Sabtu, 13 Desember 2014

Dari Kopi Menjadi Uang Ala Suku Amungme

KOPI SUKU AMUNGME1.jpg
DARI KOPI MENJADI UANG ALA SUKU AMUNGME

Keunikan suku Amungme adalah dari mata pencahariannya dengan cara bercocok tanam. Kopi merupakan hasil yang cukup memuaskan, bukan hanya untuk dikonsumsi masyarakat, melainkan kopi ini diproduksi ke berbagai daerah dan menambah penghasil masyarakat. Suku Amungme di Kabupaten Mimika, Papua kini bisa memetik keuntungan dari lahan kopi milik mereka. Dari penjualan terbatas kepada ekspatriat, kini kopi Amungme bisa menjelajah Papua.
Kopi ini tumbuh di empat lembah dataran tinggi di Papua, yaitu Lembah Hoea, Tsinga, Utekini, dan Aroanop. Melihat dari kualitas kopi tersebut, kini kopi jenis varietas Arabica ini telah dikembangkan di dataran tinggi Papua selama 40 tahun secara organik dan ditanam oleh suku asli Papua, dipupuk satu-satunya dengan tanaman bernitrogen serta material alami hutan seperti kompos dan multus. Tidak ada pupuk kimia dan pestisida yang dipakai dalam penanaman tumbuhan kopi Amungme. Pohon kopi ditanam berdampingan dengan tanaman pangan lainnya, dalam sistem tanam campuran dan bertingkat.
Bisnis kopi Amungme dimulai pada tahun 1998. Saat itu PT Freeport Indonesia melalui program Highland Agriculture Developmet (HAD) membuka perkebunan kopi di dataran tinggi.
Adalah Carolyn Cook, warga negara AS yang bekerja di Freeport yang memulai pembinaan kepada suku Amungme. Bibit kopi yang dibawa kemudian dicoba ditanam di Desa Banti, Tembagapura. Hasilnya dikelola masyarakat dengan proses pengolahan masih manual dan dijual di Tembagapura.
Dalam program pendampingan, petani binaan dimodali segala kebutuhan penanaman. Hasil panen akan dibawa ke pabrik pengolahan dekat Bandara Mozes Kilangin menggunakan helikopter sewaan Freeport.
Per harinya produksi pengolahan kopi bisa mencapai 400 bungkus kemasan 250 gram. Per kemasan dijual Rp 45 ribu bila dibeli langsung. Namun kopi Amungme juga dijual di swalayan tentunya dengan harga yang lebih tinggi.
Ada 4 tahapan pengolahan kopi yang ditanam di tebing dengan ketinggian 1.500 meter ini, yaitu kupas, pengeringan, fermentasi dan roasting. Kopi Amungme memiliki cita rasa nikmat ditambah aromanya kuat.
Sebelum ada pabrik pengolahan, mereka menyewa ruko kecil di Timika dilengkapi dengan mesin pengolahan. Petani binaan suku Amungme bisa mendapatkan uang hingga Rp 4 juta atas hasil panen.

0 komentar:

Posting Komentar