Sabtu, 06 Desember 2014

Kitab Suci dalam Diri Anda


Pertama kali saya datang ke biara The Magic, saya lupa membawa Kitab Suci. Ketika bertanya kepada petugas penerima tamu, apakah saya dapat meminjam sebuah Kitab Suci, ia berkata, “Tidakkah terpikir oleh Anda untuk menulis Kitab Kebajikan Anda sendiri?”

“Apa maksud Anda?” saya balik bertanya. “Ya, tulislah Kitab Kebajikan Anda sendiri – sesuatu dari diri Anda yang kira-kira serupa dengan Kitab Suci. Anda dapat menceritakan sebuah ikatan klasik dan pembebasan yang agung, tanah yang dijanjikan, lagu-lagu suci, sang penyelamat – hal-hal seperti itu, pasti lebih menarik daripada hanya membaca Kitab Kebajikan orang lain. Dan Anda mungkin dapat belajar lebih banyak.”

Saya pun mulai menulis, makan waktu sebulan. Saya tidak pernah belajar begitu banyak tentang Kitab Suci yang resmi. Ketika saya selesai, petugas penerima tamu menganjurkan saya membawa Kitab Kebajikan itu pulang dan berusaha menjalani hidup sesuai dengan Kitab Kebajikan tersebut selama setahun.

Sesuatu telah membuka mata saya. Saya hampir yakin, saya tak pernah mencurahkan begitu banyak energi dan kewaspadaan dalam menjalani Kitab Suci resmi, sebagaimana saya mencurahkannya dalam menjalani Kitab Kebajikan saya.

Ketika saya datang kembali untuk kegiatan retret saya berikutnya, petugas penerima tamu itu memberi salam hangat kepada saya. Ia mengambil Kitab Suci dan Kitab Kebajikan saya, mencium kedua benda itu dengan sikap hormat, dan berkata bahwa saya dapat menghabiskan dua hari dua malam di Hall of the Great Fire.

Pada malam tutup tahun, saya harus mengirimkan Kitab Kebajikan saya ke pembakaran. Kebajikan dan usaha keras selama setahun penuh – lalu ke Hall of the Great Fire. Setelah itu petugas penerima tamu meminta saya menulis sebuah Kitab Kebajikan yang baru.

Begitulah, hal tersebut berjalan selama 40 tahun belakangan ini – setiap tahun sebuah Kitab Kebajikan baru selalu saya tulis, dan pada akhir tahun saya bawa ke pembakaran. (Theophane the Monk –  Tales of a Magic Monastery)

0 komentar:

Posting Komentar