaimana bersinarnya
cahaya yang menghias dada bajunya. Petu: Demikianlah pula pada kiri kanan ujung tangan baju yaitu pada pergelangan tangan dihiasi dengan sepasang hiasan yang disebut: Petu,
yang membalut ujung lengan baju. Petu ini mengingatkan bahwa tangan ini
harus dimanfaatkan pada karya yang berguna bagi kesejahteraan rakyat.
Selain itu di bawah Petu, dihiasi pula dengan sepasang gelang lebar yang disebut Pateda. Gelang ini melilit rapat pada kedua pergelangan tangan yang diartikan pengekang tindakan-tindakan yang terlanjur.
Selain itu di bawah Petu, dihiasi pula dengan sepasang gelang lebar yang disebut Pateda. Gelang ini melilit rapat pada kedua pergelangan tangan yang diartikan pengekang tindakan-tindakan yang terlanjur.
b. Wulu wawu Dehu:
Artinya kalung bersusun. Pengertiannya menyadarkan sang Ratu bahwa bila
pada suatu waktu ia melakukan kesalahan maka baginya telah tersedia
tali yang akan menggantung dirinya (batang lehernya).
c. Hiasan Kuku:Artinya
hanya dipakai pada jari manis dan jari kelingking dari kedua belah
tangan kiri dan kanan. Hiasan yang dipakai pada jari manis pertanda budi
yang luhur sedangkan pada jari kelingking mengingatkan Sang Ratu
senantiasa memperhatikan kepentingan rakyat kecil.
d. Alumbu atau Bide:Artinya
sarung pada bagian depan kiri dan kanan terdapat hiasan berderet
teratur ke bawah. Penempatan hiasan ini mengikuti pengaturan tempat
duduk para Pejabat Kerajaan (Huhulo0 Bubato Lo Ulipu atau biasa disebut
Bulita dalam suatu musyawarah). Alumbu atau Bide ini terbuka pada
bahagian depannya, tetapi di bahagian dalam masih dipakai lagi selapis
kain Uyilonuhu atau biasa juga disebut Buluwa Lo Rahasia yang artinya
peti Rahasia. Tersirat di dalam arti kata itu bahwa Sang Ratu harus
memegang rahasia jabatannya sebagaimana ia menjaga kehormatan dirinya.
e. Bintolo Etango:Artinya ikat pinggang dan pending. Ikat pingang ini mengingatkan hendaknya apabila makan terlalu kenyang, supaya ikat pinggang jangan sampai putus. Dengan demikian Sang Ratu harus makan sekedarnya dalam arti hidup sederhana, makan barang yang halal dan menghindari yang haram. Seka-ligus pending emas/Etango yang menghiasi ikat pinggang itu tidak akan terlepas dari Sang Ratu.
2. Pakaian Pengantin Putera (Makuta)
Pengantin Putera mengenakan pakaian yang disebut Makuta atau Paluwala. Makuta berasal dari kata Mahkota. Nama ini baru dikenal pada akhir abad ke XIX dimana sebelumnya hanya dikenal dengan nama Paluwala yang berasal dari kata Piloluwala yang artinya sumber. Paluwala ini hanya dipakai oleh Raja yang disebut OLONGIA, yang menjadi sumber dari kedua kekuasaan pada waktu itu.
Telah banyak perubahan bentuk setelah Paluwala ini diganti dengan Mahkota. Dalam Makuta antara lain tidak terdapat lagi apa yang disebut Buntali, Bako clan Dungo Ayu (rangka, kotak clan daun-daun kayu). Hal ini tesjadi sekitar tahun 1892 dimana Pemerintah Hindia Belanda sedikit demi sedikit mulai menyusup masuk mempengaruhi adat istiadat clan kebudayaan Gorontalo yang antara lain ikut mempengaruhi pula bentuk Paluwala dengan hiasan-hiasannya sebagai berikut:
e. Bintolo Etango:Artinya ikat pinggang dan pending. Ikat pingang ini mengingatkan hendaknya apabila makan terlalu kenyang, supaya ikat pinggang jangan sampai putus. Dengan demikian Sang Ratu harus makan sekedarnya dalam arti hidup sederhana, makan barang yang halal dan menghindari yang haram. Seka-ligus pending emas/Etango yang menghiasi ikat pinggang itu tidak akan terlepas dari Sang Ratu.
2. Pakaian Pengantin Putera (Makuta)
Pengantin Putera mengenakan pakaian yang disebut Makuta atau Paluwala. Makuta berasal dari kata Mahkota. Nama ini baru dikenal pada akhir abad ke XIX dimana sebelumnya hanya dikenal dengan nama Paluwala yang berasal dari kata Piloluwala yang artinya sumber. Paluwala ini hanya dipakai oleh Raja yang disebut OLONGIA, yang menjadi sumber dari kedua kekuasaan pada waktu itu.
Telah banyak perubahan bentuk setelah Paluwala ini diganti dengan Mahkota. Dalam Makuta antara lain tidak terdapat lagi apa yang disebut Buntali, Bako clan Dungo Ayu (rangka, kotak clan daun-daun kayu). Hal ini tesjadi sekitar tahun 1892 dimana Pemerintah Hindia Belanda sedikit demi sedikit mulai menyusup masuk mempengaruhi adat istiadat clan kebudayaan Gorontalo yang antara lain ikut mempengaruhi pula bentuk Paluwala dengan hiasan-hiasannya sebagai berikut:
a. Tudung Makuta
letaknya menjulang ke atas dan terkulai ke belakang berbentuk bulu
Unggas. Sebagaimana kita ketahui bahwa bulu-bulu Unggas adalah halus
dan lembut maka sifat-sifat kehalusan yang demikian itulah diharapkan
dari budi pekerti Raja. Layi ini diletakkan menjulang ke atas
melambangkan hubungan Arab ALIF yang mengandung makna Ke Esaan Tuhan,
Pada Layi ini melekat hiasan emas yang berbentuk daun sebanyak lima clan yang memberi pengertian lima prinsip dalam kehidupan adat istiadat Daerah Gorontalo, yaitu:
1. WuUdu (adat berpakaian)
2. Aadati (kebiasaan yang sopan)
3. Tinepo (penghargaan sesama Umat)
4. Tombula (membalas penghormatan orang lain)
5. Buto (hukum)
Pada Layi ini melekat hiasan emas yang berbentuk daun sebanyak lima clan yang memberi pengertian lima prinsip dalam kehidupan adat istiadat Daerah Gorontalo, yaitu:
1. WuUdu (adat berpakaian)
2. Aadati (kebiasaan yang sopan)
3. Tinepo (penghargaan sesama Umat)
4. Tombula (membalas penghormatan orang lain)
5. Buto (hukum)
Selain
itu pula dihiasi dengan delapan bintang kecil yang memberi pengertian
bahwa 8 Negeri di daerah Gorontalo, yaitu: Bilinggata, Hunginaa, Wuwabu,
Lupoyo di Kerajaan Gorontalo clan Dunggala, Tomilito, Tibawa, Butaiyo
di Kerajaan Limboto bersama-sama menganut lima prinsip itu. Dengan
demikian maka bintang-bintang kecil itu diletakkan di atas lima daun
prinsip itu.
Di bawah dari Delapan bintang ini terdapat lagi 6 buah bintang lainnya yang dikiaskan pada 6 Rukun Iman yaitu:
1. Kepercayaan kepada Tuhan
2. Kepercayaan kepada Malaikat
3. Kepercayaan kepada Kitab Suci
4. Kepercayaan kepada Rasul
5. Kepercayaan Kepada hari Kiamat
6. Kepercayaan Kepda Takdir
Di bawah dari Delapan bintang ini terdapat lagi 6 buah bintang lainnya yang dikiaskan pada 6 Rukun Iman yaitu:
1. Kepercayaan kepada Tuhan
2. Kepercayaan kepada Malaikat
3. Kepercayaan kepada Kitab Suci
4. Kepercayaan kepada Rasul
5. Kepercayaan Kepada hari Kiamat
6. Kepercayaan Kepda Takdir
Sedangkan
di atas bintang-bintang kecil itu terdapat bintang besar terletak di
tengah-tengah Layi yang melambangkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Pada
kiri clan kanan bahagian depan terdapat dua hiasan berbentuk mata yang
mengharuskan kepada Sang Raja untuk harus bermata tajam memperhatikan
keadaan rakyat.
Pada sekeliling sayap Makuta melilit rantai clan umbaiumbai yang memberikan makna sebagai rakyat clan dengan segala harapan-harapannya. Sedangkan samping kiri clan kanan sayap Makuta dihiasi dengan ular naga yang menggambarkan kewaspadaan.
Ber Takwa Doa: Pasangan daripada Makuta disebut Baju Raja dimana sebelumnya Paluwala diganti dengan Makuta biasanya dipakai Bo0 Takuwa DaA. Bo0 artinya baju clan Takowa berasal dari Takwa yaitu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada Baju Raja ini yang dapat diberikan pengertian hanyalah hiasan yang melilit pada leher dengan dua buah tali yang dilekatkan arah ke bawah yang sama pengertiannya dengan kalung dalam pakaian BiliU. Dapat ditambahkan Baju Raja karena baju ini dirancang bersama-sama dengan perubahan Palu wala menjadi Makuta.
Celana Raja: pada celana Raja disamping kiri clan kanannya dihiasi dengan seutas tali lurus dari atas ke bawah sebagai pengertian kepada Raja untuk harus berlaku jujur kepada rakyat. Demikian pula pemakaian sepatu dalam pasangan baju ini baru dikenal pada akhir abad ke XIX.
b. lkat Pinggang dan Pending, sama pengertiannya dengan Bintolo clan Etango pada pakaian BiliU.
Pada sekeliling sayap Makuta melilit rantai clan umbaiumbai yang memberikan makna sebagai rakyat clan dengan segala harapan-harapannya. Sedangkan samping kiri clan kanan sayap Makuta dihiasi dengan ular naga yang menggambarkan kewaspadaan.
Ber Takwa Doa: Pasangan daripada Makuta disebut Baju Raja dimana sebelumnya Paluwala diganti dengan Makuta biasanya dipakai Bo0 Takuwa DaA. Bo0 artinya baju clan Takowa berasal dari Takwa yaitu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada Baju Raja ini yang dapat diberikan pengertian hanyalah hiasan yang melilit pada leher dengan dua buah tali yang dilekatkan arah ke bawah yang sama pengertiannya dengan kalung dalam pakaian BiliU. Dapat ditambahkan Baju Raja karena baju ini dirancang bersama-sama dengan perubahan Palu wala menjadi Makuta.
Celana Raja: pada celana Raja disamping kiri clan kanannya dihiasi dengan seutas tali lurus dari atas ke bawah sebagai pengertian kepada Raja untuk harus berlaku jujur kepada rakyat. Demikian pula pemakaian sepatu dalam pasangan baju ini baru dikenal pada akhir abad ke XIX.
b. lkat Pinggang dan Pending, sama pengertiannya dengan Bintolo clan Etango pada pakaian BiliU.
c. Pedang:mdalam
bahasa Daerah Gorontalo disebut Jambiya. Pedang kebesaran ini
dialmbangkan sebagai pertanggung jawaban Raja dalam mempertahankan clan
mem-bela kerajaan bersama rakyat yang penyematannya dirangkaikan
dengan sebuah sanjak:
- Bangusa Talalo (Bangsa dipelihara)
- Lipu Po Duluwalo (Negara dibela)
- Openu demoputi Tulalo (Lebih baik berputih tulang)
- Bodila moputi Baya (Dari pada berputih muka)
Dalam
pengertian yang lebih tegas mempunyai arti lebih baik berkalung tanah
daripada malu. Jambiya ini terikat dengan secarik kain berwarna merah
yang mengharuskan seorang Raja itu berani, dan berjiwa patriotisme.
0 komentar:
Posting Komentar