Dalam
banyak aspek kehidupannya orang Muyu menganggap dirinya tergantung
kepada kekuatan supernatural. Orang Muyu berusaha memanfaatkan daya-daya
supernatural itu untuk kepentingannya sendiri dalam setiap aktivitas
produktif sehari-hari.
Pengaruh
kekuatan supernatural atas hasil perburuan orang Muyu menyadari bahwa
ia tergantung kepada Komot. Kalau Komot ikut menembakkan anak panah ke
arah para pemburu maka sang pemburu akan menangkap binatang; kalau anak
panah itu ditembakkan ke arah lain, hasil tangkapan yang baik akan
terjadi di sana. Sebab Komot adalah Penguasa Binatang Liar.
Seperti juga telah dikemukakan, arwah tertentu, aytek digunakan untuk berburu. Beberapa orang tahu bagaimana cara menangkap aytek, untuk
menjadi pemburu yang andal. Di samping penggunaan kekuatan supernatural
ini, dikenal metode-metode lain. Salah satunya ialah menggunakan
mantra-mantra, atau menggunakan batu yang memiliki khasiat khusus.
Istilah umum untuk kekuatan supernatural itu ialah waruk. Orang yang sangat pandai mengoperasikannya disebut warukkatuk (manusia waruk). Pemburu yang sukses dianggap orang seperti itu. Dalam perburuan dapat dibedakan bermacam-macam waruk, termasuk waruk untuk binatang besar, kwíbnyáwáruk (kwíb = babi liar; nyá = kasuari), dan untuk binatang kecil, ònnábáyáwáruk (òn = burung; nábáyá = kuskus). Kemudian ada ònnábáyáwáruk, digunakan untuk tikus kecil dan besar, dan terdyiwdruk yang
diperuntukkan bagi serangga dan kadal. Karena mantra-mantra itu dibeli
dari kerabat dekat atau dari orang lain, dan dimiliki secara pribadi
maka ada banyak macam mantra.
Selain
mantra, suku Muyu pun memercayai kekuatan yang tersimpan dalam
benda-benda, seperti batu dengan kekuatan supernatural juga sering
digunakan untuk menangkap binatang; batu-batu itu biasanya dibeli dari
orang yang tinggal di daerah tinggi. Di Kawangtet ada mitos tentang asal
usul batu-batu itu, yaknikòmòn: batu-batu itu datang dari tubuh ular yang sangat besar (nínári) yang tinggal di suatu tempat di dekat hilir Sungai Digul.
Dua
desa yang di Kawangtet disebut sebagai tempat asal batu-batu itu ialah
Katumbon dan Tumutu. Di Yibi dikatakan bahwa batu-batu itu datang dari
permukiman-permukiman di antara Sungai Digul dan Kao.
Beberapa di antara batu-batu itu, yaitu: Kómòcánòk atau kéwòn, dikatakan
sebagai kuku Komot. Bentuknya segitiga tak beraturan. Yang kecil
bernilai 1 atau 2 ot; yang seukuran tangan bernilai 2 atau 3 ot.
Mengamatinya atau mengembuskannya ke arah yang ditunjuk Komot
menimbulkan hasil buruan yang baik.
Batu Tònwíní, yang berarti telur ikan. Ini sepotong batu koral yang digosokkan ke tangan orang yang hendak menangkap ikan. Batu Níwíní, yang berarti telur ular. Ini digunakan untuk menangkap ular. Batu-batu lain yang digunakan untuk keperluan ini disebut nínkòmòn. Sementara untuk menangkap burung di Yibi dikenal batu bernama Ondímín.
Selain
itu ada juga batu-batu yang memungkinkan pemiliknya berganti rupa
menjadi binatang, dan dengan cara demikian mendapat jaminan kepastian
akan binatang buruan. Batu-batu tersebut antara lain: Kdman, dengan batu ini pemiliknya dapat berubah menjadi ular kalau ia menyelam untuk menangkap ikan. Tòngká, dengannya orang dapat berubah menjadi ikan; untuk keperluan yang sama. Ayòwí òkíkímòn atau áyíkímòní adalah batu-batu berwarna, dengan batu-batu itu orang dapat berubah menjadi biawak sehingga dapat menangkap mangsanya.
Sementara diyap, digunakan
khususnya oleh wanita untuk berganti rupa menjadi kasuari. Sebelum
melakukan itu mereka mengangkat dan mengikat sebagian dari rok jerami
mereka tinggi-tinggi. Dan, ketika mereka menyeberangi sungai,
binatang-binatang yang hendak mereka tangkap itu tersangkut dalam
bulu-bulu mereka sendiri. Dan apabila mereka naik ke darat dan
menggoncang-goncangkan diri maka akan terlihat bahwa mereka telah
mendapat banyaktangkapan.
Kalau
seekor babi atau kasuari tertangkap, binatang-binatang itu hanya boleh
dimakan dengan upacara tertentu kalau si pemburu tidak ingin kehilangan
pengaruh supernatural yang dimilikinya. Salah satu unsur terpenting
dalam upacara itu ialah nyanyian-nyanyian yang dibawakan pada malam hari
ketika binatang itu diolah di atas api. Nyanyian itu, disebut bakum berasal dari Komot.
Nyanyian
ini juga dibawakan kalau orang tidak berhasil menangkap apa-apa
sehingga dengan jalan supernatural akhirnya akan didapat hasil perburuan
yang baik. Salah satu cara bagi si pemburu untuk mendapatkan pengaruh
supernatural dalam perburuan tanpa gangguan ialah dengan menyimpan
daun-daun yang digunakan untuk memasak binatangnya.
0 komentar:
Posting Komentar