CANDI MUARA TAKUS PENINGGALAN BUDDHA DI RIAU
Candi Muara Takus adalah candi Buddha yang terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Pekan Baru, Riau. Candi ini merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau, dan pada 2009 sempat dicalonkan menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO.
Candi Muara Takus adalah candi Buddha yang terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Pekan Baru, Riau. Candi ini merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau, dan pada 2009 sempat dicalonkan menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO.
Candi adalah sebuah bangunan tempat
ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama
Hindu-Buddha. Candi digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Namun,
istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut
tempat ibadah saja. Situs-situs purbakala dari masa Hindu-Buddha atau
masa Klasik Indonesia yang berupa istana, pemandian/petirtaan, dan
gapura juga disebut dengan istilah candi. Suatu candi di masa lampau
biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang
agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.
Candi yang bersifat budhistis ini
merupakan bukti keberadaan agama Budha yang pernah berkembang di kawasan
ini beberapa abad yang silam. Namun, Para arkeolog belum dapat
menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang
mengatakan abad keempat Masehi, ketujuh Masehi, kesembilan Masehi, dan
ke-11 Masehi. Meski begitu, mereka sepakat Candi Muara Takus dibangun
pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya (abad VII-XII Masehi).
Komplek Candi Muara Takus kurang lebih
berjarak 135 km dari Kota Pekanbaru. Sementara jarak antara kompleks
candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 km dan tak jauh dari
pinggir Sungai Kampar Kanan. Kompleks candi ini dikelilingi tembok
berukuran 74 x 74 meter. Di luar arealnya terdapat pula tembok tanah
berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke
pinggir Sungai Kampar Kanan.
Di dalam kompleks ini terdapat pula
bangunan Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, serta Palangka. Bahan
dasar bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai, dan batu
bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di
desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi.
Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara berantai dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi ini dilakukan secara bergotong royong oleh masyarakat sekitar.
Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara berantai dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi ini dilakukan secara bergotong royong oleh masyarakat sekitar.
Selain Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai
Stupa, dan Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula
gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia.
Candi Muara Takus memiliki struktur bangunan yang terbuat dari bahan
batuan merah. Bahan tersebut diyakini sebagai tempat para dewa bertahta
oleh komunitas Budhis.
Keberadaan stupanya menjadi ciri utama
yang menunjukkan bahwa Candi Muara Takus merupakan bangunan suci dalam
agama Budha. Arsitektur bangunan stupa yang ada pada Candi Muara Takus
sangat unik karena tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Bentuk
stupa tersebut yaitu ornamen sebuah roda dan kepala singa. Bentuk stupa
memiliki kesamaan dengan stupa Budha di Myanmar, stupa di Vietnam, Sri
Lanka atau stupa kuno di India pada periode Asoka.
Keberadaan Candi Muara Takus di Riau
memang terasa ganjil. Sebab, di tengah-tengah peradaban Riau kini yang
mayoritas bersendikan pada ajaran Islam dan dihiasi oleh ribuan bangunan
masjid serta musala, Candi Muara Takus merupakan satu-satunya situs
percandian Buddha di Riau. Hal ini menandakan bahwa tingkat toleransi
dan penghargaan masyarakat Riau terhadap situs budaya sangat tinggi,
hingga candi yang telah ditinggalkan fungsinya sejak abad ke-13 masih
bisa kita dapati.
0 komentar:
Posting Komentar