Aker, Salah Satu Tradisi Suku Biak
Aker
atau safsaker itu adalah merupakan salah satu cara orang Biak menangkap
ikan dengan cara membuat tumpukan batu sebagai kurungan, aker ini
adalah cara yang dilakukan oleh masyarakat kampung Sarwa di Biak Barat
Distrik Swandiwe. Aker merupakan cara menangkap ikan
secara tradisional yang berlangsung dari generasi ke gerasi yang
merupakan warisan nenek moyang mereka. Menurut moyang mereka, aker ini
diawali oleh leluhur mereka yang bernama Kapisa Marisan Sarwa kemudian
diikuti oleh keret lain seperti Keret Krey, Keret Manggaprouw dan yang
lainnya. Tradisi aker yang ada di Kampung Sarwa sudah mulai menyebar di
beberapa kampung di sekitarnya hingga ke pulau Numfor.
Masyarakat
Kampung sarwa memiliki tradisi menangkap ikan dengan cara menjebak ikan
dengan cara tumpukan batu yang sengaja di buat oleh masyarakat. Tradisi
menangkap ikan dengan cara demikian oleh warga Kampung Sarwa dan
sekitarnya disebut AKER. Untuk membuat aker terlebih
dahulu dilakukan pengamatan lingkungan pantai, struktur pantai dan
tempat ikan-ikan berkumpul manakala air pasang oleh seseorang yang
dianggap piawai dalam kegiatan ini, dan menentukan lokasi dimana aker
akan dibuat tentunya material batu haruslah tersedia di sekitar tempat
yang akan dibuat aker, dalam bahasa Biak disebut Mamfakir. Pembuatan aker ini juga tidak jauh dari lokasi hutan bakau. Setelah mendapatkan lokasi aker sang pengamat (Mamfakir) akan mendiskusikan dengan pemuka adat.
Aker
biasanya dimanfaatkan pada musim wampasik atau air laut mengalami surut
pada siang hari, karena kalau pada musim wambarek yang mana air laut
surut pada malam hari maka masyarakat akan mengalami kendala untuk
mengurung ikan. Pertemuan warga membuat kesepakatan untuk segera membuat
aker. Setelah masyarakat sampai di pesisir pantai mereka akan
mengumpulkan batu dan menyusun seperti membuat bedengan yang disesuaikan
dengan luas pantai.
Pembuatan Aker
dapat berlangsung selama seminggu itupun bila bahan matererial berupa
batu mencukupi. Aker rata-rata berbentuk empat persegi atau setengah
lingkaran, ukurannya tergantung dari bentuk lokasi yang ada. Warga lebih
senang membuat aker pada saat air laut pasang karena batu-batu yang
dikumpul akan lebih ringan. Saat aker sudah jadi pemilik aker akan
kembali memeriksa tumpikan batu dan merapikannya.
Setelah Aker dinyatakan telah rampung makan pemilik tunggal dari aker yang dibuat melakukan acara ritual yang disebut Rar.
Dengan memegang ranting pohon bakau sambil melambaikan ranting pohon ke
segala penjuru laut dan menyebut nama jenis-jenis ikan agar datang dan
tinggal di dalam aker. Setelah itu ranting akan dibenamkan dan disimpan
di dalam aker tersebut. Seruan yang diungkapkan dalam bahasa Biak; “Faro in bebr bero swam ine, insorek, indos inbarek, insamen, infor, indai, ma ino, ino kam minggorama minggosun ro akerine”.
Setelah selesai membuat Aker
maka akan ditugaskan seorang warga untuk menjaga aker tersebut dari
ganguan nelayan baik dari komunitas sendiri ataupun komunitas kampung
tetangga dan juga nelayan luar. Apabila ada perahu yang melintasi daerah
aker maka si penjaga akan mengusir mereka. Penjagaan aker dilakukan
agar ika-ikan yang sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan aker tidak
terusik.
Sambil
menunggu masa wampasi (air laut surut di singa hari) sekitar ± 3
minggu, warga mengisi kegiatan dengan berkebun khususnya kaum ibu. Bila
tiba saat wampasik yang berbarengan dengan masa penen hasil kebun berupa
keladi yang merupakan salah satu makanan pokok masyarakat kampung
Sarwa, maka hasil kebun yang dianggap bisa di panen akan diambil untuk
di konsumsi atau persiapan acara yang akan dilaksanakan.
Setelah jangka waktu tersebut sekitar ±3 minggu, Aker
akan di panen oleh pemilik aker dan warga kampung. Mereka akan
bersama-sama turun kelaut untuk menangkap ikan yang terjebak di dalam
aker saat wampasik. Ikan yang ditangkap akan dibagikan kepada seluruh
warga atau dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh warga dalam
acara-acara tertentu.
Aker ini sangat berguna dan bermanfaat bagi komunitas masyarakat karena mengandung nilai pendidikan bagi generasi mendatang. Aker
yang dibuat adalah sebagai salah satu rompong bagi keseimbangan alam
dan manusia dan juga menghindari penangkapan ikan yang tidak bertanggung
jawab.
Aker
mempunyai fungsi soasial yang sangat luas antara lain memupuk kesabaran
komunitas tersebut juga dengan adanya aker juga dapat mencerdaskan
kehidupan mereka, karena orang Biak mengganggap semakin banyak
mengkomsmsi ikan akan meningkatkan kecerdasan dalam berpikir dan
bertindak. Nilai gotong royong pun terlihat dalam pembuatan aker ini,
selain itu juga aker merupakan salah satu cara untuk mempererat hubungan
di komunitas mereka.
0 komentar:
Posting Komentar