SASANA BUDAYA CUT NYAK DHIEN
Rumah Cut Nyak Dhien adalah salah satu
situs cagar budaya terletak di Desa Lampisang Kecamatan Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar tepatnya Jalan Banda Aceh – Meulaboh atau di km
7,6 bersebelahan dengan kantor BPCB Aceh arah barat yang jaraknya 100
meter dan hanya membutuhkan waktu 20 menit dari pusat kota Banda
Aceh untuk menuju ke situs cagar budaya ini. Rumah ini dibangun oleh
Belanda pada saat Teuku Umar berpura-pura menyerah kepada belanda
(siasat atau taktik perang) sehingga pihak belanda saat itu semua
fasilitas diberikan, baik senjata maupun alat perang lainnya
termasuk membangun rumah untuk tempat tinggal, saat itu masyarakat
Aceh sangat marah dan benci kepada Teuku umar bahkan Teuku Umar dianggab
sebagai pengkhianat karena bekerjasama dengan pihak Belanda, setelah
fasilitas lengkap dan mencukupi Teuku Umar mengumpulkan rakyatnya
membagikan senjata dan menyerang belanda kembali.
Pada tahun 1981 rumah Cut Nyak
Dhien dibangun kembali oleh Depdibud dan diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan pada tanggal 4 Februari tahun 1987.
Rumah ini berukuran 25 x 17 meter, kontruksi bangunan kayu mempunyai 65
pilar (tiang) dalam bahasa Aceh disebut Tameh, beratap rumbia dengan
dominasi cat hitam. Untuk masuk kerumah ini naik melalui tangga utama
pada selasar yang luasnya 4 x 4 meter, selasar ini menghubungkan 2
seramoe keu (serambi depan) sebelah kiri dan sebelah kanan, seramoe keu
sebelah kanan bentuk memanjang yang dipergunakan untuk para tamu
laki-laki dan saat ini sebagai tempat koleksi foto-foto (gambar kisah
perjuangan Aceh melawan Belanda) pada bagian ditengahnya ada 2 tangga
naik kita jumpai lorong (rambat) yang menghubungkan 2 kamar tidur
sebelah kiri dan kanan, kamar ini diperuntukan dayang-dayang Cut Nyak
Dhien pada masa itu dan turun 2 tangga ada seramoe likoet (serambi
belakang) yang gunakan untuk tamu-tamu perempuan, saat ini juga
dipergunakan untuk tempat koleksi foto-foto sejarah perjuangan Aceh.
Sedangkan selasar pada tangga utama yang
menghubungkan seramoe keu pada sisi kiri juga bentuknya memanjang
ruangan ini merupakan seramoe untuk sendiri, dari ruangan ini juga
mempunyai tangga naik ke rambat yang menghubungkan ke kamar tidur Cut
Nyak Dhien dan turun 2 anak tangga ada ruangan makan yang berhubungan
langsung ke selasar seramoe likuet (serambi belakang).
Selasar tangga utama juga terhubung
langsung dengan seramoe likoet (serambi belakang) hanya dibatisi dengan
sebuah pintu, dari pintu ini juga terhubung ke dapur. Selasar ini
berfungsi agar para tamu-tamu Cut Nyak Dhien tidak boleh melewati
seramoe, pada bagian dapur juga mempunyai 1 kamar tidur untuk
pembantunya Cut Nyak Dhien, diruangan ini dipajangkan berbagai macam
senjata tradisional Aceh seperti tombak, parang, rencong, parang, dan
peralatan meja makan.
Pada ruangan dapur disisi sebelah
barat ada anjung ( rambat) yang menuju ke sumur yang tinggi cincinnya 3
meter dan kedalaman mencapai 10 meter, cincin sumur setinggi ini dibuat
untuk menghindari lemparan racun kedalam sumur dari pihak penjajah
maupun masyarakat yang kurang simpati.
Rumah Cagar Budaya Cut Nyak Dhien hingga
saat ini kelihatan bersih dan rapi, disasana budaya ini mempunyai 3
orang Jupel (juru pelihara) dari BPCB Aceh diantara 3 orang tersebut
baru 1 orang yang sudah menjadi PNS dan disini masih membutuhkan tenaga
Satpam. Sasana Budaya Cut Nyak dhien ini dibuka setiap hari mulai pulk 8
pagi hingga pukul 5 sore merurut jupel (juru pelihara) atau penjaga
rumah tersebut, pengunjung ke situs ini rata-rata mencapai 1000-12000
orang perbulan. Dari data pengunjung yang dihimpun rata-rata pengunjung
wisatawan luar negeri umumnya dari Negara Malaysia mencapai lebih
kurang 30 orang setiap harinya sedangkan dari Negara lainnya berkisar
10 – 15 0rang dan pengunjung dalam negeri mencapai 50 0rang dan
pengunjung lokal mencapai hingga 70-100 orang setiap harinya.
0 komentar:
Posting Komentar