Kapan
orang mengalami Rumah Abadi, di mana orang bebas dari segala
penderitaan dan menikmati kebahagiaan sejati? Sebagian besar orang
berpandangan, kebahagiaan sejati hanya bisa dialami setelah mati.
Sebagian yang lain berpandangan, kebahagiaan sejati sudah bisa dialami
sekarang.
Rumah Abadi sebenarnya terletak di dalam hati dan pikiran manusia itu sendiri. Kalau
orang tinggal di Rumah Abadinya sendiri, ia menikmati kebahagiaan
sejati. Kebahagiaan sejati itu bisa dialami setiap momen, setiap saat,
sebagai bagian dari olah spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Di sanalah tempat kediaman Allah ditemukan.
Tubuh kita seperti rumah. Kalau rumah kita kotor dan terpolusi, maka kita tidak akan bisa tinggal dengan nyaman. Sebaliknya,
kalau rumah kita bersih dan bebas dari polusi, maka kita bisa tinggal
dengan nyaman. Supaya bisa tinggal dengan nyaman, damai dan bahagia,
kita perlu senantiasa menjaga agar rumah kita bersih. Polusi spiritual bisa
berwujud banyak hal seperti terlalu sibuk. Begitu pula uang, seks, dan
kekuasaan yang mudah menggantikan pusat hidup kita “dari dalam.”
Tinggal
dengan damai dan bahagia di Rumah Abadi memerlukan kemampuan untuk
hidup “dari dalam.” Tubuh kita terdiri dari tubuh jasmani dan tubuh
rohani. Keduanya tak bisa dipisahkan. Namun, dalam kenyataan hidup
harian, orang sering memisah-misahkan dan mengkotak-kotakkan.
Ketika
orang hanya hidup dengan tubuh jasmaninya dan meninggalkan tubuh
rohaninya, ia bagaikan hantu yang lapar. Ia terus mencari sesuatu di
luar dirinya untuk dimakan, dimiliki, dikuasai, dikontrol, dan tidak
pernah merasa puas. Selama orang mencari sesuatu yang indah, baik, dan
benar di luar tanpa menyentuh yang indah, baik dan benar di dalam; maka
orang akan terus hidup dalam kesia-siaan.
Rumah
Abadi sudah tersedia bagi kita sekarang. Kalau kita tidak bisa hidup,
bergerak, dan tinggal di Rumah Abadi sekarang, kita akan terus
mengembara dalam waktu. Kalau bisa tinggal di Rumah Abadi sekarang, kita
menikmati kebahagiaan sejati. Segala sesuatu yang disentuh, dilihat,
didengar, dan dirasakan adalah indah, baik, dan benar adanya.
Kalau seseorang mampu menyentuh yang indah ”di dalam,” maka segala yang ia sentuh ”di luar” juga akan menjadi indah adanya. Mengapa? Karena sudah lebih dulu menemukan yang indah, baik, dan benar dari dalam dirinya – rumah tubuh spiritualnya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar