Tari Suanggi adalah tarian yang berasal dari Papua Barat.
Tarian ini mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang
menjadi korban angi-angi (jejadian). Dari sekian banyak karya seni
budaya di nusantara ini, masih sedikit referensi atau catatan yang
merincikannya dengan detail, di antaranya adalah tentang keberadaan tari
Suanggi.Jika kita lihat dari deskripsinya, tari suanggi adalah bentuk
ekspresi masyarakat Papua Barat tentang kekentalan nuansa magis di
daerah tersebut. Beberapa tarian di Papua, cenderung terkesan berawal
dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Seperti halnya tari suanggi.
Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang,
tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit. Karl Jaspers
menyebut pengalaman-pengalaman yang bisa memunculkan krisis eksistensi
ini sebagai situasi batas, dan di antaranya yang paling penting ialah
pengalaman menghadapi peristiwa kematian.
Dalam kepercayaan magis masyarakat Papua Barat,
Suanggi adalah roh jahat (kapes) karena belum ditebus dan belum
mendapat kenyamanan di alam bakanya. Roh-roh ini biasanya merasuk pada
tubuh wanita. Wanita yang meninggal saat melahirkan ditakutkan akan
menjelma menjadi kapes fane. Sementara dalam kelompok masyarakat Aifat
yang lebih ke utara, sering menyebutnya sebagai kapes mapo. Roh-roh ini
sering merasuki perempuan yang masih hidup, yang kemudian secara magis
mampu mencelakakan orang lain. Perempuan yang dirasuki roh ini selain
disebut sebagai kapes mapo kadang disebut juga sebagai perempuan
suanggi. Konon, roh-roh jahat ini dapat diperalat untuk mencelakakan
orang lain yang tidak disenangi. Kadang mereka juga iri melihat orang
yang makan sendiri di hutan. Kalau mereka melihat orang makan di sekitar
tempat tinggal mereka dan membuang sisa-sisa makanan sembarangan,
sisa-sisa makanan itu akan menjadi sarana bagi mereka untuk merasukinya,
menyebabkan orang sakit, kurus dan akhirnya mati.
Bila telah jatuh kurban
semacam ini, para tetua akan melakukan mawi untuk mencari tahu, siapa
gerangan perempuan suanggi (kapes mapo) itu. Setelah berhasil diketahui,
maka perempuan itu akan dibunuh, entah dipukuli ataupun dengan dipaksa
minum akar tuba. Selanjutnya perutnya dibedah, untuk melihat
keanehan-keanehan pada isi perutnya. Konon, bila benar perempuan itu
adalah kapes mapo, empedunya ada dua. Bahkan hingga hari ini,
kepercayaan terhadap Suanggi masih sangat kental
Dari beberapa data hasil
penelitian dan informasi di atas, kita bisa melihat betapa kental
kepercayaan masyarakat Papua terhadap hal-hal magis. Kemudian dirangkum
dan direkam dalam bentuk seni pertunjukan tari. Dipelihara, dijaga dan
dilestarikan secara turun temurun demi keyakinan, dan keseimbangan
kehidupan yang kemudian kita kenali sebagai sebuah identitas budaya.
Curhat Pendek - Itu Susu?
-
Ketika kamu memiliki banyak pengalaman, melihat banyak hal yang terjadi di
dunia maka biasanya semakin sulit kamu untuk terkejut pada sesuatu yang
tida...
0 komentar:
Posting Komentar