Sabtu, 13 Desember 2014

Adaptasi Etnis Jawa di Aceh


Kehadiran etnis Jawa di Aceh merupakan suatu kenyataan yang terjadi dan masih bertahan hingga saat ini. Maksud dari etnis Jawa di sini adalah masyarakat yang masih menjalankan adat-istiadat dan budaya Jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari bahasa, pandangan hidup, nilai-nilai, tradisi dan semacamnya yang menunjukan diri sebagai Kejawen.
Sebelum masa kemerdekaan, kedatangan orang Jawa ke Aceh sebagian besar dikarenakan proses pengiriman tenaga-tenaga kerja untuk perkebunan-perkebunan Belanda. Setelah kemerdekaan, arus migrasi tetap berlangsung melalui program transmigrasi pemerintah untuk memindahkan penduduk dari Pulau Jawa ke luar Jawa. Selain itu, masih terdapat migrasi penduduk spontan yang terjadi tanpa bantuan pemerintah.
Ketika mereka datang ke Aceh, mereka telah membawa budaya yang berakar sangat kuat dan diturunkan oleh nenek moyangnya. Hal ini menjadi salah satu hambatan terbesar bagi peleburan budaya Jawa dengan budaya Aceh. Kemudian etnis Jawa dan keturunannya memilih caranya sendiri (mempertahankan budaya nenek moyang atau meninggalkan identitas budaya sepenuhnya) untuk dapat bertahan dan diterima di tengah masyarakat Aceh.
Asimilasi, sebagai bentuk penyesuaian budaya yang dipandang sebagai jalan keluar paling baik ternyata sulit dilaksanakan karena adanya perbedaan dan atau hambatan budaya. Pada akhirnya, akulturasi dijadikan jalan dalam proses pertukaran budaya tersebut. Akulturasi ini terwujud dari adanya interaksi antara dua etnis dalam proses yang begitu lama sehingga salah satunya menerima kebudayaan menjadi bagian dari budayanya. Sebagai contoh adalah sistem pemerintahan dan tradisi dalam merayakan hari-hari besar Islam di Aceh yang telah diikuti oleh etnis Jawa di Aceh.

0 komentar:

Posting Komentar