
Sejarah Museum Dewantara Kirti Griya
Pada awalnya bangunan Museum Dewantara Kirti Griya merupakan
rumah tinggal seorang janda penguasa perkebunan Belanda bernama Mas
Ajeng Ramsinah. Bangunan model indis ini didirikan tahun 1915 dan
tercatat dalam buku register Kraton Yogyakarta tanggal 26 Mei 1926
dengan nomor Angka 1383/1.H. Berdiri di atas tanah seluas 5.594 m²,
bangunan ini dibeli atas nama Ki Hadjar Dewantara, Ki Sudarminto, Ki
Supratolo dari Mas Ajeng Ramsinah pada tanggal 14 Agustus 1935 dengan
harga pembelian f 3.000, 00 (tiga ribu Gulden) meliputi persil yang
berlokasi di tempat tersebut beserta perabot rumah tangga. Pada tanggal
18 Agustus 1951 pembelian rumah tersebut dihibahkan kepada Yayasan
Persatuan Tamansiswa.
Pada
tanggal 3 November 1957 bertepatan dengan perkawinan emas Ki Hadjar
Dewantara, beliau menerima persembahan bakti dari para alumni dan
pecinta Tamansiswa berupa rumah tinggal di Jalan Kusumanegara 131 yang
diberi nama Padepokan Ki Hadjar Dewantara. Pada saat rapat pamong
Tamansiswa tahun 1958, Ki Hadjar mengajukan permintaan kepada sidang
agar rumah bekas tempat tinggalnya di komplek perguruan Tamansiswa Jalan
Tamansiswa 31 dijadikan museum. Setelah Ki Hadjar Dewantara wafat pada
tanggal 26 April 1959, mulai tahun 1960, Tamansiswa berusaha mewujudkan
gagasan almarhum Ki Hadjar Dewantara. Pada tahun 1963 dibentuklah
panitia pendiri Museum Tamansiswa yang terdiri dari : Keluarga Ki Hadjar
Dewantara, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Sejarawan, dan Keluarga
Besar Tamansiswa.
Pada
tanggal 11 Oktober 1969, Ki Nayono menerima surat pribadi dari Nyi
Hadjar Dewantara. Dengan surat tersebut Ki Nayono tergugah untuk segera
meminta perhatian kepada Majelis Luhur agar bekas tempat tinggal Ki
Hadjar yang sudah dinyatakan sebagai Dewantara Memorial segera dijadikan
museum. Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 1970,
museum diresmikan dan dibuka untuk umum. Upacara peresmian dan pembukaan
dilakukan oleh Nyi Hadjar Dewantara, Pemimpin Umum Persatuan
Tamansiswa. Museum diberi nama Dewantara Kirti Griya. Nama tersebut
pemberian dari seorang ahli bhasa Jawa, Bapak Hadiwidjono, yang artinya
rumah yang berisi hasil kerja Ki Hadjar Dewantara.
Peresmian
museum ditandai dengan candrasengkala yang “Miyat Ngaluhur Trusing
Budi” yang menunjukkan angka 1902 (Saka) atau 2 Mei 1970. Adapun makna
yang terkandung didalamnya yakni melalui museum para pengunjung
diharapkan dapat mempelajari, memahami dan kemudian mewujudkan
nilai-nilai yang terkandung didalamnya ke dalam tata kehidupan berbangsa
dan bernegara. Di museum inilah awal lahirnya Badan Musyawarah Musea
(Barahmus) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1971 yang dipimpin Mayor
Supandi sebagai ketua I dan pada bulan Mei 2007 , kantor Barahmus
dipindah ke Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Bangunan
museum ini menghadap ke arah barat (jalan Tamansiswa). Bangunan ini
bergaya indis. Pada bagian depan merupakan bangunan dengan atap
berbentuk limasan dan bangunan belakang atapnya berbentuk kampung.
Bangunan museum Dewantara Kirti Griya terdiri dari 9 bagian, yaitu
ruang tamu, kamar kerja, ruang tengah, kamar tidur keluarga, kamar tidur
putri Ki Hadjar Dewantara, kamar tidur Ki Hadjar Dewantara, emperan,
kamar mandi/wc, dan dapur.
0 komentar:
Posting Komentar