Kamis, 11 Desember 2014

TOMOK: SITUS PEMAKAMAN MEGALITIK DI SUMATERA UTARA

lake-toba-tomok-house.jpg
TOMOK
SITUS PEMAKAMAN MEGALITIK DI SUMATERA UTARA
Sulawesi Utara terkenal dengan adanya situs waruga Sawangan. Sumatera Utara pun terkenal dengan adanya situs Tomok. Keduanya sama-sama merupakan situs kubur batu, yang dikalangan ilmu kepurbakalaan disebut sarkofagus –Tomok terletak pada ketinggian 914 m di atas permukaan laut di pulau Samosir, termasuk kawasan Desa Parsaroan-Kecamatan Simanindo, Kabupaten Tapanuli Utara.
Nama Tomok (yang berarti subur) sering dilengkapi dengan kata bolon (yang berarti besar) menjadi Tomok Bolon yang mungkin maksudnya tanah daerah ini sangat subur.
Kepurbakalaan
Kompleks pemakaman Tomok luasnya ± 700 m2. Di tenggara dan baratdaya dibatasi sungai sedangkan di utara dibatasi oleh deretan rumah khas tradisional. Pada situs ini sekarang masih terdapat kurang lebih 14 kubur, 10 diantaranya dibuat dari batu andesit, yang tiga di depannya berhiaskan pahatan berupa manusia.

Cara penguburan jenazah dengan menggunakan sarkofagus seperti itu jelas berasal dari tradisi masa prasejarah yang disebut tradisi megalitik. Di daerah ini ternyata tradisi itu masih berkelanjutan dan termasuk tradisi megalitik Muda yang berkembang pasa masa
perundagian. Bentuk batu kubut di Tapanuli pada umumnya berupa tempayan batu untuk tempat tulang dengan diberi penutup di atasnya. Kubur batu itu pada umumnya bagian depan dan belakang meninggi menyertupai bagian haluan dan buritan perahu.
Salah satu kubur batu itu diyakini secara tradisional sebagai makan Raja Sidabutar yang pernah memerintah di pulau Samosir.

Suatu gejala yang menarik bahwa di bagian depan kubur batu yang biasanya bertuliskan motif manusia itu diganti dengan salib. Ini jelas menunjukan adanya perpaduan antara unsure budaya tradisi lama dengan baru (Kristen) yang bersambung secara harmoni.

Unsure-unsur kepurbakalaan yang sudah terjalin dengan tradisi masih tampak dalam bentuk patung-patung batu, ragam hias geometris, ragam hias flora (seperti sulur0suluran) dan lain-lain.
Ragam hias manusia, topeng, kerbau dan sejenisnya banyak digunakan sebagai penolak bala agar perahu yang mengantar roh ke dunia arwah itu selamat dan juga untuk melindungi orang-orang hidup yang ditinggalkan.

Tradisi Penguburan Kedua
Seperti halnya di daerah lain di Indonesia, masyarakat Tapanuli di Danau Toba ini pun banyak melakukan upacara adat seperti upacara kelahiran, pernikahan panen dan laian-lain termasuk juga upacaran kematian.
Upacara pemakanan disebut markondang yang dilakukan pada saat mayat telah dikubur digali kembali dan dimasukan ke dalam peti batu. Jadi merupakan pengubura kedua. Selama pembongkaran dan memasukan tulang jenazah ke dalam peti batu (sekarang semen) disertai upacara dan pemotongan hewan korban diiringi tabuhan gendering. Sebelum dimasukan peri tulang berlulang dibersihkan dan dibungkus kainulos sibolang.
Latar Belakang Sejarah
Tomok merupakan situs tradisi megalitik. Tradisi ini mulai sejak ± 3.500 tahun yang lalu mengikuti gelombang perpindahan bangsa-bangsa dari Asia ke Pasifik. Asal katanya megas (besar) dan lithos (batu). Jadi suatu tradisi bangsa-bangsa yang memiliki kebiasaan mendirikan bangunan batu-batu besar.

Di Indonesia dibedakan adanya dua tradisi megalitik, yakni Megalitik Tua (± 2500-1500 SM) yang didukung oleh bangsa yang mendukung bahasa Austronesia dan menggunakan beliung batu neolitik dususul kemudian dengan Megalitik Muda (± 1000 SM), pada zaman logam, mereka membangun kubur peti batu, dolmen, sarkofagus dan lain-lain. Kubur batu di Tomok termasuk megalitik muda yang telah berkembang mengikuti tradisi Batak.
Menurut tradisi pula masyarakat batak berasal dari daerah sekitar Danau Toba, tepatnya si sekitar pertemuan Danau Toba dengan sungai Asahan yang termasuk daerah Administrasi Balige. Dari sana menyebar ke seluruh Tapanuli dalam enam kelompok (suku) yakni: Toba, Angkola, Mandaling, Simalungun, Dairi, dan Karo.

Sasana Wisata Budaya
Sebagai sasana wisata budaya situs cagar budaya Tomok ini cukup menarik. Disamping mempunyai keunikan atau cirri khas juga lingkungan yang serba khas serta alamnya sangat mendukung. Dalam kenyataannya seluruh Danau Toba serta Kota dan daerah sekitarnya sekarang sudah menjadi sasaran tujuan berwisata.

0 komentar:

Posting Komentar