"Saling
mencintai seperti Aku mencintai kalian." Kata-kata itu janganlah hanya
merupakan sinar untuk kita, melainkan suatu bara api yang membakar habis
cinta diri kita.
Kita tidak dapat melihat Tuhan, kita tidak dapat menyatakan cinta kita kepadaNya, tetapi tetangga-tetangga kita selalu dapat dilihat, dan kita dapat berbuat sesuatu untuk mereka seperti apa yang kita ingin perbuat kepada Tuhan seandainya kita bisa melihatNya.
Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan dan kegembiraan yang besar untuk mencintai mereka. Apakah kita menggunakannya? Di mana kita mulai menggunakannya? Tuhan mengatakan agar kita mencintai satu sama lain - saudaraku, tetanggaku, suamiku, istriku, anakku, dan kaum tua.
Para suster kami bekerja di seluruh dunia, dan saya telah melihat kesusahan, kesengsaraan, dan penderitaan. Dari manakah datangnya semua itu? Datangnya dari kurang cinta kasih dan kurang berdoa. Tidak ada waktu untuk berkumpul di dalam keluarga, berdoa bersama, tinggal bersama.
Cinta kasih dimulai dari rumah kita sendiri, dan mungkin akan kita temukan yang miskin di dalam rumah kita sendiri. Kami mempunyai rumah di London. Di sana suster-suster kami bekerja pada malam hari. Suatu malam, mereka pergi keluar untuk membawa orang-orang yang ada di jalan-jalan.
Mereka melihat seorang anak muda. Ia berbaring di jalanan. "Seharusnya kau tidak di sini. Seharusnya kau ada di rumah dengan orangtuamu," kata salah seorang suster. "Kalau aku pulang, ibuku tidak mau menerima aku, karena rambutku panjang. Setiap kali pulang, aku disuruh keluar rumah," ujarnya lirih. Ketika para suster kembali ke tempat itu, anak muda tersebut telah meminum obat berlebihan dan harus dibawa ke rumah sakit.
Saya tak habis pikir, kemungkinan ibu anak muda itu sangat sibuk dengan kelaparan yang dialami orang-orang di India. Padahal, justru anaknya sendiri yang lapar akan dia, lapar akan cinta kasih ibunya, lapar akan pemeliharaannya, dan sang ibu menolak memberikannya.
Memang, lebih mudah mencintai orang di tempat yang jauh. Sering kali lebih sulit mencintai orang yang dekat dengan kita. Lebih mudah memberi semangkuk nasi untuk mengatasi rasa lapar, daripada meringankan kesepian dan rasa sakit dari seseorang yang tidak dicintai di rumahnya sendiri.
Tumbuhkanlah cinta kasih di dalam rumah Anda, karena di situlah titik tolak cinta kasih untuk sesama.
Kita tidak dapat melihat Tuhan, kita tidak dapat menyatakan cinta kita kepadaNya, tetapi tetangga-tetangga kita selalu dapat dilihat, dan kita dapat berbuat sesuatu untuk mereka seperti apa yang kita ingin perbuat kepada Tuhan seandainya kita bisa melihatNya.
Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan dan kegembiraan yang besar untuk mencintai mereka. Apakah kita menggunakannya? Di mana kita mulai menggunakannya? Tuhan mengatakan agar kita mencintai satu sama lain - saudaraku, tetanggaku, suamiku, istriku, anakku, dan kaum tua.
Para suster kami bekerja di seluruh dunia, dan saya telah melihat kesusahan, kesengsaraan, dan penderitaan. Dari manakah datangnya semua itu? Datangnya dari kurang cinta kasih dan kurang berdoa. Tidak ada waktu untuk berkumpul di dalam keluarga, berdoa bersama, tinggal bersama.
Cinta kasih dimulai dari rumah kita sendiri, dan mungkin akan kita temukan yang miskin di dalam rumah kita sendiri. Kami mempunyai rumah di London. Di sana suster-suster kami bekerja pada malam hari. Suatu malam, mereka pergi keluar untuk membawa orang-orang yang ada di jalan-jalan.
Mereka melihat seorang anak muda. Ia berbaring di jalanan. "Seharusnya kau tidak di sini. Seharusnya kau ada di rumah dengan orangtuamu," kata salah seorang suster. "Kalau aku pulang, ibuku tidak mau menerima aku, karena rambutku panjang. Setiap kali pulang, aku disuruh keluar rumah," ujarnya lirih. Ketika para suster kembali ke tempat itu, anak muda tersebut telah meminum obat berlebihan dan harus dibawa ke rumah sakit.
Saya tak habis pikir, kemungkinan ibu anak muda itu sangat sibuk dengan kelaparan yang dialami orang-orang di India. Padahal, justru anaknya sendiri yang lapar akan dia, lapar akan cinta kasih ibunya, lapar akan pemeliharaannya, dan sang ibu menolak memberikannya.
Memang, lebih mudah mencintai orang di tempat yang jauh. Sering kali lebih sulit mencintai orang yang dekat dengan kita. Lebih mudah memberi semangkuk nasi untuk mengatasi rasa lapar, daripada meringankan kesepian dan rasa sakit dari seseorang yang tidak dicintai di rumahnya sendiri.
Tumbuhkanlah cinta kasih di dalam rumah Anda, karena di situlah titik tolak cinta kasih untuk sesama.
0 komentar:
Posting Komentar