Suku
Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat transportasinya. Pembuatan
perahu dahulunya digunakan untuk persiapan suatu penyerangan dan
pengayauan kepala. Bila telah selesai, perahu tersebut dicoba menuju ke
tempat musuh dengan maksud memanas-manasi musuh dan memancing suasana
musuh agar siap berperang. Selain itu, perahu lesung juga digunakan
untuk keperluan pengangkutan dan pencarian bahan makanan.
Setiap
5 tahun sekali, orang-orang Asmat membuat perahu-perahu baru. Walaupun
daerah Asmat kaya akan berbagai jenis kayu, namun pembuatan perahu
mereka memilih jenis kayu khusus yang jumlahnya tidak begitu banyak.
Yang digunakan adalah kayu kuning (ti), ketapang, bitanggur atau sejenis
kayu susu yang disebut yerak.
Setelah
pohon dipilih, ditebang, dikupas kulitnya dan diruncingkan kedua
ujungnya, batang itu telah siap dibawa ke tempat pembuatan perahu. Untuk
membuat perahu dibutuhkan waktu kurang lebih 5 minggu. Proses pembuatan
perahu dari bentuk batang hingga selesai diukir dan dicat meliputi
beberapa tahap. Pertama, batang yang masih kasar dan bengkok diluruskan.
Setelah bagian dalam digali, dihaluskan dengan kulit siput, sama halnya
dengan bagian luar. Bagian bawah perahu dibakar supaya perahu menjadi
ringan dan laju jalannya.
Bagian muka perahu disebut cicemen,
diukir menyerupai burung atau binatang lainnya perlambang pengayauan
kepala. Atau ukiran manusia yang melambangkan saudara yang telah
meninggal. Perahu kemudian dinamakan sesuai dengan nama saudara yang
telah meninggal itu. Panjang perahu mencapai 15-20 meter. Setelah semua
ukiran dibuat di perahu maka perahu pun di cat. Bagian dalam dicat
putih, bagian luar dicat putih dan merah. Setelah itu perahu dihiasi
dengan dahun sagu. Sebelum dipergunakan, semua perahu harus diresmikan
melalui upacara.
Ada
2 macam perahu yang biasa digunakan, yaitu perahu milik keluarga yang
tidak terlalu besar dan memuat 2-5 orang dengan panjang 4-7 meter.
Sedangkan perahu clan biasa memuat antara 20-20 orang dengan panjang
10-20 meter. Dayung terbuat dari kayu yang tahan lama, misalnya kayu
besi. Karena dipakai sambil berdiri, maka dayung orang Asmat sangat
panjang ukurannya. Benda ini wajib dimiliki oleh setiap orang Asmat
karena daerah tempat tinggal banyak dikelilingi dengan rawa-rawa.
0 komentar:
Posting Komentar