Selasa, 09 Desember 2014

Aker, Salah Satu Tradisi Suku Biak

aker_1407299025.jpg

Aker, Salah Satu Tradisi Suku Biak

Aker atau safsaker itu adalah merupakan salah satu cara orang Biak menangkap ikan dengan cara membuat tumpukan batu sebagai kurungan, aker ini adalah cara yang dilakukan oleh masyarakat kampung Sarwa di Biak Barat Distrik Swandiwe. Aker merupakan cara menangkap ikan secara tradisional yang berlangsung dari generasi ke gerasi yang merupakan warisan nenek moyang mereka. Menurut moyang mereka, aker ini diawali oleh leluhur mereka yang bernama Kapisa Marisan Sarwa kemudian diikuti oleh keret lain seperti Keret Krey, Keret Manggaprouw dan yang lainnya. Tradisi aker yang ada di Kampung Sarwa sudah mulai menyebar di beberapa kampung di sekitarnya hingga ke pulau Numfor.
Masyarakat Kampung sarwa memiliki tradisi menangkap ikan dengan cara menjebak ikan dengan cara tumpukan batu yang sengaja di buat oleh masyarakat. Tradisi menangkap ikan dengan cara demikian oleh warga Kampung Sarwa dan sekitarnya disebut AKER. Untuk membuat aker terlebih dahulu dilakukan pengamatan lingkungan pantai, struktur pantai dan tempat ikan-ikan berkumpul manakala air pasang oleh seseorang yang dianggap piawai dalam kegiatan ini, dan menentukan lokasi dimana aker akan dibuat tentunya material batu haruslah tersedia di sekitar tempat yang akan dibuat aker, dalam bahasa Biak disebut Mamfakir. Pembuatan aker ini juga tidak jauh dari lokasi hutan bakau. Setelah mendapatkan lokasi aker sang pengamat (Mamfakir) akan mendiskusikan dengan pemuka adat.
Aker biasanya dimanfaatkan pada musim wampasik atau air laut mengalami surut pada siang hari, karena kalau pada musim wambarek yang mana air laut surut pada malam hari maka masyarakat akan mengalami kendala untuk mengurung ikan. Pertemuan warga membuat kesepakatan untuk segera membuat aker. Setelah masyarakat sampai di pesisir pantai mereka akan mengumpulkan batu dan menyusun seperti membuat bedengan yang disesuaikan dengan luas pantai.
Pembuatan Aker dapat berlangsung selama seminggu itupun bila bahan matererial berupa batu mencukupi. Aker rata-rata berbentuk empat persegi atau setengah lingkaran, ukurannya tergantung dari bentuk lokasi yang ada. Warga lebih senang membuat aker pada saat air laut pasang karena batu-batu yang dikumpul akan lebih ringan. Saat aker sudah jadi pemilik aker akan kembali memeriksa tumpikan batu dan merapikannya.
Setelah Aker dinyatakan telah rampung makan pemilik tunggal dari aker yang dibuat melakukan acara ritual yang disebut Rar. Dengan memegang ranting pohon bakau sambil melambaikan ranting pohon ke segala penjuru laut dan menyebut nama jenis-jenis ikan agar datang dan tinggal di dalam aker. Setelah itu ranting akan dibenamkan dan disimpan di dalam aker tersebut. Seruan yang diungkapkan dalam bahasa Biak; “Faro in bebr bero swam ine, insorek, indos inbarek, insamen, infor, indai, ma ino, ino kam minggorama minggosun ro akerine”. 
Setelah selesai membuat Aker maka akan ditugaskan seorang warga untuk menjaga aker tersebut dari ganguan nelayan baik dari komunitas sendiri ataupun komunitas kampung tetangga dan juga nelayan luar. Apabila ada perahu yang melintasi daerah aker maka si penjaga akan mengusir mereka. Penjagaan aker dilakukan agar ika-ikan yang sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan aker tidak terusik.
Sambil menunggu masa wampasi (air laut surut di singa hari) sekitar ± 3 minggu, warga mengisi kegiatan dengan berkebun khususnya kaum ibu. Bila tiba saat wampasik yang berbarengan dengan masa penen hasil kebun berupa keladi yang merupakan salah satu makanan pokok masyarakat kampung Sarwa, maka hasil kebun yang dianggap bisa di panen akan diambil untuk di konsumsi atau persiapan acara yang akan dilaksanakan.
Setelah jangka waktu tersebut sekitar ±3 minggu, Aker akan di panen oleh pemilik aker dan warga kampung. Mereka akan bersama-sama turun kelaut untuk menangkap ikan yang terjebak di dalam aker saat wampasik. Ikan yang ditangkap akan dibagikan kepada seluruh warga atau dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh warga dalam acara-acara tertentu.
Aker ini sangat berguna dan bermanfaat bagi komunitas masyarakat karena mengandung nilai pendidikan bagi generasi mendatang. Aker yang dibuat adalah sebagai salah satu rompong bagi keseimbangan alam dan manusia dan juga menghindari penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab.
Aker mempunyai fungsi soasial yang sangat luas antara lain memupuk kesabaran komunitas tersebut juga dengan adanya aker juga dapat mencerdaskan kehidupan mereka, karena orang Biak mengganggap semakin banyak mengkomsmsi ikan akan meningkatkan kecerdasan dalam berpikir dan bertindak. Nilai gotong royong pun terlihat dalam pembuatan aker ini, selain itu juga aker merupakan salah satu cara untuk mempererat hubungan di komunitas mereka.

0 komentar:

Posting Komentar