Sabtu, 13 Desember 2014

Kelenteng Talang (Kelenteng Soeh Boen Pang Gie Soe)

HP0010_1390985825.jpg
KELENTENG KUNO DI WILAYAH JAWA BARAT
 
Kelenteng Talang terletak di jalan Talang Nomor 2, Cirebon. Secara admininstratif kelenteng ini berada di wilayah Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kotamadia Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Batas-batas lahan kelenteng yaitu sebelah utara berbatasan dengan rumah dan took, sebelah timur dengan Jalan Talang dan gudang BAT, sebelah selatan dan barat dengan pabrik karet PT> NIRI. Tidak jauh dari kelenteng, di sebelah tenggara, terletak pasar barang-barang, suku cadang kendaraan bermotor, dan bengkel.
Kelenteng Talang berdiri di atas lahan seluas 4.200 m2, di bagian depan dipagari dengan tembok dan memiliki gapura berbentuk paduraksa. Pintu masuknya dua buah yaitu pintu pertama dari besi dan pintu masuk kedua dari kayu, terdiri atas dua daun pintu berwarna merah. Dinding kanan kiri pintu dihiasi dengan lingkaran merah dan di dalamnya terdapat hiasan kerrawang berbentuk sulur-suluran berwarna hijau. Dinding bagian atas terpampang nama. Bangunan gapura ini dahulunya tidak ada, sehingga halamannya terbuka. Atap gapura bagian kiri terbuat dari genteng berbentuk pelana dan bubungan atas berwarna kuning.
Setelah melewatu gapura depan, terdapat halaman kelenteng, bangunan utama, dan bangunan samping sebelah kiri. Sebenernya bangunan kelenteng memiiki bangunan sayap (samping) kanan (utara) dan kiri (selatan), tetapi bangunan samping kanan (utara) telah dibongkar dan dijadikan rumah duka. Sedangkan bangunan samping sebelah kiri (selatan) ruangan bagian depannya telah dibogkar sehingga sekarang ini tinggal empat bangunan yang masih utuh tetapi dalam kondisi tak terawat.
Bangunan utama
Banguna utama menghadap ke timur, memiliki ruang serambi (teras), dan ruang utama bagian dalam. Ruang badian dalam dapat dibagi menjadi ruang depan, impluvan dengan bangunan samping dan ruang suci utama.
Serambi
Lantai serambi lebih tinggi 30 cm dari lantai halaman, terbuat dari bahan keramik berukuran 40 cm. di bagian depan serambi diberi pagar tembok dan hiasan kerrawang. Tiang penyangga atap terdiri atas delapan tiang berwarna merah dan berpelipit kuning. Tiang bagian atas dan balok melintang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang menggambarkan buku diikat, labu, swastika, daun-daunan, burung, sulur-suluran, dan hewan qilin. Dinding serambi sebagai batas antara serambi dengan ruang utama. Di tengah dinding serambi terdapat pintu masuk yang terbuat dari kayu berwarna merah. Di sebelah kanan dan kiri pntu masing-masing terdapat dua jendela persegi empat dari kayu dan di engahnya terbuat dari kaca. Di ambang pintu tergantung papan nama kelenteng dengan tulisan huruf Cina.
Ruang utama
Bagian dalam ruangan utama terbagi menjadi ruang bagian depan, impluvium dengan ruangan sampingnya serta ruang suci utama. Ruang bagian depan ini dahulu dipergunakan sebagai ruang tamu dan sebagai tempat kursi-kursi baga para umatnya duduk menunggu untuk bersembahyang. Kursinya sampai sekarang tinggal empat buah, terbuat dari kayu. Lantai ruang utama bagian depan terbuat dari ubin PC merah dengan ukuran 40 x 40 cm. ruang utama ini memiliki dua kamar yang sekarang sebagai tempat menyimpan kamar barang-barang kelenteng.
Dinding semuanya terbuat dari tembok. Atap bagian dalam terbuat dari kayu dan didukung empat buah tiang. Tiang bagian atas dan balok melintang berwarna merah dan dihiasi dengan sulur-suluran, bunga-bungaan, dan meander. Atas bagian luar dari genteng dan berbentuk pelana.
Impluvium terletak di bagian tengah bangunan ruang utama, di kanan kirinya terdapat ruangan terbuka. Ruangan ini dahulu dipakai untuk tempat menunggu untuk bersembahyang. Lantai impluvium lebih rendah daripada lantai ruangan sekitarnya, sekitar 20 cm dan dengan ruang suci utama sekitar 40 cm. dari ruang depan untuk menujuke impluvium harus melewati pintu yang dihiasi dengan kerrawang yang berbentuk hiasan geometris dan flora serta lukisan orang suci berwarna hijau, kuning, dan biru. Sejumlah empat tiang mendukung ruang ketiganya. Tiang bagian atas dihiasi delima dan daun-daunan.
Ruang suci utama berlantai paling tinggi dan terletak di bagian paling tinggi dan terletak di bagian belakang. Lantai dari ubin PC berukuran 40 x 40 cm. tiang pendukung atap sejumlah 12 tiang terdiri atas :
  • Dua buah di depan berbentuk bulat, warna merah, mempunyai pelipit hijau dan kuning.
  • Empat tiang di bagian tengah berbentuk segi empat warna merah dan berpelipit kuning.
  • Enam tiang (yang empat besar dan dua yang kecil).
Hiasan pada tiang bagian atas dan pada balok yang menyilang dihiasi dengan sulur-suluran, kuncup bunga terbalik, burung, dan bunga teratai. Di ruang suci utama terdapat tiga ruangan yang disekat untuk tempat dewa. Ruang di tengah sebagai tempat Dewa Khong Cu. Patung dewa utama dipergunakan sebagai tempat penyimpanan abu jenazah. Tiap-tiap ruangan dewa ini terdapat altar yang diatasnya terletak tempat abu dan lilin.
Bangunan Kelenteng alang didirikan oleh Tan Sam Tjay pada tahun 1450 M yang semula merupakan tempat ibadah umat Islam Tionghoa dari Mahzab Hanafi. Nama Tan Sam Tjay pada saat itu dikenal dengan panggilan Mohammad Safei, bahkan oleh Sultan Cirebon  diberi gelar kepangkatan Tumenggung Aria Dipa Wira Cula. Sejak itu kegiatan Muslim Tionghoa di Kota Cirebon semakin berkembang pesat. Kelenteng Talang yang semula dijadikan Pusat  Pengembangan Muslim Tionghoa nterasa kurang mencukpi. Untuk pengembangan kegiatannya, mereka pindah ke Desa Sambung. Sementara bangunan kelenteng Talang yang ditinggalkan oleh Muslim Tionghoaitu berangsur-angsur pulih menjadi sarana peribadatan pengikut ajaran Konghuchu.
Sebutan “talang” menurut istilah Tionghoa berasal dari kata “toang lang”yang artinya orang besar atau tuan besar. Sebenarnya sebutan itu ditujukan kepada tiga orang Laksamana Besar yang menjadi utusan Kaisar Ming yang mendarat di Cirebonpada abad ke empat belas. Diantaranya Chengho (Vhenghe), Fan Wan (Fa Xien), dan Khung Wu  Fung. Ketiga laksamana itu adalah penganut penganut agama Islam. Selama di Cirebon mereka membangun masjid dan bangunan lainnya yang dijadikan tempat berkumpul Kelompok Muslim Tionghoa. Kelenteng Talang disebut pula dengan nama Kelenteng Soeh Boen Pang Gie Soe (rumah abu leluhur).
Kelenteng Talang belum pernah dipugar, hanya perbaikan pada lantai di hala-man yang semula dari bilah-bilah bata berukuran 40x40 cm diganti dengan ubin PC berukuran 20 x 20 cm. Kondisi sekarang kurang terawatt. Sekarang kelenteng dikelola oleh MAKIN (Majelis Agama Konghuchu Indonesia ) dan BAKTI (Bakti Amal Kematian Cirebon Indonesia).

0 komentar:

Posting Komentar