
KELENTENG KUNO DI WILAYAH JAWA BARAT

Kelenteng
Talang terletak di jalan Talang Nomor 2, Cirebon. Secara admininstratif
kelenteng ini berada di wilayah Kelurahan Pekalipan, Kecamatan
Pekalipan, Kotamadia Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Batas-batas lahan
kelenteng yaitu sebelah utara berbatasan dengan rumah dan took, sebelah
timur dengan Jalan Talang dan gudang BAT, sebelah selatan dan barat
dengan pabrik karet PT> NIRI. Tidak jauh dari kelenteng, di sebelah
tenggara, terletak pasar barang-barang, suku cadang kendaraan bermotor,
dan bengkel.
Kelenteng Talang berdiri di atas lahan seluas 4.200 m2,
di bagian depan dipagari dengan tembok dan memiliki gapura berbentuk
paduraksa. Pintu masuknya dua buah yaitu pintu pertama dari besi dan
pintu masuk kedua dari kayu, terdiri atas dua daun pintu berwarna merah.
Dinding kanan kiri pintu dihiasi dengan lingkaran merah dan di dalamnya
terdapat hiasan kerrawang berbentuk sulur-suluran berwarna hijau.
Dinding bagian atas terpampang nama. Bangunan gapura ini dahulunya tidak
ada, sehingga halamannya terbuka. Atap gapura bagian kiri terbuat dari
genteng berbentuk pelana dan bubungan atas berwarna kuning.
Setelah
melewatu gapura depan, terdapat halaman kelenteng, bangunan utama, dan
bangunan samping sebelah kiri. Sebenernya bangunan kelenteng memiiki
bangunan sayap (samping) kanan (utara) dan kiri (selatan), tetapi
bangunan samping kanan (utara) telah dibongkar dan dijadikan rumah duka.
Sedangkan bangunan samping sebelah kiri (selatan) ruangan bagian
depannya telah dibogkar sehingga sekarang ini tinggal empat bangunan
yang masih utuh tetapi dalam kondisi tak terawat.
Bangunan utama
Banguna
utama menghadap ke timur, memiliki ruang serambi (teras), dan ruang
utama bagian dalam. Ruang badian dalam dapat dibagi menjadi ruang depan,
impluvan dengan bangunan samping dan ruang suci utama.
Serambi
Lantai
serambi lebih tinggi 30 cm dari lantai halaman, terbuat dari bahan
keramik berukuran 40 cm. di bagian depan serambi diberi pagar tembok dan
hiasan kerrawang. Tiang penyangga atap terdiri atas delapan tiang
berwarna merah dan berpelipit kuning. Tiang bagian atas dan balok
melintang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang menggambarkan buku diikat,
labu, swastika, daun-daunan, burung, sulur-suluran, dan hewan qilin.
Dinding serambi sebagai batas antara serambi dengan ruang utama. Di
tengah dinding serambi terdapat pintu masuk yang terbuat dari kayu
berwarna merah. Di sebelah kanan dan kiri pntu masing-masing terdapat
dua jendela persegi empat dari kayu dan di engahnya terbuat dari kaca.
Di ambang pintu tergantung papan nama kelenteng dengan tulisan huruf
Cina.
Ruang utama
Bagian
dalam ruangan utama terbagi menjadi ruang bagian depan, impluvium
dengan ruangan sampingnya serta ruang suci utama. Ruang bagian depan ini
dahulu dipergunakan sebagai ruang tamu dan sebagai tempat kursi-kursi
baga para umatnya duduk menunggu untuk bersembahyang. Kursinya sampai
sekarang tinggal empat buah, terbuat dari kayu. Lantai ruang utama
bagian depan terbuat dari ubin PC merah dengan ukuran 40 x 40 cm. ruang
utama ini memiliki dua kamar yang sekarang sebagai tempat menyimpan
kamar barang-barang kelenteng.
Dinding
semuanya terbuat dari tembok. Atap bagian dalam terbuat dari kayu dan
didukung empat buah tiang. Tiang bagian atas dan balok melintang
berwarna merah dan dihiasi dengan sulur-suluran, bunga-bungaan, dan
meander. Atas bagian luar dari genteng dan berbentuk pelana.
Impluvium
terletak di bagian tengah bangunan ruang utama, di kanan kirinya
terdapat ruangan terbuka. Ruangan ini dahulu dipakai untuk tempat
menunggu untuk bersembahyang. Lantai impluvium lebih rendah daripada
lantai ruangan sekitarnya, sekitar 20 cm dan dengan ruang suci utama
sekitar 40 cm. dari ruang depan untuk menujuke impluvium harus melewati
pintu yang dihiasi dengan kerrawang yang berbentuk hiasan geometris dan
flora serta lukisan orang suci berwarna hijau, kuning, dan biru.
Sejumlah empat tiang mendukung ruang ketiganya. Tiang bagian atas
dihiasi delima dan daun-daunan.
Ruang
suci utama berlantai paling tinggi dan terletak di bagian paling tinggi
dan terletak di bagian belakang. Lantai dari ubin PC berukuran 40 x 40
cm. tiang pendukung atap sejumlah 12 tiang terdiri atas :
- Dua buah di depan berbentuk bulat, warna merah, mempunyai pelipit hijau dan kuning.
- Empat tiang di bagian tengah berbentuk segi empat warna merah dan berpelipit kuning.
- Enam tiang (yang empat besar dan dua yang kecil).
Hiasan
pada tiang bagian atas dan pada balok yang menyilang dihiasi dengan
sulur-suluran, kuncup bunga terbalik, burung, dan bunga teratai. Di
ruang suci utama terdapat tiga ruangan yang disekat untuk tempat dewa.
Ruang di tengah sebagai tempat Dewa Khong Cu. Patung dewa utama
dipergunakan sebagai tempat penyimpanan abu jenazah. Tiap-tiap ruangan
dewa ini terdapat altar yang diatasnya terletak tempat abu dan lilin.

Bangunan
Kelenteng alang didirikan oleh Tan Sam Tjay pada tahun 1450 M yang
semula merupakan tempat ibadah umat Islam Tionghoa dari Mahzab Hanafi.
Nama Tan Sam Tjay pada saat itu dikenal dengan panggilan Mohammad Safei,
bahkan oleh Sultan Cirebon diberi gelar kepangkatan Tumenggung Aria
Dipa Wira Cula. Sejak itu kegiatan Muslim Tionghoa di Kota Cirebon
semakin berkembang pesat. Kelenteng Talang yang semula dijadikan Pusat
Pengembangan Muslim Tionghoa nterasa kurang mencukpi. Untuk pengembangan
kegiatannya, mereka pindah ke Desa Sambung. Sementara bangunan
kelenteng Talang yang ditinggalkan oleh Muslim Tionghoaitu
berangsur-angsur pulih menjadi sarana peribadatan pengikut ajaran
Konghuchu.
Sebutan
“talang” menurut istilah Tionghoa berasal dari kata “toang lang”yang
artinya orang besar atau tuan besar. Sebenarnya sebutan itu ditujukan
kepada tiga orang Laksamana Besar yang menjadi utusan Kaisar Ming yang
mendarat di Cirebonpada abad ke empat belas. Diantaranya Chengho
(Vhenghe), Fan Wan (Fa Xien), dan Khung Wu Fung. Ketiga laksamana itu
adalah penganut penganut agama Islam. Selama di Cirebon mereka membangun
masjid dan bangunan lainnya yang dijadikan tempat berkumpul Kelompok
Muslim Tionghoa. Kelenteng Talang disebut pula dengan nama Kelenteng
Soeh Boen Pang Gie Soe (rumah abu leluhur).
Kelenteng
Talang belum pernah dipugar, hanya perbaikan pada lantai di hala-man
yang semula dari bilah-bilah bata berukuran 40x40 cm diganti dengan ubin
PC berukuran 20 x 20 cm. Kondisi sekarang kurang terawatt. Sekarang
kelenteng dikelola oleh MAKIN (Majelis Agama Konghuchu Indonesia ) dan
BAKTI (Bakti Amal Kematian Cirebon Indonesia).
0 komentar:
Posting Komentar