Sabtu, 13 Desember 2014

Museum Asi Mbojo

asi mbojo_1380515864.jpg
Museum Asi Mbojo (Asi dalam bahasa Bima berarti Istana) merupakan bekas istana Kesultanan Bima. Bangunannya merupakan perpaduan antara arsitektur Mbojo dan Belanda. Dengan berakhirnya masa kesultanan pada tahun 1952, kemegahan istana ini juga mulai sirna. Pada tahun 1980 di saat pemerintahan Bupati H.Oemarharoen B.Sc istana yang hampir runtuh ini segera diperbaiki dan dipugar. Oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kemudian dijadikan Benda Cagar Budaya.
Di sebelah kanan istana terdapat bangunan tua yang didirikan pada tahun 1872, yaitu Masjid Muhammad Salahuddin Bima. Konsep tata letak bangunan istana, masjid, dan alun-alun melambangkan tiga elemen yang harus membentuk kesatuan yang utuh, antara pemerintah (istana), religi (masjid), dan alun-alun (rakyat). Area istana memiliki pemandangan yang sangat indah. Ada juga meriam tua yang mengarah ke utara dan alun-alun. Meriam ini merupakan peninggalan Kolonial Belanda. Keberadaan pohon-pohon palem semakin menambah keasrian istana di tengah panasnya suhu udara di Bima.

Istana ini telah berfungsi sebagai Museum Daerah Kabupaten Bima sejak tanggal 10 Agustus 1989. Dengan adanya otonomi daerah, maka pada bulan Maret 2008 museum ini berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Asi Mbojo.
Koleksi
Koleksi Museum Asi Mbojo terdiri atas benda-benda geolgi, flora dan fauna, serta benda-benda yang berhubungan dengan upacara kehamilan, kelahiran, perkawinan, dan kematian. Di samping itu, terdapat pula pusaka milik kesultanan yang terbuat dari emas dan perak yang terdiri atas alat-alat upacara, senjata, peralatan makan, mahkota, dan perhiasan untuk penari.

Yang paling terpopuler dari Koleksi Museum yaitu “Gunti Rante” sebuah parang yang sangat menakjubkan di ukir pada Zaman Majapahit dan Mahkota Sulthan yang terbuat dari Emas.
Di lantai dua dari museum ini, terdapat sejumlah kamar atau ruang tidur keluarga Sultan. Diantara kamar-kamar tersebut ada satu kamar yang dulu pernah digunakan untuk menginap Presiden RI I, Soekarno, ketika berkunjung ke Bima. Presiden Soekarno berkunjung ke kasultanan Bima pada 1945 dan 1951. koleksi-koleksi yang ada di Museum Asi Mbojo itu hanya sebagian dari koleksi kesultanan Bima. Sebagian koleksi lainnya disimpan keluarga Sultan.

Kasultanan Bima
Kesultanan Bima adalah kerajaan yang terletak di Bima. Penduduk daerah ini dahulunya beragama Hindu (Syiwa). Menurut catatan lama Istana Bima, pada masa pemerintahan raja yang bergelar "Ruma Ta Ma Bata Wadu",  menikah dengan adik dari isteri Sultan Makassar Alauddin bernama Daeng Sikontu, puteri Karaeng Kassuarang.
Ia menerima agama Islam pada tahun 1050 H atau 1640 M. Raja atau Sangaji Bima tersebut digelari dengan "Sultan" yakni Sultan Bima I (Sultan Abdul Kahir). Setelah Sultan Bima I mangkat dan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Khair Sirajuddin sebagai Sultan II, maka sistem pemerintahannya berubah dengan berdasarkan "Hadat dan Hukum Islam". Sementara itu, Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke- XI) dari pernikahannya melahirkan Sultan Salahuddin yang kemudian diangkat menjadi Sultan Bima ke- XII sebagai Sultan Bima terakhir.
Sarana

Luas tanah dari museum ini yaitu 30.728 m² (167 x 184 m) sedangkan luas bangunan nya yaitu 824 m² (6 x 18 m). Museum ini memiliki sarana :
  1. Ruang Pameran Tetap
  2. Ruang Pameran Temporer
  3. Ruang Auditorium
  4. Ruang Penyimpanan Koleksi
  5. Ruang Administrasi
  6. Toilet [MN]
 

0 komentar:

Posting Komentar