DARI KOPI MENJADI UANG ALA SUKU AMUNGME
Keunikan suku Amungme adalah dari mata pencahariannya dengan cara bercocok tanam. Kopi merupakan hasil yang cukup memuaskan, bukan hanya untuk dikonsumsi masyarakat, melainkan kopi ini diproduksi ke berbagai daerah dan menambah penghasil masyarakat. Suku Amungme di Kabupaten Mimika, Papua kini bisa memetik keuntungan dari lahan kopi milik mereka. Dari penjualan terbatas kepada ekspatriat, kini kopi Amungme bisa menjelajah Papua.
Keunikan suku Amungme adalah dari mata pencahariannya dengan cara bercocok tanam. Kopi merupakan hasil yang cukup memuaskan, bukan hanya untuk dikonsumsi masyarakat, melainkan kopi ini diproduksi ke berbagai daerah dan menambah penghasil masyarakat. Suku Amungme di Kabupaten Mimika, Papua kini bisa memetik keuntungan dari lahan kopi milik mereka. Dari penjualan terbatas kepada ekspatriat, kini kopi Amungme bisa menjelajah Papua.
Kopi
ini tumbuh di empat lembah dataran tinggi di Papua, yaitu Lembah Hoea,
Tsinga, Utekini, dan Aroanop. Melihat dari kualitas kopi tersebut, kini
kopi jenis varietas Arabica ini telah dikembangkan di dataran tinggi
Papua selama 40 tahun secara organik dan ditanam oleh suku asli Papua,
dipupuk satu-satunya dengan tanaman bernitrogen serta material alami
hutan seperti kompos dan multus. Tidak ada pupuk kimia dan pestisida
yang dipakai dalam penanaman tumbuhan kopi Amungme. Pohon kopi ditanam
berdampingan dengan tanaman pangan lainnya, dalam sistem tanam campuran
dan bertingkat.
Bisnis
kopi Amungme dimulai pada tahun 1998. Saat itu PT Freeport Indonesia
melalui program Highland Agriculture Developmet (HAD) membuka perkebunan
kopi di dataran tinggi.
Adalah
Carolyn Cook, warga negara AS yang bekerja di Freeport yang memulai
pembinaan kepada suku Amungme. Bibit kopi yang dibawa kemudian dicoba
ditanam di Desa Banti, Tembagapura. Hasilnya dikelola masyarakat dengan
proses pengolahan masih manual dan dijual di Tembagapura.
Dalam program pendampingan, petani binaan dimodali segala kebutuhan penanaman. Hasil panen akan dibawa ke pabrik pengolahan dekat Bandara Mozes Kilangin menggunakan helikopter sewaan Freeport.
Dalam program pendampingan, petani binaan dimodali segala kebutuhan penanaman. Hasil panen akan dibawa ke pabrik pengolahan dekat Bandara Mozes Kilangin menggunakan helikopter sewaan Freeport.
Per
harinya produksi pengolahan kopi bisa mencapai 400 bungkus kemasan 250
gram. Per kemasan dijual Rp 45 ribu bila dibeli langsung. Namun kopi
Amungme juga dijual di swalayan tentunya dengan harga yang lebih tinggi.
Ada
4 tahapan pengolahan kopi yang ditanam di tebing dengan ketinggian
1.500 meter ini, yaitu kupas, pengeringan, fermentasi dan roasting. Kopi
Amungme memiliki cita rasa nikmat ditambah aromanya kuat.
Sebelum
ada pabrik pengolahan, mereka menyewa ruko kecil di Timika dilengkapi
dengan mesin pengolahan. Petani binaan suku Amungme bisa mendapatkan
uang hingga Rp 4 juta atas hasil panen.
0 komentar:
Posting Komentar