Kamis, 11 Desember 2014

Seni Pahat Papua

Seni Pahat Papua1.jpg
SENI PAHAT PAPUA
DENGAN ALAT SEDERHANA MEREKA MENGHASILKAN KARYA BESAR, RUMIT DAN ESTETIS

Papua terkenal alamnya yang indah. Danau Sentani, Gunung Jayawijaya yang bersalju, sungai-sungai besar, flora, fauna dengan burung Cendrawasihnya, semua sangat menarik untuk dikaji dan dinikmati. Bukan itu saja, masyarakatnya yang masih asli dan polos itu ternyata daya kreativitasnya tinggi. Ini terbukti dari cara dan hasil mereka dalam menanggapi, menghayati dan meramu alam lingkungan dalam imajinasi kemudian menuangkannya dalam karya seni pahat. Hasilnya sunguh mengagumkan dan mampu memperkaya khazanah seni dan budaya bangsa kita.
Yang dimaksud dengan seni pahat Papua di sini adalah seni pahat karya masyarakat asli Papua yang tumbuh dan berkembang turun-temurun secara tradisional sejak masa Prasejarah dalam kelompok-kelompok suku bangsa yang pada umumnya masih terpencil dari komunikasi dengan dunia luar, sehingga pengaruh asing masih sangat sedikit. Baik konsepsi, bentuk maupun fungsinya pada umumnya berkaitan erat dengan kepercayaan yang berkembang bersamaan dengan tradisi prehistoris (megalitik) yang banyak persamaannya dengan masyarakat terasing lainnya di dunia. Dengan demikian dikelompokkan dalam kategori seni primitif dan yangjusteru mengandung banyak ciri-ciri universal.
Yang sangat menonjol (sekarang) adalah seni pahat suku Asmat, sedangkan suku-suku lain juga memiliki karya-karya seni pahat dengan ciri-ciri yang berbeda dalam citra perwujudannya, sedangkan latar belakang kegunaannya sama. Perbedaan variasi bentuk disebabkan oleh faktor-faktor extern maupun intern yang membentuk pribadi seniman yang mewakili masyarakatnya. Persamaan yang men-dasari adalah kegunaannya sebagai sarana untuk expresi maupun media kepercayaan mereka atas adanya kekuatan serta makhluk-makhluk super-natural yang setiap hari mempengaruhi lingkar kehidupan mereka, terutama roh nenek moyang. Fungsi lainnya, seperti sarana pemenuhan akan kebutuhan rasa keindahan justeru mendorong seniman untuk bervariasi dalam karya-karyanya.
Dengan latar belakang yang demikian maka hasil-hasilnya yang utama adalah patung-patung nenek moyang atau mbis dalam berbagai bentuk dan fungsi, fauna dan flora yang erat hubungannya dengan kepercayaan, baru menyusul benda-benda pakai dan hiasan-hiasan. Bentuknya ada yang tiga dimensi ada yang dua dimensi. Bila karya yang religius itu terputus dari fungsi pada masyarakatnya tinggallah nilai estetika yang sekular dan dianggap sebagai seni murni.
Para pemahat dan pengukir di Papua yang disebut Wow Ipits itu tidak terdidik, tetapi mengandalkan bakat yang diwarisi secara turun-temurun. Hal ini mengalami perubahan setelah hubungan dengan masyarakat (bahkan dunia) luar semakin luas. Makin lama makin disadari bahwa hasil karya mereka pun disenangi oleh orang lain dan dapat dijual atau ditukar dengan barang-barang keperluan hidupnya sehari-hari. Orang-orang makin banyak belajar mengukir dan memahat walaupun tidak diabdikan untuk kebutuhan keperca-yaan. Wow Ipits semakin banyak jumlahnya dan karya-karya seni tradisional itu pun makin tersebar luas.

Konsep Bentuk
  • Bentuk mengikuti bahan
Seni pahat Papua kebanyakan menggunakan bahan kayu, meskipun tidak tertutup kemungkinan penggunaan bahan lain seperti batu. Bahan kayu sering lebih banyak tersedia di hutan dan dapat dipilih jenis yang lebih sesuai dengan keperluan. Untuk menuangkan bentuk-bentuk yang dikehendaki oleh sang seniman, kadang-kadang didapat kayu yang sudah menyerupai keinginan tersebut. Hal ini lebih memudahkan kerja seniman itu dan karena banyak kita dapatkan bentuk-bentuk karya seni pahat yang menyerupai pohon (berdiri atau rebah), pohon bercabang, tonggak dan lain-lain.
Sebagai misal adalah patung-patung mbis dari Asmat dan patung toleruno dari Sentani yang berbentuk pohon tegak bercabang dan terdiri atas susunan berbagai sosok manusia berdiri tegak bersusun-susun sebagai gambaran arwah. Tubuh-tubuh yang tegak langsing, tangan dan kaki yang panjang pada struktur patung bersusun itu merupakan tuntutan bahan kayu yang tinggi. Perahu jenazah yang disebut uranum me-manjang berbentuk pohon rebah berhiaskan bentuk-bentuk manusia dan binatang yang cenderung pendek badannya, tetapi kaki dan tangan dilipat memanjang ke depan mengikuti arah kayu memanjang. Korwar atau patung nenek moyang daerah Irian Barat-laut menggunakan bahan kayu besi berbentuk tonggak yang monumental.
  • Bentuk mengikuti tuntutan teknis
Peralatan yang digunakan masih sederhana. Pahat maupun pemangkas terbuat dari batu atau tulang yang dibuat tajam. Untuk ukiran yang rumit digunakan alat dari gigi atau duri binatang dan belakangan dengan paku yang ujungnya dipipihkan. Untuk penghalus bidang digunakan penggosok dari kulit binatang. Justru dengan alat sederhana dan menghasilkan karya yang besar, kadang-kadang rumit serta estetis itu menunjukkan adanya kemampuan teknis.
Karena keterbatasan peralatan maka umumnya pahatan Asmat bergaya kasar, spontan, tidak dihaluskan, bahannya kebanyakan kayu yang tidak keras. Kekasaran yang disebabkan keterbatasan alat itu justru merupakan ciri khas, seperti disengaja demikian.
Patung-patung Asmat tampak lebih expresif, dinamis, tegang dan berdaya magis. Daya magis inilah tujuan utama dari masyarakat pencipta patung-patung nenek moyang itu. Kemampuan teknis untuk membuat pahatan dan torehan halus juga ada, tetapi pada patung-patung plastis berukuran kecil.
Jenis peralatan ini pun cepat mengalami perubahan/perkembangan setelah banyak hubungan dengan masyarakat luar dan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan lain seperti daya tarik pembeli, kecepatan, kuantitas produksi dan lain-lain, walaupun menjurus ke arah sekularisasi. Dengan peralatan-peralatan baru (dari besi) terbukalah kemungkinan tercapainya kemampuan-kemampuan baru dalam hal mengerjakan bahan.
  • Jenis dan gaya
Sesuai dengan fungsinya untuk memenuhi kepentingan kepercayaan dengan berbagai upacara adat maka jenis-jenis seni pahatnya juga berkisar pada patung nenek moyang, kedok, genderang, perisai, tonggak arwah atau mbitoro, cemen, perahu arwah dan hiasan-hiasan serta benda-benda pakai.
Ornamen dapat berbentuk manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan; bentuk-bentuk geometris, bentuk huruf S, spiral tunggal atau berganda, bentuk matahari, bintang, anthropomorfis dan masih banyak lagi. Pada umumnya simetris tetapi ada yang asimetris.
Pola-pola dekoratif banyak terdapat pada pahatan kerawangan misalnya pada bagian cemen patung mbis. Gaya-gaya patung kebanyakan memang simbolis dan plastis. Amat jarang yang naturalistis.

Masa Depan Seni Pahat Papua
Menilik potensi yang besar dan perkembangan yang pesat seni pahat Papua, maka ditinjau dari khazanah seni dan budaya bangsa kita sangat membanggakan. Dari sudut sosial ekonomi dan kepari-wisataan, merupakan potensi yang cukup besar. Mengingat akan hal-hal tersebut sudah selayaknya kita semua ikut bertanggung jawab atas pelestarian dan pengembangannya. Yang pertama-tama perlu diperhatikan tentu pembinaan para senimannya, pengadaan bahan, peralatan teknis, penyebarluasan informasi, pembinaan mutu dan pemasarannya sebagai komoditi.
Hal ini tentu saja memerlukan perhatian besar baik dari instansi pemerintah yang terkait maupun dari masyarakat pecinta seni budaya.

0 komentar:

Posting Komentar