Sabtu, 13 Desember 2014

Museum Negeri Propinsi Nusa Tenggara Barat

museum NTB_1379317104.png
Museum Negeri Propinsi Nusa Tenggara dirintis pembangunannya sejak tahun 1976/1977. Pembangunan prasarana museum berlangsung sampai dengan tahun anggaran 1980/1981.
Kelembagaan museum ini ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 022/0/1/1982 tanggal 23 Januari 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daoed Joesoef. Sejak diresmikan sampai dengan tahun 2000, Museum Negeri Propinsi Nusa Tenggara Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Kebudayaan. Berdasarkan Undang-Undang nomor.22 Tahun 1999 Museum ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Koleksi
Sampai dengan tahun 2006 Museum Negeri Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki koleksi sebanyak 7.387 buah yang berupa koleksi geologi, biologi, etnografi, arkeologi, histori, numismatik, heraldik, filologi, dan keramik.
Dari pagar museum saja kita sudah disuguhkan dengan bekas peninggalan meriam dan jangkar sisa dari kedatangan Belanda dahulu. Memasuki museum kita bisa melihat boneka yang berpakaian adat Sasak, Mbojo, dan Samawa yang merupakan bagian budaya dari NTB, dan di sekitarnya ada beberapa peralatan hidup masyarakat ala peradaban zaman dahulu seperti peralatan dapur mereka, bercocok tanam, melaut, dan lain-lain.
Di dalam Ruang Pamer Utama, terdapat deretan lemari kaca berisikan perlengkapan acara kematian seperti kain usap, tambok atau tempat air, pedupaan sebagai tempat membakar kemenyan, kain kafan, kain kelambu, dan ceret untuk membawa air ke kuburan. Museum juga memajang koleksi benda-benda upacara perkawinan, seperti ider-ider sebagai perhiasan, kain umbaq sebagai olen-olen dalam upacara sorong serah dan lingga kapanca sebagai perlengkapan perkawinan di Bima. Ada juga pameran busana pengantin tradisional dari suku Sasak dan Sumbawa.
Koleksi lainnya yang ada di sini adalah sejarah catatan mengenai Lombok yang tertuliskan naskahnya di daun lontar. Tulisan yang ada ada yang huruf arab, kawi, pokoknyakita tidak akan bisa mengerti apa yang dituliskan. Keterangan yang ada juga tidak terlalu lengkap mengenai penjelasan mengenai isi tulisan, yang jelas di sana salah satunya ada yang menceritakan mengenai Sasak, masyarakat asli Lombok. Koleksi etnografi seperti ini biasanya menarik perhatian pengunjung yang ingin melakukan penelitian, kalau pengunjung biasa sepertinya hanya melewatinya begitu saja karena tidka terlalu ingin tahu mengenai isi tulisan yang tidak bisa dibaca dan dimengerti itu.
Lanjut ke dalam kita bisa melihat koleksi keramik-keramik yang banyak berasal dari Cina, yang merupakan peninggalan dan juga hibah dari pedagang-pedagang dari daratan Cina yang mengekspansi Indonesia di hampir seluruh wilayahnya, termasuk NTB. Keramik yang ada di museum ini memiliki jumlah yang lumayan banyak karena ternyata baru mendapatkan koleksi baru keramik yang terpendam di dasar laut yang diduga merupakan dari pedagang-pedagang Cina yang menjatuhkan barang bawaannya karena kelebihan beban pada kapal pada masa itu. Selain itu museum ini juga kedatangan koleksi berbagai macam tampilan kulit kerang yang ditemukan di daerah NTB.
Bagi Anda penyuka tulisan dan naskah kuno, museum ini juga menyimpan sekitar 1.700 naskah. Beberapa diantaranya masih menggunakan daun lontar dan kertas. Naskah yang tertuang dalam bahasa kawi, saka dan melayu ini terdiri dari berbagai jenis seperti babad (catatan sejarah masa lalu), suluk (naskah tentang ilmu tasawuf), naskah yang berisi tentang pengetahuan (perbintangan, arsitektur, pertanian), naskah husada (berisi tentang kesehatan) dan naskah sastra.
Untuk di bagian senjata, di museum ini diperlihatkan berbagai macam model keris yang biasa digunakan sebagai pelengkap upacara adat. Keris memang diketahui sebagai senjata khas Jawa, namun karena berkembangnya kerajaan Hindu sampai ke tanah Bali dan Lombok yang ajarannya berasal dari Kerajaan Hindu Jawa, maka keris sebagai bagian dari upacara pun ikut mengalami asimiliasi serta akulturasi di Lombok yang sampai saat ini masih banyak digunakan sebagai pelengkap upacara.
Sarana
Luas tanah dari museum ini yaitu 8.613 m² sedangkan luas bangunan nya adalah 3.160 m². Museum ini mempunyai sarana berupa :
  1. Ruang Pameran Tetap
  2. Ruang Pameran Temporer
  3. Ruang Auditorium
  4. Ruang Perpustakaan
  5. Ruang Laboratorium/Konservasi
  6. Ruang Penyimpanan
  7. Ruang Administrasi
  8. Kantin/Kafetaria [MN]
 

0 komentar:

Posting Komentar