MENARA SUAR NAVIGASI KELAS II SEMARANG
Menara Suar berdiri di atas tanah kompleks kantor Distrik Navigasi Kelas II Semarang.
Kompleks kantor ini memiliki luas kurang lebih 8500 m2. Pada kompleks
ini terdapat bangunan-bangunan yang digunakan untuk fungsi kantor
Distrik Navigasi Kelas II Semarang beserta bangunan penunjangnya, antara
lain rumah tinggal penjaga menara suar, gudang, dan garasi. Menara suar
sendiri berada di tengah halaman di sebelah selatan bangunan utama
kantor.
Posisi
astronomis Menara Suar Semarang adalah 6° 57′ 9.33″ LS dan 110° 25′
5.94″ BT. Menara ini berada pada jarak kurang lebih 800 m di sebelah
selatan bibir pelabuhan terluar dan difungsikan sebagai penunjuk utama
keberadaan pelabuhan bagi kapal-kapal yang akan memasuki Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang.
Berdasarkan
inskripsi plat besi yang ditempelkan pada bagian puncak menara, menara
suar dibangun oleh Perusahaan konstruktsi Chance Brothers and Co dari
Birmingham Inggris pada tahun 1882. Selanjutnya di atas pintu masuk
menara ditempelkan plat besi sebagai penanda penguasaan menara oleh
pemerintahan Raja Willem III yang berkuasa di Belanda dan dimulai
operasinya pada tahun 1884.
Menurut
catatan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Menara Suar Distrik
Navigasi kelas II Semarang di Pelabuhan Tanjung Emas termasuk menara
suar tertua ketiga, yang dibuat tahun 1879, setelah menara suar Tanjung
Kilian, Sumatera Selatan dan Sabang, Aceh, Menara Suar Semarang tercatat
di direktorat Jenderal Perhubungan Laut dengan nomor registrasi ILL
3200 dan nomor inventaris Menara Suar Dunia K. 1132.
Menara
suar berbentuk segi sepuluh dengan alas melebar dan mengerucut ke atas.
Secara keseluruhan menara didirikan dengan konstruksi bahan plat besi.
Ketinggiannya kurang lebih 30 meter yang dibagi 10 lantai (tingkat).
Masing-masing lantai dihubungkan dengan anak tangga melingkar yang juga
terbuat dari plat besi. Sebuah pintu kupu tarung terbuat dari plat besi
berukuran lebar 130 cm dan tinggi 200 cm menjadi pintu masuk ke dalam
menara. Di depan pintu masuk dibangun doorlop yang menghubungkan gerbang
pagar keliling dengan pintu masuk menara.
Di
tingkat paling bawah, lantai yang digunakan adalah lantai keramik.
Menurut keterangan, di bawah lantai granit adalah tatanan kayu jati yang
berfungsi sebagai pondasi menara. Plat besi dinding menara sendiri
berdiri dengan diperkuat rangka besi dan paku klem berukuran besar.
Tingkat 2 hingga lantai puncak semuanya adalah lantai plat besi.
Pada
tingkat paling atas terdapat satu set lampu suar yang digerakkan dengan
tenaga listrik. Lampu suar ini merupakan lampu baru yang rutin
dilakukan penggantian sesuai kebutuhan dan perkembangan jaman. Tingkat
teratas merupakan lingkaran ruang yang dibatasi dengan kaca yang
dipasang pada bingkai plat besi. Di bagian luar ruangan lampu suar
terdapat teras keliling selebar 75 cm yang dibatasi dengan pagar
pengaman berupa rangkaian besi setinggi 1 m.
Pada
fasade bangunan terlihat cincin pada setiap sudut sebagai tanda batas
tingkat bangunan. Cincin ini juga berfungsi untuk mempermudah perawatan
fasade bangunan. Pada setiap tingkatnya dilengkapi dengan dua jendela
kaca yang dipasang pada bingkai plat besi. Di bagian puncak menara
terdapat dua buah antena, satu antena merupakan antena komunikasi,
sementara antena lain adalah penangkal petir.
Selanjutnya
dijelaskan bahwa pada tahun 1990 dasar lantai menara masih rata dengan
tanah. Tetapi karena terjadinya penurunan ketinggian tanah akibat
pengerukan air laut, maka saat ini dasar lantai menara berada 120 cm di
bawah permukaan lantai halaman di sekitarnya. Karena lantai dasar
bangunan selalu terendam air, untuk mengatasinya dibuat saluran dan
tanggul agar air tidak masuk ke bangunan. Saluran dan tanggul ini
dibangun dengan jarak 50 cm dari dinding menara suar dengan selalu
disiapkan mesin penyedot air guna mengeluarkan air yang menggenang.
Namun demikian, tampak beberapa titik genangan air laut pada bagian
dasar menara. Hal tersebut dikhawatirkan dapat mengakibatkan
pengeroposan plat besi karena terjadinya karat, sebagaimana saat ini
tampak pada sambungan plat bagian dasar di sebelah kiri pintu masuk.
Selanjutnya juga dikhawatirkan akan berlanjut pada pengaruh kekuatan
struktur bangunan menara secara keseluruhan.
Usulan
rehabilitasi menara suar Distrik Navigasi Kelas II Semarang didasarkan
pada kekhawatiran kerusakan menara sebagai akibat penurunan tanah di
sekitar pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Penurunan tanah di Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang diakibatkan karena terjadinya pengerukan pelabuhan
untuk memperdalam area masuk kapal, sementara tanah di sekitar Semarang
Bawah merupakan endapan yang lembek sehingga saat dilakukan pengerukan,
tanah tersebut terbawa ke dasar kolam pelabuhan. Hal itu terbukti
dengan percepatan penurunan permukaan tanah di kawasan sekitar pelabuhan
yang lebih cepat dibandingkan dengan lokasi lain di Kota Semarang.
Dampak yang terjadi, kerusakan menara akan tampak pada beberapa aspek:
- Sebagai akibat masuknya air laut di sekitar lantai dasar menara, kekhawatiran terbesar adalah terjadinya karat pada besi penyusun bangunan menara. Bila dibiarkan akan mengakibatkan robohnya menara di masa depan.
- Penurunan tanah mengakibatkan terus dilakukan upaya untuk meninggikan lantai di sekitarnya. Dengan demikian, dalam jangka waktu tertentu, ketinggian menara akan semakin berkurang. Contoh pada saat ini, lantai dasar menara telah berada 120 cm di bawah lantai di sekitar menara. Selain secara estetika berkurang keindahannya, namun fungsi utama sebagai penuntun lalu lintas kapal akan berangsur hilang.
Dalam
kaitannya dengan penurunan tanah, maka perlu dilakukan kajian bersama
antara berbagai instansi terkait untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa
kerusakan berupa karat yang tampak pada bagian lantai dasar karena
pengaruh air laut perlu segera diberikan penanganan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut. Demikian pula dengan tindakan pemeliharaan
untuk dapat terus dilakukan guna pelestarian menara suar.
0 komentar:
Posting Komentar