Orang
Biak sebagian besar telah menganut agama Kristen. Tetapi, orang Biak
masih banyak memiliki kepercayaan terhadap para roh, yaitu suatu
kepercayaan yaang telah terbentuk dari nenek moyang mereka. Mereka
percaya akan adanya penguasa yang melebihi kekuatan atau kekuasaaan
manusia biasa yang menurut mereka penguasa tersebut mendiami Nanggi (surga) yang berada di Mandep (langit).
Selain itu, mereka percaya akan adanya penguasa-penguasa yang mendiami Farsyos (Jagad raya) dan ada juga yang menghuni abyab (gua), karui beba (batu besar), bon bekaki (gunung tinggi), soren (dasar laut), war besyab (sungai), ai beba (pohon besar), dan lain-lainnya.
Penguasa yang mendiami Nanggi merupakan pusat kekuatan atau kekuasaan yang mengatur alam semesta. Penguasa Nanggi (Sang Langit) dikenal dengan sebutan Manggundi (Dia sendiri). Penguasa-penguasa yang mendiami Farsyos, abyab, karui beba (batu besar), bon bekaki, dan lain-lainnya yang disebutkan di atas adalah bersifat roh (spirit).
Roh-roh
ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu roh-roh/arwah-arwah nenek
moyang dan kerabat mereka yang telah meninggal dunia yang dikenal dengan
istilah bahasa Biak yaitu Karwar. Karwar ini mendiami Farsyos (jagad raya), sup/meos aibui (wilayah/tempat atau pulau yang merupakan tempat berkumpulnya arwah-arwah itu) dan juga Amfyanir. Selain itu, roh-roh itu mendiami wilayah-wilayah yang tidak ada penghuninya (sup bebewursba), seperti lautan luas atau hutan-hutan belan-tara.
Kedua,
roh-roh halus jin. Roh-roh ini dibagi menjadi tiga, yaitu : (a) roh-roh
halus/jin yang mendiami pohon-pohon besar yang dalam istilah bahasa
Biak disebut Arbur; (b) roh-roh halus/jin yang mendiami gua, gunung,
batu, hutan rimba, sungai disebut dabyor, yang dikenal juga dengan
sebutan Manggun (pemilik); dan roh-roh halu /jin yang mendiami laut atau lautan disebut Faknik.
Hal
ini menunjukkan bahwa orang Biak percaya adanya makhluk supranatural.
Agama tradisional mereka mempunyai hubungan erat dengan mitologi mereka.
Tokoh mitologi mereka adalah Manarmakeri yang telah pergi ke sebelah
barat dan dia akan datang kembali untuk memberikan kebahagian atau
kekayaan bagi mereka yang telah lama ditinggalkan. Mereka percaya bahwa
Manggundi yang menjelma sebagai manusia biasa, yaitu Manarmakeri yang
pernah melakukan karya Koreri di Meokbundi (salah satu pulau di Biak
Timur).
Namun,
ia tidak diterima oleh masyarakatnya (Orang Biak), sehingga ia pergi ke
bagian barat yaitu Eropa, dan Ia akan kembali kepada mereka dengan
membawa kembali koreri, yaitu dunia Kando Mob Oser, artinya dunia yang
tidak ada kesusahan lagi/dunia bahagia. Selain itu, Wor merupakan unsur
penting dalam agama tradisonal mereka. Dengan demikian mempunyai sifat
religius cukup tinggi.
Oleh karena itu, Wor merupakan suatu perwujudan dari kehidupan religius yang menurut mereka sangat penting. Dikatakan sangat penting karena Wor
mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas orang Biak
dan merupakan simbol hubungan mereka dengan Penguasa (Manggundi) dan
kerabat-kerabat mereka yang meninggal (Arwah-arwah nenek moyang).
Dalam kehidupan beragama orang Biak, Wor
merupakan suatu kewajiban yang diatur berdasarkan sistem kekerabatan
(patrilineal) dan sistem perkawinan mereka, sehingga apabila ada
keluarga batih yang lalai melakukannya, maka keluarga tersebut akan
mendapat sanksi dari Manggundi atau arwah-arwah nenek moyang mereka.
0 komentar:
Posting Komentar