Sekilas Sejarah Gorontalo-Indonesia
Daerah
Gorontalo merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di
Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, dan Bone. Seiring dengan
penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan
perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow
(Sulaweis Utara); Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulawesi
Tengah) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Gorontalo menjadi pusat
pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap
Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kedudukan
Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga
sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut penelitian, pada
tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke
Dungingi Kelurahan Tuladenggi, Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian
pada masa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan
dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak
antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.
Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan
perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat
besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang
disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang
meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol Toli-Toli,
Donggala, dan Bolaang Mongondow. Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah
Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat
ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu
ikatan kekeluargaan yang disebut “Pohala’a”. Daerah Gorontalo ada lima pohala’a :
- Pohala’a Gorontalo
- Pohala’a Limboto
- Pohala’a Suwawa
- Pohala’a Boalemo
- Pohala’a Atinggola
Dengan
hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat di Indonesia.
Antara agama dengan adat di Gorontalo menyatu dengan istilah “Adat
bersendikan Syara’ dan Syara’ bersendikan Kitabullah”. PohalaaGorontalo merupakan pohalaa yang
paling menonjol diantara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya
Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama Gorontalo terdapat
berbagai pendapat dan penjelasan antara lain:
- Berasal dari “Hulontalangio”, nama salah satu kerajaan yang di singkat menjadi hulontalo.
- Berasal dari “Hua Lolontalango” yang artinya orang-orang Gowa yang berjalan lalu lalang.
- Berasal dari “Hulontalangi” yang artinya lebih mulia.
- Berasal dari “Hulua Lo Tola” yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
- Berasal dari “Pongolatalo” atau “Puhulatalo” yang artinya tempat menunggu.
- Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
- Berasal dari “Hunto” suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Jadi
asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun
jelas kata “hulondalo” hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang
Gorontalo. Pada masa penjajahan karena kesulitan dalam melafalkan, orang
Belanda ucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Secara
umum kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia dimulai pada abad
ke-16, karena tertarik rempah-rempah dari Indonesia, terutama
rempah-rempah yang berasal dari kepulauan Maluku. Bangsa Barat pertama
yang datang ke Indonesia adalah bangsa Portugis yang berlayar dari
Malaka menuju Gresik di Jawa Timur dan selanjutnya ke Maluku tempat
pengumpulan rempah-rempah.
Kemudian
menyusul Bangsa Spanyol yang datang pada tahun 1521 dengan dua buah
kapal melalui Philipina, Kalimantan Utara, Tidore, Bacan, dan Jailolo,
sampai berlayar ke Maluku hingga tahun 1534.
Selanjutnya
Bangsa Belanda datang ke Indonesia dan tiba di Banten pada tahun 1596
yang juga merupakan tempat perdagangan rempah-rempah dari daerah
sekitarnya. Kemudian pada tahun 1607 Belanda berkunjung ke Sulawesi
Utara, atas persetujuan Sultan Ternate. Karena Sulawesi Utara merupakan
bagian kekuasaannya. Orang-orang Belanda ini ditugasi oleh Sultan
Ternate untuk menyuruh semua orang Ternate yang berada di Manado kembali
ke Ternate. Hal ini dilakukan untuk memudahkan orang-orang Belanda
memukul mundur Spanyol yang berada di Manado yang datang ke Sulawesi
Utara melaui Philipina. Di tahun 1617 Spanyol menconba menyebarkan
ajaran agama Katholik di sekitar danau Tondano, namun mereka mendapat
tantangan dari masyarakat setempat. Untuk maksud tersebut dalam tahun
1643 para elite lokal mengundang Belanda yang beragama Kristen Protestan
dimintai bantuannya (Ibid, dalam Apriyanto: 37).
Sejak
itu di Sulawesi Utara, Belanda mulai memantapkan hegemoninya,
selanjutnya setelah Gubernur VOC berkuasa di Ternate, Robertus
Padtbrugge melakukan perjalanannya melintasi Sulawesi Utara menuju
Kwandang, Prov. Gorontalo, disitulah untuk menetapkan keputusan kontrak
tahun 1678. Para elit lokal Gorontalo dan Limboto tidak dapat berkelit
ketika Ternate telah menyerahkan hak-haknya atas Gorontalo dan Limboto
kepada VOC.
Kawasan
Gorontalo menjadi penting karena mengandung bahan-bahan makanan seperti
beras, cokelat, dan kelapa, selain itu di bagian pegunungan juga
terdapat tambang emas, seperti di daerah Samalata, Marisa, Bonepantai,
dan Bintauna. Melihat kondisi tersebut VOC mendirikan factorij, melalui kantor dagang tersebut kontrak-kontrak dagang antara pemerintah Belanda dengan Gorontalo resmi dimulai.
Namun
dalam perkembangan setelah Gubernur VOC Robertus Padtbrugge mengangkat
Peter Kock sebagai wakil VOC di Gorontalo pada tahun 1727 mulai
mencampuri urusan pemerintahan kerajaan yang dampaknya mengganggu
tatanan pemerintah tradisional Gorontalo dan menimbulkan gejolak di
kerajaan.
Sebagai
contoh pada masa pemerintahan Botutihe Raja Gorontalo kembali Belanda
memberikan tekanan dengan mengeluarkan larangan untuk mengangkat seorang
Raja pada setiap kerajaan. Namun Raja Gorontalo lebih memperkuat
kekuasaan guna melawan hegemoni Belanda dengan jalan menempatkan ibukota
kerajaan pada lokasi strategis yakni di dekat muara sungai Bone yang
merupakan pintu masuk bangsa-bangsa Barat ke Wilayah Gorontalo.
Kontrak-kontrak
yang dibuat oleh Bangsa Belanda pada tahun 1678, 1689, 1710, 1730,
1735, 1746 sangat merugikan Gorontalo. Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah
berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan
tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke
pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah “Rechtatreeks Bestur“.
Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu:
- Onder Afdeling Kwandang
- Onder Afdeling Boalemo
- Onder Afdeling Gorontalo
Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
1. Distrik Kwandang
1. Distrik Kwandang
2. Distrik Limboto
3. Distrik Bone
4. Distrik Gorontalo
5. Distrik Boalemo
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
1. Afdeling Gorontalo
2. Afdeling Boalemo
3. Afdeling Buol
Perkembangan
selanjutnya, pergantian politik pemerintahan VOC ke Pemerintahan
Hindia-Belanda pada peralihan abad ke-18 sampai abad ke-19 ditandai
dengan adanya kebangkrutan VOC yang disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti kecurangan pembukuan, korupsi, kemampuan pegawai yang lemah,
sistem monopoli, dan sistem paksa yang membawa kemerosotan moral para
penguasa dan penderitaan penduduk.
Memasuki
abad ke-19 seiring peralihan pemerintahan tersebut proses sentralisasi
administrasi pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat desa
merupakan hal yang tak dapat terhindarkan bagi negeri-negeri jajahan
Belanda, khususnya Gorontalo.
Lebih
dari pada faktor di atas, mencermati fenomena historis di Gorontalo,
khususnya mengenai konflik antara Gorontalo dengan Belanda yang berakhir
dengan perlawanan kolektif, pada dasarnya merupakan akumulasi dari
faktor-faktor periode sebelumnya dan kemudian dijawab oleh kaum
nasionalis bersama rakyat sebagai pendukungnya dengan jalan reaksi total
yang ditandai adanya penyergapan, penangkapan, dan penahanan sejumlah
petinggi pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa di Gorontalo. Akan
tetapi ketika Jepang telah berhasil menduduki wilayah Gorontalo
perubahan terjadi yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah
Jepang di Gorontalo.
0 komentar:
Posting Komentar