Rabu, 03 Desember 2014

Humble Bird

Seekor burung pipit bertelur dipinggir lautan samudera. Setiap ia bertelur maka ombak yang besar akan datang dan menghanyutkan telur-telur itu dan menyeretnya ke dasar samudera.Burung pipit merasakan kemarahan, dengan lantang ia menantang samudera yang begitu luas dan mengatakan akan menghisap seluruh samudera sampai kering dan habis. Untuk melakukan apa yang ia katakan setiap pagi ia menancapkan paruhnya ke tepi laut sambil meminum air laut sedikit demi sedikit sampai sore hari.

Setelah berbulan-bulan ia melakukannya tampak tidak ada hasil sama sekali. Ia pun kemudian merenung, dalam keadaan meditasi yang mendalam ia mengolah rasa marah dan benci di dalam dirinya menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat. Ia mengubah rasa marah menjadi kasih sayang, rasa benci menjadi cinta yang mendalam. Ia arahkan semua pikiran, hati dan perasaannya kepada pemilik samudera yang tidak bertepi dan tidak berbatas.



Dalam keadaan meditasi yang mendalam itu, langit dan bumi bergetar. Dari atas langit tampak burung Garuda sedang terbang mengangkasa. Memperhatikan ada seuatu yang sangat bercahaya dari tepi samudera ia pun kemudian turun untuk melihat apakah gerangan yang terjadi. Disana kemudian ia melihat keteguhan hati burung pipit. Saat burung pipit membuka kedua matanya, ia melihat burung Garuda yang begitu cemerlang, gagah dan perkasa di hadapannya. Saat itu burung Garuda menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, kemudian burung pipit menceritakan segala sesuatunya.

Mendengar semua cerita burung pipit, burung Garuda kemudian menjanjikan satu hal, bahwa apa yang menjadi keiinginannya akan segera terpenuhi. Ia menawarkan persahabatan kepada burung pipit dan memberkatinya dengan restu dari Dewa Wisnu dimana Ia adalah pemilik dari segala samudera di dalam semua alam semesta. Melihat Burung Garuda yang memberi restunya kepada burung pipit, samudera dan lautan pun bergetar ketakutan, dengan tergesa mereka menghormat kepada burung pipit dan berjanji bahwa mereka tidak akan menghanyutkan telurnya lagi, ia bebas bertelur dimana saja di tepi samudera asalkan niatnya untuk menghisap seluruh samudera ditiaadakan. Burung pipit yang sudah berhasil mengolah rasa marah dan benci di dalam hatinya menjadi cinta dan kasih sayang pun kemudian memaafkan samudera.Ia telah mendapatkan sesuatu yang lebih berarti, ia mendapatkan berkah dan rahmat dari pemilik samudera itu sendiri.

Burung pipit yang begitu kecil, seperti tubuh manusia yang begitu kecil dan terbatas bagaikan setitik debu di di alam semesta. Ketika ia mendapat restu dari pemilik kehidupan, maka keterbatasan di dalam dirinya akan melebur dengan ketidak terbatasan. Seperti setitik air yang tidak ada artinya bergabung dengan lautan samudera, maka seketika itu juga ia menjadi lautan samudera dengan segala kedalaman, keluasan dan ketidakterbatasannya.

0 komentar:

Posting Komentar