SISTEM ADAT DAN SISTEM NASIONAL YANG BERDAMPINGAN
Saat
ini masyarakat Asmat memiliki sistem pemerintahan yang sudah maju. Ada
dua sistem pemerintahan yang berkembangan di masyarakat Asmat yaitu
sistem pemerintahan adat maupun sistem pemerintahan yang baru
(nasional). Sistem pemerintahan adat masyarakat Asmat adalah struktur
paroh masyarakat.
Pada
setiap kampung yang berdiri di wilayah masyarakat Asmat terdapat satu
rumah panjang yang merupakan balai desa. Pada tempat tersebut, warga
kampung berkumpul untuk membicarakan persoalan yang menyangkut
kepentingan seluruh masyarakat Asmat. Rumah panjang ini merupakan
cerminan kehidupan mereka di masa lampau. Dahulu, rumah panjang
berfungsi sebagai rumah bujang (Je) dalam bahasa Asmat. Pada rumah
tersebut para lelaki membicarakan dan merembukan penyerangan serta
pengayauan kepala.
Rumah
bujang terdiri atas 2 bagian utama. Tiap bagian bernama aipmu.
Masing-masing aipmu dipimpin oleh kepala aipmu. Kepala Aipmu merupakan
kepala perang. Dia adalah orang yang mampu mengatur dan merencanakan
strategi penyerangan secara besar-besaran meliputi satu kampung.
Pemilihan
Kepala Aipmu berdasarkan kepribadian dan keberhasilan calon aipmu, umur
juga merupakan faktor penting dalam menentukan aipmu. Pada umumnya,
orang-orang muda belum mempunyai bobot bila mereka belum berkeluarga dan
membuktikan keberaniannya dalam berperang. Sistem kepemimpinan yang
dipegang oleh kepala aipmu lebih menekankan pada kemampuan dan
kewibawaan seorang lelaki yang mempunyai tubuh perkasa dan memiliki
banyak pengalaman dalam pertempuran.
Dalam
kehidupan sosial politik, setiap kampung mempunyai seorang pemimpin
adat yang disebut yeu iwir, dan masing-masing federasi yeu mempunyai
seorang pemimpin yang disebut tase wu. Para pemimpin adat dibantu oleh
sejumlah penasehat yang disebut arakamse wir, yaitu orang-orang bijak
yang kaya akan pengalaman. Selain itu, orang Asmat terbagi dalam
beberapa subkelompok suku bangsa yang timbul karena adanya
federasi-federasi desa dalam zaman peperangan antar kampung dan kelompok
dulu. Federasi adat ini ditandai oleh adanya kesamaan dialek dan
simbol-simbol kesatuan sosial mitologis. Sub kelompok tersebut antara
lain : Unisirau, Bismam, Simai, Emai-Ducur, Betch-Mbuo, Kaimo, Safan,
Brazza, dan Joerat.
Kepemimpinan
Je secara menyeluruh dipimpin oleh kepala Je. Kemampuan yang menonjol
dimiliki oleh Kepala Je mendapat pengakuan dari masyarakat Asmat.
Kedudukan kepala Je tidak harus diberikan kepada orang yang paling tua,
sehingga mungkin ada kekosongan pimpinan sebelum kepala baru terpilih.
Sistem
pemerintahan yang terbaru pada masyarakat Asmat memiliki pola
kepemimpinan dan kekuasaan yang dipimpin oleh kepala desa dan asisten
kepala desa. Kepala desa dan asisten bertanggungjawab atas pemeliharaan
kebersihan kampung, pemeliharaan jalan-jalan dan juga menjaga agar
masyarakat Asmat memelihara rumah dengan baik.
Posisi
kepala desa di Masyarakat Asmat dipegang oleh orang muda yang mendapat
pendidikan dari misi agama pada akhir lima puluhan. Dalam menjalankan
tugas kepala desa, dia dibantu oleh seorang asisten kepala desa yang
merupakan seorang yang sudah berumur dan dihormati oleh warga desa.
Selain itu, ada kepala distrik yang membawahi ”polisi” desa yang
mengatur hansip setempat. Kewenangan Kepala distrik adalah memutuskan
hukuman apabila terjadi pelanggaran
0 komentar:
Posting Komentar