TERMINOLOGI ANTARWANITA DALAM SISTEM KEKERABATAN SUKU MUYU
Seperti
dalam kebanyakan masyarakat tradisional, cara menghitung hubungan
kekerabatan merupakan salah satu faktor pemersatu yang terpenting. Di
dalam, atau lebih tepat melalui hubungan kekerabatan itulah hampir semua
kegiatan sosial dan ekonomi dilaksanakan.
Secara
umum sistem kekerabatan suku Muyu bersifat patrilireal. Sehingga di
sini ego adalah laki-laki, tetapi pada umumnya terminologi yang
dibicarakan di atas juga berlaku kalau ego adalah wanita — kecuali dalam
situasi perkawinan poligini telah diperhitungkan dalam terminologi. Hal
ini sebagian telah disebut dalam terminologi yang telah dibicarakan,
meskipun tidak terkait dengan hubungan kekerabatan antarwanita.
Pertama-tama, istri kedua dari suami: ego memanggilnya áyenggó, kata yang sama yang digunakan untuk JaSaSu. Jadi, itulah kata yang digunakan oleh ego untuk menyebut wanita yang telah kawin dari generasinya dalam trah suaminya. Menarik bahwa ego memanggil JaRaSiPa sebagai ayenggo. Sebenarnya itu adalah tempat ego sendiri. Ayenggo juga dapat diterjemahkan sebagai kawan (wanita).
Di
lain pihak, SiSu disebut kindik, sebuah kata yang searti dengan
monggop. Menurut sistemnya, SiSu memang identik dengan RiSiPa. Kindik
juga digunakan untuk SiSuSi dan SiSuSi-Pa, yang semuanya adalah wanita
yang tidak kawin ke dalam trah, di mana ego termasuk karena perkawinan.
Untuk
menguraikan terminologi sebagai suatu sistem, titik tolak di atas
adalah hubungan kekerabatan antar trah. Perkawinan RiSaMa itu tidak,
atau tidak lagi djalankan secara konsisten, bahkan juga tidak di
Kawangtet, dan karena sifat trah, itu juga tidak mungkin. Dengan
demikian, tidak ada hubungan perkawinan yang pasti di antara trah.
Ini
juga berarti bahwa dalam kenyataannya hubungan-hubungan itu tidak
terjadi antargenealogi, tetapi antarkeluarga inti. Setiap keluarga inti
mempunyai hubungan-hubungannya sendiri dengan keluarga inti dalam trah
lain. Ini tidak berarti bahwa anggota-angota sesuatu trah, bahkan yang
termasuk keluarga inti yang berbeda, tidak menganggap hubungan-hubungan
kekerabatan antara mereka itu sebagai hubungan mereka sendiri.
Karena
luasnya cara menghitung hubungan kekerabatan, sering dua orang dapat
berhubungan menurut beberapa cara sedemikian rupa sehingga mereka dapat
menggunakan kata yang mana saja di antara beberapa kata untuk saling
menyapa. Observasi lapangan saya di Kawangtet memberi contoh yang
berikut: SaMa (mom) ego kawin dengan RiSiPa (monggop). Ego menyebut
putri mereka enang (RiSaMa). Pilihan di antara terminologi yang dipilih
itu agak semau-maunya, kecuali bahwa hubungan yang terdekat adalah yang
terpenting. Namun, tidak ada sistem tertentu. Dua contoh: SaMA (taman)
ego menurut klasifikasi kawin dengan RiSaMa ego (enang), tetapi ego
tidak menyebutnya tom; SaMa (taman) ego kawin dengan RiSiPa ego. Sesudah
itu ego menyebutnya ate.
Bagi
orang Muyu, keluarga merupakan unit sosial dan ekonomi yang paling
penting. Dengan sistem kekerabatan berupa keluarga inti yang terdiri
dari seorang laki-laki dengan satu atau beberapa istri beserta anak,
karena membolehkan poligami.
Dengan
terminologi antarwanita ini, mereka mengatur dan meminimalisasi
perselisihan antar istri ketika di poligami. Karena orang Muyu lebih
mengedepankan peran penting keluarga inti dari berbagai bentuk
kehidupan, terutama persoalan rumah dan penguasaan tanah juga harta.
0 komentar:
Posting Komentar