Museum
ini didirikan pada tahun 1977/1978. Melalui Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 001/0/91 tanggal 9
Januari 1991 museum ini ditetapkan sebagai Museum Negeri dan menjadi
Unit Pelaksana Teknis (UPT). Dengan terbentuknya otonomi daerah, maka
status Museum Negeri berubah menjadi Museum Daerah Nusa Tenggara Timur,
dan dengan demikian menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang
bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur
dan bernaung di bawah pembinaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi
Nusa Tenggara Timur.
Koleksi
Museum
ini menampung 6.199 buah koleksi yang berasal dari kelompok-kelompok
etnis yang mendiami 14 Kabupaten dan Kota di wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Koleksi museum berupa benda-benda arkeologi, biologi,
geologi, geografi, etnografi, historis, keramik, numismatik, heraldik,
senirupa, filologi, dan teknologi.
Dua
jenis kapak perunggu yang disebut kapak upacara adalah koleksi favorit
Museum NTT. Kapak kuno itu ditemukan di Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao,
tahun 1875, dan di Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raiju, pada 1971. Disebut
kapak upacara karena di Sabu dan Rote kapak itu telah menjelma menjadi
benda sakral dan hanya dikeluarkan saat upacara adat, terutama yang
berhubungan dengan budidaya pertanian.
Kapak
temuan di Landu, Rote Ndao, termasuk langka karena hanya ada di Museum
NTT sejak tahun 2000, dan di Museum Nasional Jakarta. Adapun kapak
upacara temuan di Kampung Rai Dewa, Desa Kabila, Sabu Raijua, yang
disebut kuhi rai oleh masyarakat setempat, menjadi koleksi Museum NTT
sejak 1979.
Koleksi
Museum Daerah NTT yang banyak menarik perhatian adalah rumah
tradisional suku-suku di NTT. Rumah tradisional berbentuk setengah
lingkaran yang terbuat dari alang-alang ini merupakan pusat kegiatan
masyarakat tradisional. Mulai dari tidur sampai memasak dilakukan di
dalam rumah. Hal tersebut disimbolkan dalam bentuk tiang rumah yang
disebut dengan ni ainaf atau tiang feminin.
Tiang
lainnya disebut hau monef atau tiang maskulin. Rumah tradisional ini
dilengkapi dengan tempat persembahan yang disebut dengan hau monef.
Rumah tradisional ini memiliki nama yang berbeda-beda. Di Alor disebut
tofa dan di Ende disebut dengan saoria. Biasanya hanya keluarga inti
yang menempati rumah tradisonal ini. [MN]
0 komentar:
Posting Komentar