Selasa, 09 Desember 2014

SASANA BUDAYA CUT NYAK DHIEN

rumah-cut-nyak_1407391138.jpg
SASANA BUDAYA CUT NYAK DHIEN
Rumah Cut Nyak Dhien adalah salah satu situs cagar budaya terletak di Desa Lampisang Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar tepatnya Jalan Banda Aceh – Meulaboh  atau di km 7,6  bersebelahan dengan kantor BPCB Aceh arah  barat yang jaraknya 100 meter dan hanya membutuhkan waktu 20 menit dari pusat kota Banda Aceh  untuk menuju ke situs cagar budaya ini.  Rumah ini  dibangun oleh Belanda pada saat Teuku Umar berpura-pura menyerah kepada belanda (siasat atau taktik perang) sehingga pihak belanda  saat itu semua fasilitas diberikan, baik senjata maupun alat perang lainnya termasuk  membangun rumah untuk tempat tinggal,  saat itu masyarakat Aceh sangat marah dan benci kepada Teuku umar bahkan Teuku Umar dianggab sebagai pengkhianat karena bekerjasama dengan pihak Belanda, setelah fasilitas lengkap dan mencukupi Teuku Umar mengumpulkan rakyatnya membagikan senjata dan menyerang belanda kembali.
Pada tahun 1981    rumah Cut Nyak Dhien  dibangun kembali oleh Depdibud dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan pada tanggal 4 Februari tahun 1987. Rumah ini berukuran 25 x 17 meter, kontruksi bangunan kayu mempunyai 65 pilar (tiang) dalam bahasa Aceh disebut Tameh,  beratap rumbia dengan dominasi cat hitam. Untuk masuk kerumah ini naik melalui tangga utama pada selasar yang luasnya 4 x 4 meter, selasar ini menghubungkan 2 seramoe keu (serambi depan) sebelah kiri dan sebelah kanan, seramoe keu sebelah  kanan bentuk memanjang yang dipergunakan untuk para tamu laki-laki dan saat ini sebagai tempat koleksi foto-foto (gambar kisah perjuangan Aceh melawan Belanda) pada bagian ditengahnya ada  2 tangga naik kita jumpai lorong (rambat) yang menghubungkan 2 kamar tidur sebelah kiri dan kanan, kamar ini diperuntukan dayang-dayang Cut Nyak Dhien pada masa itu  dan turun 2 tangga ada seramoe likoet (serambi belakang)  yang gunakan untuk tamu-tamu perempuan, saat ini juga dipergunakan untuk tempat koleksi foto-foto sejarah perjuangan  Aceh.
Sedangkan selasar pada tangga utama yang menghubungkan seramoe keu pada sisi kiri juga bentuknya memanjang ruangan ini merupakan seramoe  untuk sendiri, dari ruangan ini  juga mempunyai tangga  naik ke rambat yang menghubungkan ke kamar tidur Cut Nyak Dhien dan turun 2 anak tangga ada ruangan makan yang berhubungan langsung ke selasar seramoe likuet (serambi belakang).
Selasar tangga utama juga terhubung langsung dengan seramoe likoet (serambi belakang) hanya dibatisi dengan sebuah pintu, dari pintu ini juga terhubung ke dapur. Selasar ini berfungsi agar para tamu-tamu Cut Nyak Dhien tidak boleh melewati seramoe, pada bagian dapur juga mempunyai 1 kamar tidur untuk pembantunya Cut Nyak Dhien, diruangan ini dipajangkan berbagai macam senjata tradisional Aceh seperti tombak, parang, rencong, parang, dan peralatan meja makan.
Pada ruangan dapur disisi sebelah barat  ada anjung ( rambat) yang menuju ke sumur  yang tinggi cincinnya 3 meter dan kedalaman mencapai 10 meter, cincin sumur setinggi ini dibuat untuk menghindari lemparan racun kedalam sumur dari pihak penjajah maupun masyarakat  yang kurang simpati.
Rumah Cagar Budaya Cut Nyak Dhien hingga saat ini kelihatan bersih dan rapi, disasana budaya ini mempunyai 3 orang Jupel  (juru pelihara) dari BPCB Aceh diantara 3 orang tersebut baru 1 orang yang sudah menjadi PNS dan disini masih membutuhkan tenaga Satpam. Sasana Budaya Cut Nyak dhien ini dibuka setiap hari mulai pulk 8 pagi hingga pukul 5 sore merurut jupel (juru pelihara) atau penjaga rumah tersebut,  pengunjung ke situs ini rata-rata mencapai 1000-12000 orang perbulan. Dari data pengunjung yang dihimpun rata-rata pengunjung wisatawan luar negeri  umumnya dari Negara Malaysia mencapai lebih kurang  30 orang setiap harinya sedangkan dari Negara lainnya berkisar 10 – 15 0rang dan pengunjung dalam negeri mencapai 50 0rang dan pengunjung lokal mencapai hingga  70-100  orang setiap harinya.

0 komentar:

Posting Komentar