“MANUSIA SESUNGGUHNYA”
Suku
Muyu adalah suku asli Papua yang hidup dan berkembang di Kabupaten
Boven Digoel, Papua. Nenek moyang suku Muyu jaman dulu, tinggal di
daerah sekitar sungai Muyu yang terletak di sebelah Timur laut
Merauke. Tersebar di beberapa desa. Oleh beberapa anthropologist, Suku
Muyu disebut “primitive capitalists”.
Suku
Muyu dianggap sebagai suku pedalaman yang paling pintar. Orang Suku
Muyu menduduki mayoritas posisi penting dalam struktur birokrasi Boven
Digoel. Dari lebih kurang 1.800 pegawai negeri sipil, sekitar 45
persennya dari Suku Muyu. Beberapa menjadi bupati. Mereka hemat, bekerja
lebih keras dibandingkan suku lain dan sangat menghargai pendidikan.
Orang Muyu juga menyebut dirinya sendiri dengan istilah Kati
yang artinya “manusia yang sesungguhnya”.
Daerah
Suku Muyu merupakan wilayah perbukitan dengan banyak batuan kerikil.
Kampung Ikcan di bagian utara dan Kampung Sesnuk pada bagian selatan
telah membatasi wilayah ini. Di bagian timur ada wilayah PNG dan kampung
Kunggembit. Di barat dibatasi oleh Sungai Kao. Sungai Kao adalah
wilayah Suku Mandobo. Secara kepemilikan, sebagian besar tanah di
Wilayah Muyu adalah milik Mandobo, misalnya di Distrik Mindiptanah.
Jumlah penduduknya menurut data Distrik Mindiptanah dan Waropko, kurang
lebih 10.000 jiwa.
Bagi orang
Muyu, keluarga merupakan unit sosial dan ekonomi yang paling penting.
Dengan sistem kekerabatan berupa keluarga inti yang terdiri dari seorang
laki-laki dengan satu atau beberapa istri beserta anak. Orang Muyu
menunjukkan peran penting keluarga inti dari berbagai bentuk kehidupan,
terutama persoalan rumah dan penguasaan tanah juga harta.
Mereka
tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu dan daun nibung. Orang
Muyu hidup dengan berburu, memelihara babi dan berkebun. Suku
Muyu percaya adanya kekuatan mistis paling tinggi yang menciptakan
hewan, tanaman, dan sungai-sungai. Mereka juga percaya bahwa arwah orang
mati masih mengadakan kontak dengan orang yang masih hidup .
Suku Muyu
memiliki ilmu pengetahuan tentang bilangan denagn bentuk alat
bayar yang namanya Ot. biasanya digunakan sebagai mas kawin dan barang
tukar dalam upacara pesta babi. Pesta babi digelar untuk mencari Ot
sebagai hadiah imbalan dari tamu-tamu yang datang. Barang-barang hasil
bumi maupun kapak dan panah diperjualbelikan dengan Ot. Sistem ekonomi
ini cukup maju yang akhirnya memotivasi tindakan mereka.
Dalam
berdangang sistem barter dalam suku Muyu adalah hal yang unik dan
efektif hingga kekinian. Dengan bertukar barang, dua orang
individu bertukar rasa percaya, dan menjalin relasi yang lebih dari
sekedar “penjual-pembeli”. Relasi sebagai teman inilah yang sering
menjadikan mereka begitu erat satu sama lain.
Mereka
pun telah memiliki sistem kebahasaan yang disebut bahasa Muyu. Dalam
suku bangsa Muyu atau Kati terdapat sejumlah sub suku dengan
wilayahnya masing-masing. Jumlahnya ada delapan, antara lain: Sub suku
Kamindip, Sub suku Okpari, Sub suku Kakaib, Sub suku Are, Sub suku
Kasaut, Sub suku Jonggom, Sub suku Ninggrum, Sub suku Kawibtet, Sub Suku
Kawiptet. Orang Muyu sangatlah sedikit. Saat ini suku Muyu telah
berkembang dengan pesat. Jumlah penduduknya ribuan orang.
Pada
tahun 1980-an banyak di antara mereka yang mengungsi ke PNG di tanah
orang, warga Boven Digoel dari suku Muyu ini hidup seadanya. Beberapa
anak tidak dapat mengenyam bangku sekolah sewajarnya. Karena mereka
tinggal di kampung, dulu paling banyak di sekitar Kiongga, daerah yang
berbatasan langsung dengan Distrik Waropko, Boven Digoel.
0 komentar:
Posting Komentar