Sabtu, 13 Desember 2014

TRADISI MERAMU HUTAN, SUKU BANJAR


TRADISI MERAMU HUTAN, SUKU BANJAR
Sejak dulu daerah Kalimantan Selatan banyak terdapat hutan-hutan yang merupakan tempat meramu baik untuk keperluan keluarga (membangun rumah, balai dan sebagainya) maupun untuk keperluan desa atau untuk diperdagangkan. Hutan-hutan lebat yang terdapat diberbagai tempat itu merupkan tropika yang berupa hutan-hutan payau, hutan nipah, hutan rawa, hutan gunung, hutan bukit dan sebagainya. Tempat-tempat meramu yang terkenal di daerah Kalimantan Selatan ini antara lain Sungai Balu, Teluk Bagandi, Malintai, Garis, Muara Muning, Margasari, Bongkang, Muara Uya, Botok-botok, Panjaratan, Jilatan, Jorong, Pegatan, Tabunganen, Satui, Kintab, Pengaren Pulau Kedap dan sebagainya.
Tempat-tempat meramu yang banyak terdapat di daerah Kalimantan Selatan itu pada umumnya menghasilkan jenis-jenis ramuan seperti kayu ulin, kayu balangiran, rotan dan ulatong, damar dan berbagai getah kayu lainnya. Kayu hutan lainnya seperti kayu maranti, karuing, sintuk lanan, bangkirai, galan, galih (kayu ulin yang sudah mati), bambu dan paring, daun nipah dan daun rumbia serta purun.
Untuk melakukan pekerjaan meramu yang sifatnya berat seperti meramu kayu ulin dan jenis kayu lainnya, biasanya dilakukan oleh kelompok atau keluarga, sedang meramu yang sifatnya ringan dan tempatnya tidak jauh kadang-kadang dilakukan oleh perorangan seperti meramu daun nipah atau rumbia. Biasanya terdapat jenis pembagian pekerjaan di antara kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan ini, seperti misalnya dalam masyarakat penebang kayu ulin, yang tua dan yang kuat, mereka mendapat tugas menebang, sedangkan anak-anaknnya membuat sirap (bahan untuk atap). Dalam masyarakat peramu galan, yang tua menebang dan mengangkat, sedangkan anak-istri dan yang muda memotong dan membelah untuk dijadikan kayu api.
Dalam melaksanakan pekerjaan meramu di daerah Kalimantan Selatan tidaklah dikenal adanya upacara yang berhubungan dengan meramu. Pada umumnya kelompok yang akan meramu itu hanya melanjutkan tradisi dulu. Apabila pekerjaan yang dilakukan memakan waktu yang lama, mereka berangkat dengan membawa perbekalan secukupnya dan biasanya mereka membawa pisang dan gula merah lebih banyak dari pada yang lainnya.
Bahan-bahan yang diramu itu dicari dan dikumpulkan dari hutan-hutan dan kemudian ditunjuk lebih dahulu di tepi-tepi sungai untuk kemudian diangkut dengan perahu atau dirakit ke tempat tinggal kelompok itu atau ke tempat penjualan, seperti misalnya kayu galan yang dihasilkan dari daerah Barito Kuala.  Kayu ini dicari di hutan-hutan di tepi-tepi atau disekitar  sungai dan ditumpuk di tepi sungai yang kemudian dibawa dengan perahu ke Banjarmasin untuk dijual. Demikian juga dengan bahan-bahan yang lainnya seperti purun, daun nipah dan sebagainya. Sedangkan untuk penebangan kayu ulin di daerah Pleihari seperti di Jorong, Asam-asam, Kintab para peramu telah mendapatkan hasil secukupnya, maka untuk mengangkut kayu-kayu tersebut digunakan tenaga kerbau sebagai penarik yang disebut dengan istilah pehadangan. Cara ini telah mereka lakukan secara turun temurun, di mana kayu-kayu ulin yang diperoleh ditarik dari pedalaman dengan gelinding kerbau.
Hasil-hasil yang dikumpulkan itu umumnya digunakan untuk keperluan masyarakat seperti kayu ulin digunakan untuk sirap, tongkat, balok-balok untuk membangun gedung, jembatan, tiang-tiang telepon atau listrik, bantalan rel kereta api dan sebagainya. Kayu-kayu hutan lainnya seperti karuing, sintuk lanan dan sebagainya, di samping untuk bangunan rumah juga untuk membuat perkakas rumah tangga seperti lemari, kursi dan lainnya. Kayu galan digunakan untuk bahan bangunan, jembatan, kayu api dan sebagainya. Rotan digunakan sebagai bahn untuk membuat barang-barang kerajinan yang merupakan salah satu hasil khas dari daerah Kalimantan Selatan ini seperti anyaman-anyaman tikar, lampit, kipas, bakul, kursi dan sebagainya. Sedangkan lampit merupakan salah satu barang export daerah yang bersifat khas, di samping itu rotan juga digunakan sebgai alat pengikat. Daun nipah digunakan untuk membuat kajang dan daun rokok. Kajang ini digunakan untuk atap perahu, atap rumah, sedang buah nipah dibuat sebagai manisan dan pelepahnya dijadikan keranjang, lampit dan sebagainya. Purun digunakan untuk membuat alat-alat keperluan rumah tangga seperti bakul, tikar, kampil dan lain-lain. Kerajinan anyaman purun ini merupakan mata penceharian tambahan.

0 komentar:

Posting Komentar