Kamis, 11 Desember 2014

Danau Tasikardi

HP0009_1405492726.jpg
Danau Tasikardi
Dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf dengan luas sekitar 6,5 hektar di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu sekitar 2 kilometer di sebelah tenggara Keraton Surosowan, Danau Tasikardi menyimpan kisah perjalanan yang bersejarah. Dasar Danau Tasikardi terbuat dari ubin bata dan terdapat sebuah pulau kecil di tengah danau yang disebut Pulau Kaputren.
Pada awalnya, tempat peristirahatan yang dibangun di tengah pulau diperuntukan bagi ibunda sultan untuk tafakur, lalu berkembang menjadi tempat penerimaan tamu-tamu negara. Yang tersisa saat ini hanya pondasinya saja, yaitu bangunan turap yang mengelilingi pulau berukuran 40 meter x 40 meter dengan ketinggian 2-3 meter.
Cerita rakyat menyebutkan, Danau Tasikardi sengaja dibangun untuk menyimpan selir-selir raja yang canti. Agar para selir tersebut aman, dipeliharalah puluhan buaya di danau tersebut. Cornelis de Bruin, seorang tamu kehormatan dari Banten yang datang sekitar tahun 1706 menulis dalam laporan perjalanannya bahwa istana yang dikelilingi air di pulau itu penuh dengan wanita-wanita bersenjata, yang ternyata merupakan wanita yang menjaga keamanan di sekitar lokasi berjumlah 850 orang wanita.
Sumber air Danau Tasikardi berasal dari saluran irigasi yang berasal dari Sungai Cibanten. Sebagian air danau dialirkan untuk irigasi sawah di sekitar Tasikardi dan sebagian disalurkan untuk bahan baku air bersih lewat penjernihan air yang dinamakan pengindelan abang, pengindelan putih, dan pengindelan emas.
Pada masa itu, teknik penjernihan air menggunakan pasir dan ijuk. Air yang sudah diproses menjadi bersih lalu disalurkan ke keraton melalui pipa terakota. Bangunan ini dinamakan pengindelan, bentuknya menyerupai bungker berukuran 8 meter x 5,5 meter yang dibangun oleh Hendrik Lucaszoon Cardeel.

0 komentar:

Posting Komentar