Mencintai
berarti menjadi peka terhadap kehidupan, terhadap orang lain, terhadap
segala sesuatu; menaruh simpati tanpa pengecualian. Pengecualian adalah
hasil pengerasan hati dan penutupan pintu hati. Saat Anda mengeraskan
hati, kepekaan Anda pun mati.
Sesungguhnya
tidak sulit bagi Anda untuk menemukan contoh-contoh kepekaan macam itu
dalam hidup Anda. Pernahkah Anda berhenti untuk memindahkan batu atau
paku di tengah jalan, supaya orang yang lewat tidak terluka? Anda tak
peduli tindakan Anda tidak diketahui siapa pun dan tidak mendapat
penghargaan apa pun. Anda melakukannya hanya karena kebajikan dan
kemurahan hati. Di saat seperti itulah cinta muncul dalam kehidupan
Anda. Itu berarti, cinta senantiasa ada dalam diri Anda dan menunggu
untuk dibebaskan.
Apa
yang dapat Anda lakukan agar memiliki cinta seperti itu? Tidak ada,
karena cinta tersebut telah ada dalam diri Anda. Yang perlu Anda lakukan
hanyalah menyingkirkan penghalang yang Anda pasang pada kepekaan Anda,
maka cinta itu akan muncul.
Ada dua penghalang kepekaan, yaitu kepercayaan dan kelekatan.
Saat
Anda berpegang pada kepercayaan Anda, Anda membentuk kesimpulan
mengenai suatu hal, situasi, atau orang tertentu. Segera Anda terpancang
pada kesimpulan Anda sendiri dan mulai kehilangan kepekaan. Anda
berprasangka dan akan melihat orang itu menurut penilaian Anda. Lalu,
Anda tak mau melihatnya lagi. Bagaimana Anda dapat menjadi peka pada
seseorang, jika Anda tak mau melihat orang itu lagi?
Pandanglah
dengan sungguh-sungguh kepercayaan-kepercayaan Anda. Hanya dengan
menyadari bahwa mereka adalah kepercayaan, kesimpulan, dan prasangka -
bukan refleksi atas realitas - maka semua itu akan hilang.
Lalu,
bagaimana kelekatan terbentuk? Mulanya, terjadi hubungan dengan sesuatu
yang memberikan kegembiraan pada Anda, seperti mobil, peralatan canggih
yang menawan, kata pujian, dan persahabatan. Kemudian, timbul keinginan
untuk mempertahankannya, mengulang perasaan senang yang disebabkan hal
atau orang itu. Akhirnya, timbul keyakinan dalam diri Anda bahwa Anda
tidak bahagia tanpa sesuatu atau orang itu.
Anda
telah menganggap kesenangan yang diakibatkannya sama dengan
kebahagiaan. Lalu muncullah sikap tertutup terhadap yang lain, tidak
peka terhadap segala sesuatu yang bukan bagian dari kelekatan Anda.
Simfoni kehidupan terus berjalan, tetapi Anda tetap menoleh ke belakang,
terikat pada beberapa melodi saja. Timbul ketidakselarasan antara apa
yang ditawarkan kehidupan dan apa yang Anda lekati. Cinta dan kebebasan
hanya dapat ditemukan bila orang menikmati setiap nada yang muncul dan
kemudian membiarkannya berlalu, sehingga dapat peka dan tanggap terhadap
nada-nada berikutnya.
Bagaimana
cara melepaskan kelekatan? Orang mencoba melepaskannya dengan menolak
atau menyangkal. Dengan menolak irama musik dan menghapuskannya dari
kesadaran, Anda kembali mengeraskan diri sendiri. Anda cukup mengamati
kebusukan dan kebejatan sifat kelekatan. Biarkanlah berlalu dan
mengalir. Selanjutnya, Anda tidak menoleh ke masa lampau, melainkan
hanyutlah dalam alunan musik "saat ini."
Lihatlah
masyarakat di sekitar kita, busuk sampai ke intinya, terinfeksi oleh
kelekatan. Orang-orang yang terikat pada kekuasaan, uang, kemakmuran,
kemasyhuran, kesuksesan - dan mencari semua itu seolah-olah kebahagiaan
mereka tergantung pada semua hal tersebut; malah dianggap sebagai
anggota masyarakat yang produktif, dinamis, dan giat bekerja keras.
Mereka
mengejar semua itu dengan penuh ambisi, hingga menghancurkan simfoni
hidup mereka dan membuat mereka menjadi pribadi yang keras, dingin,
serta tidak peka terhadap diri sendiri dan orang lain.
Berapa
banyakkah orang "terhormat" di sekitar Anda yang masih mempunyai
kepekaan cinta yang hanya dapat diberikan oleh ketidaklekatan? Bila Anda
merenungkan hal ini dengan sungguh-sungguh, Anda akan merasa jijik,
hingga secara instingtif Anda akan membuang setiap kelekatan seperti
melemparkan ular berbisa yang melilit Anda.
Anda
akan memberontak dan melepaskan diri dari budaya busuk yang didasarkan
pada keserakahan, kelekatan, kecemasan, kerakusan, kekerasan, dan
ketidakpekaan, yang bukan cinta.
0 komentar:
Posting Komentar