Jumat, 12 Desember 2014

Organisasi Masyarakat Rantau Mandailing

masy_1394599027.jpg
Misi budaya merantau masyarakat Mandailing telah membentuk suatu asosiasi/organisasi yang didirikan oleh para perantau dari Mandailing. Mereka mendirikan perkumpulan persaudaraan Setia Mandailing pada tahun 1917, kemudian perkumpulan Persatoean Mandailing lahir pada awal tahun 1930-an yang bertujuan memperkuat kesatuan masyarakat Mandailing (Daniel Perret, 2010:346). Perkumpulan ini khususnya ditugaskan untuk mengkaji pembentukkan Groepsgemeenschap di Tapanuli sebagaimana direncanakan oleh Pemerintah.
Pendirian organisasi ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Mandailing untuk memulai pembangunan dari dasar atau dari diri mereka sendiri. Selain itu juga bertujuan menyambut pendatang-pendatang baru dalam berbagai pertemuan, di dalam pertemuan-pertemuan itu, dilakukan perdebatan mengenai Mandailing dan budayanya. Bagaimana cara agar masyarakat Mandailing yang berada di perantauan ikut serta menjadi motivator pembangunan di daerahnya.
Mengenai masalah organisasi dan menghadapi masyarakat Mandailing, bukanlah suatu pekerjaan yang ringan. Diperlukan pimpinan bermental baja, gigih, sabar dan bijaksana. Disamping itu harus mampu menampung aspirasi anggotanya. Hal-hal tersebut merupakan ketentuan yang sangat penting artinya bila kita ingin memimpin masyarakat Mandailing.
Boleh dikatakan selama ini organisasi masyarakat Mandailing umumnya berbentuk STM (serikat tolong menolong) yang hanya bergerak di bidang pengajian dan kemalangan. Masyarakat Mandailing memerlukan sebuah lembaga untuk bisa mempersatukan semua masyarakat Mandailing. Maka dibentuklah sebuah organisasi yang bernama HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing). HIKMA terbentuk pada tanggal 21 Juni 1986, bertempat di Yayasan Perguruan Mandala Nusantara, Jalan Pertina No. 1 A, Keluarga Denai, Kecamatan Medan Denai, Medan.
Sebagai pelopor pendiri HIKMA ini dapat disebutkan beberapa tokoh adat, agama, masyarakat dan cendikiawan, seperti: Mangaraja Lelo Lubis, Marwan Fawzi Lubis, Drs.Asnan Daud Daimunthe, Drs. H. Samuel Lubis, H.M.Y. Effendy Nasution serta Lukman Lubis. Pada saat itu H.M.Y. Effendy Nasution sebagai Ketua Umum di wilayah Sumatera Utara.

0 komentar:

Posting Komentar