
SUKU KONJO, SULAWESI SELATAN
Suku Konjo (Kondjo atau Tiro) atau disebut juga Suku Kajang adalah salah satu suku di Indonesia yang tinggal di daerah Kabupaten Bulukumba. 209 km dari kota Makasar, provinsi Sulawesi Selatan. Masyarakat Konjo berjumlah 125.000 jiwa. Pada daerah tersebut, suku Konjo terdapat di empat kecamatan yaitu Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Bontobahari dan Kecamatan Herlang), yang semuanya berada di wilayah bagian Timur Kabupaten Bulukumba. Suku Konjo Hitam termasuk dalam suku Konjo tersebut. Selain di Bulukumba, Suku Konjo juga mendiami wilayah Kabupaten Sinjai (yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba bagian Utara) dan Kabupaten Barru (beberapa Desa di Kecamatan Pujananting).
Suku Konjo (Kondjo atau Tiro) atau disebut juga Suku Kajang adalah salah satu suku di Indonesia yang tinggal di daerah Kabupaten Bulukumba. 209 km dari kota Makasar, provinsi Sulawesi Selatan. Masyarakat Konjo berjumlah 125.000 jiwa. Pada daerah tersebut, suku Konjo terdapat di empat kecamatan yaitu Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Bontobahari dan Kecamatan Herlang), yang semuanya berada di wilayah bagian Timur Kabupaten Bulukumba. Suku Konjo Hitam termasuk dalam suku Konjo tersebut. Selain di Bulukumba, Suku Konjo juga mendiami wilayah Kabupaten Sinjai (yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba bagian Utara) dan Kabupaten Barru (beberapa Desa di Kecamatan Pujananting).
Dalam
kehidupan sehari-hari, suku Konjo memilih hidup dengan menerapkan
kebudayaan lama yang sudah turun temurun ada yaitu seperti berpakaian
serba hitam, tidak diperbolehkan untuk menggunakan peralatan, dan
mempraktekkan ilmu sihir sebagai bagian dari proses penyembahan.
Dalam
tradisi masyarakat Konjo terdapat satu kearifan lokal yang menjadi
pandangan hidup masyarakat Konjo yaitu “Hutan tak boleh ditambah dan tak
boleh dikurangi”. Saat ini, hutan adat masyarakat Konjo yang berada di
Desa Tanatowa seluas 331,70 hektar dalam kondisi yang terjaga. Tanah
pertanian, ladang dan tanaman di area tersebut terjaga kesuburannya.
Filosofi Masyarakat Konjo berakar dari kondisi masyarakat Konjo yang
merupakan masyarakat agraris dimana kehidupan mereka bergantung kepada
lahan pertanian. Selain itu, hutan adalah tempat sakral bagi masyarakat
Konjo, dimana ada larangan untuk tidak masuk ke hutan. Masyarakat Konjo
mempunyai pandangan bahwa tidak boleh ada yang masuk ke dalam hutan.
Masyarakat
Konjo percaya satu hal bahwa hutan akan memberi kesuburan bagi tanah
mereka, menjaga sumber mata air desa. Mereka percaya bahwa hutan masih
ada maka tanah mereka akan subur. Hutan yang lebat juga akan memberikan
mereka sumber air yang banyak. Sebagian besar Orang Konjo masih
memanfaatkan air yang ada di sumber-sumber air yang biasanya keluar di
samping pohon-pohon yang besar. Orang Konjo yang ada di dalam kawasan
adat masih jarang yang memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur.
Kesakralan
Hutan bagi masyarakat Konjo juga karena hutan adalah tempat
menyelenggaraan ritual adat mereka. Konon nenek moyang orang Konjo
dimakamkan di hutan adat tersebut. Setiap tahun, ada upacara adat
menziarahi makan tersebut perangkat adat Tanatowa. Selain itu, hutan
adat juga digunakan sebagai media pemilihan Ammatowa (pemimpin tertinggi
adat Orang Konjo).
Ammatowa
dipilih dengan seleksi atau melewati ujian masuk ke dalam hutan. Tidak
semua orang dapat sembarangan masuk ke hutan, ada sebuah prosesi
”mistis” yang dilakukan. Bagi calon Ammatowa yang dapat keluar dari
hutan dengan kondisi tegap dan sehat maka ialah Ammatowa yang dipilih
oleh leluhur mereka. Orang Konjo percaya bahwa orang yang dapat keluar
dengan selamat setelah memasuki hutan adat maka orang tersebut adalah
pemimpin yang dipilih oleh Yang Maha Kuasa dan leluhur mereka.
Dalam urusan budaya masyarakat Konjo pesisir dan pegunungan ciri-ciri budaya sebagai berikut:
Dalam urusan budaya masyarakat Konjo pesisir dan pegunungan ciri-ciri budaya sebagai berikut:
- Saling membantu dalam pekerjaan dan keuangan, upacara perkawinan,menjenguk orang sakit, melayat orang meninggal. Sekalipun di antaraanggota suku ini ada pertengkaran, mereka bersatu menghadapiancaman dari pihak luar.
- Materialisme diwujudkan dengan meminta secara terus terang kepada orang yang tidak takut bersaing mengumpulkan harta dan pemborosan agar orang lain terkesan.
- Kegemaran kumpul-kumpul dan mengobrol.
- Cenderung berkelit dalam menjawab pertanyaan.
- Mempertahankan harga diri, dengan mempertahankan status sosial.
Masyarakat Konjo pesisir 100% beragama Islam. Bagi masyarakat Konjo
Hitam, Islam merupakan agama resmi. Akan tetapi praktek animisme masih dijalankan. Pemimpin agama Islam dalam budaya mereka memiliki pengaruh yang kecil. Mereka dipilih oleh rakyat untuk memimpin upacara- upacara keagamaan dan tugas-tugas di masjid. Orang Konjo Hitam memanggil dukun untuk upacara-upacara dan menolong orang sakit. Amma Toa (ayah tua) dari orang Konjo Hitam dianggap sebagai pemimpin keagamaan di daerah itu dan ditakuti karena kekuatan sihirnya.
Hitam, Islam merupakan agama resmi. Akan tetapi praktek animisme masih dijalankan. Pemimpin agama Islam dalam budaya mereka memiliki pengaruh yang kecil. Mereka dipilih oleh rakyat untuk memimpin upacara- upacara keagamaan dan tugas-tugas di masjid. Orang Konjo Hitam memanggil dukun untuk upacara-upacara dan menolong orang sakit. Amma Toa (ayah tua) dari orang Konjo Hitam dianggap sebagai pemimpin keagamaan di daerah itu dan ditakuti karena kekuatan sihirnya.
Dalam
segi mata pencaharian masyarakat Konjo Pesisir dan pegunungan
berprofesi sebagai petani. Mereka menanam berbagai jenis tanaman,
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Sistem pertanian mereka biasanya
berdasarkan sistem bagi hasil antar sesama warga desa, yang dikerjakan
secara beramai-ramai atau gotong-royong. Sebagian pula dari mereka
berprofesi sebagai nelayan, mereka menangkap ikan di laut sesuai dengan
waktu dan cuaca yang sudah diperhitungkan dengan matang
Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Konjo Pesisir dengan beberapa dialek yaitu
Tana Toa, Konjo Hitam dan Kajang. Konjo sendiri adalah sebutan bagi
masyarakat yang menggunakan bahasa Konjo sebagai penutur. Konjo adalah
bahasa perpaduan antara bahasa Bugis dan Makassar yang konon sering
digunakan oleh orang-orang di Kajang.
0 komentar:
Posting Komentar