Sabtu, 13 Desember 2014

Kekuatan Supernatural Suku Muyu Dalam Berburu

papua-berburu.jpg
Dalam banyak aspek kehidupannya orang Muyu menganggap dirinya tergantung kepada kekuatan supernatural. Orang Muyu berusaha memanfaatkan daya-daya supernatural itu untuk kepentingannya sendiri dalam setiap aktivitas produktif sehari-hari.
Pengaruh kekuatan supernatural atas hasil perburuan orang Muyu menyadari bahwa ia tergantung kepada Komot. Kalau Komot ikut menembakkan anak panah ke arah para pemburu maka sang pemburu akan menangkap binatang; kalau anak panah itu ditembakkan ke arah lain, hasil tangkapan yang baik akan terjadi di sana. Sebab Komot adalah Penguasa Binatang Liar.
Seperti juga telah dikemukakan, arwah tertentu, aytek digunakan untuk berburu. Beberapa orang tahu bagaimana cara menangkap aytek, untuk menjadi pemburu yang andal. Di samping penggunaan kekuatan supernatural ini, dikenal metode-metode lain. Salah satunya ialah menggunakan mantra-mantra, atau menggunakan batu yang memiliki khasiat khusus.
Istilah umum untuk kekuatan supernatural itu ialah waruk. Orang yang sangat pandai mengoperasikannya disebut warukkatuk (manusia waruk). Pemburu yang sukses dianggap orang seperti itu. Dalam perburuan dapat dibedakan bermacam-macam waruk, termasuk waruk untuk binatang besar, kwíbnyáwáruk (kwíb = babi liar; nyá = kasuari), dan untuk binatang kecil, ònnábáyáwáruk (òn = burung; nábáyá = kuskus). Kemudian ada ònnábáyáwáruk, digunakan untuk tikus kecil dan besar, dan terdyiwdruk yang diperuntukkan bagi serangga dan kadal. Karena mantra-mantra itu dibeli dari kerabat dekat atau dari orang lain, dan dimiliki secara pribadi maka ada banyak macam mantra.
Selain mantra, suku Muyu pun memercayai kekuatan yang tersimpan dalam benda-benda, seperti batu dengan kekuatan supernatural juga sering digunakan untuk menangkap binatang; batu-batu itu biasanya dibeli dari orang yang tinggal di daerah tinggi. Di Kawangtet ada mitos tentang asal usul batu-batu itu, yaknikòmòn: batu-batu itu datang dari tubuh ular yang sangat besar (nínári) yang tinggal di suatu tempat di dekat hilir Sungai Digul.
Dua desa yang di Kawangtet disebut sebagai tempat asal batu-batu itu ialah Katumbon dan Tumutu. Di Yibi dikatakan bahwa batu-batu itu datang dari permukiman-permukiman di antara Sungai Digul dan Kao.
Beberapa di antara batu-batu itu, yaitu: Kómòcánòk atau kéwòn, dikatakan sebagai kuku Komot. Bentuknya segitiga tak beraturan. Yang kecil bernilai 1 atau 2 ot; yang seukuran tangan bernilai 2 atau 3 ot. Mengamatinya atau mengembuskannya ke arah yang ditunjuk Komot menimbulkan hasil buruan yang baik.
Batu Tònwíní, yang berarti telur ikan. Ini sepotong batu koral yang digosokkan ke tangan orang yang hendak menangkap ikan. Batu Níwíní, yang berarti telur ular. Ini digunakan untuk menangkap ular. Batu-batu lain yang digunakan untuk keperluan ini disebut nínkòmòn. Sementara untuk menangkap burung di Yibi dikenal batu bernama Ondímín.
Selain itu ada juga batu-batu yang memungkinkan pemiliknya berganti rupa menjadi binatang, dan dengan cara demikian mendapat jaminan kepastian akan binatang buruan. Batu-batu tersebut antara lain: Kdman, dengan batu ini pemiliknya dapat berubah menjadi ular kalau ia menyelam untuk menangkap ikan. Tòngká, dengannya orang dapat berubah menjadi ikan; untuk keperluan yang sama. Ayòwí òkíkímòn atau áyíkímòní adalah batu-batu berwarna, dengan batu-batu itu orang dapat berubah menjadi biawak sehingga dapat menangkap mangsanya.
Sementara diyap, digunakan khususnya oleh wanita untuk berganti rupa menjadi kasuari. Sebelum melakukan itu mereka mengangkat dan mengikat sebagian dari rok jerami mereka tinggi-tinggi. Dan, ketika mereka menyeberangi sungai, binatang-binatang yang hendak mereka tangkap itu tersangkut dalam bulu-bulu mereka sendiri. Dan apabila mereka naik ke darat dan menggoncang-goncangkan diri maka akan terlihat bahwa mereka telah mendapat banyaktangkapan.
Kalau seekor babi atau kasuari tertangkap, binatang-binatang itu hanya boleh dimakan dengan upacara tertentu kalau si pemburu tidak ingin kehilangan pengaruh supernatural yang dimilikinya. Salah satu unsur terpenting dalam upacara itu ialah nyanyian-nyanyian yang dibawakan pada malam hari ketika binatang itu diolah di atas api. Nyanyian itu, disebut bakum berasal dari Komot.
Nyanyian ini juga dibawakan kalau orang tidak berhasil menangkap apa-apa sehingga dengan jalan supernatural akhirnya akan didapat hasil perburuan yang baik. Salah satu cara bagi si pemburu untuk mendapatkan pengaruh supernatural dalam perburuan tanpa gangguan ialah dengan menyimpan daun-daun yang digunakan untuk memasak binatangnya.

0 komentar:

Posting Komentar