TRADISI MERAMU HUTAN, SUKU BANJAR
Sejak
dulu daerah Kalimantan Selatan banyak terdapat hutan-hutan yang
merupakan tempat meramu baik untuk keperluan keluarga (membangun rumah,
balai dan sebagainya) maupun untuk keperluan desa atau untuk
diperdagangkan. Hutan-hutan lebat yang terdapat diberbagai tempat itu
merupkan tropika yang berupa hutan-hutan payau, hutan nipah, hutan rawa,
hutan gunung, hutan bukit dan sebagainya. Tempat-tempat meramu yang
terkenal di daerah Kalimantan Selatan ini antara lain Sungai Balu, Teluk
Bagandi, Malintai, Garis, Muara Muning, Margasari, Bongkang, Muara Uya,
Botok-botok, Panjaratan, Jilatan, Jorong, Pegatan, Tabunganen, Satui,
Kintab, Pengaren Pulau Kedap dan sebagainya.
Tempat-tempat
meramu yang banyak terdapat di daerah Kalimantan Selatan itu pada
umumnya menghasilkan jenis-jenis ramuan seperti kayu ulin, kayu
balangiran, rotan dan ulatong, damar dan berbagai getah kayu lainnya.
Kayu hutan lainnya seperti kayu maranti, karuing, sintuk lanan,
bangkirai, galan, galih (kayu ulin yang sudah mati), bambu dan paring,
daun nipah dan daun rumbia serta purun.
Untuk
melakukan pekerjaan meramu yang sifatnya berat seperti meramu kayu ulin
dan jenis kayu lainnya, biasanya dilakukan oleh kelompok atau keluarga,
sedang meramu yang sifatnya ringan dan tempatnya tidak jauh
kadang-kadang dilakukan oleh perorangan seperti meramu daun nipah atau
rumbia. Biasanya terdapat jenis pembagian pekerjaan di antara kelompok
masyarakat yang melakukan pekerjaan ini, seperti misalnya dalam
masyarakat penebang kayu ulin, yang tua dan yang kuat, mereka mendapat
tugas menebang, sedangkan anak-anaknnya membuat sirap (bahan untuk
atap). Dalam masyarakat peramu galan, yang tua menebang dan mengangkat,
sedangkan anak-istri dan yang muda memotong dan membelah untuk dijadikan
kayu api.
Dalam
melaksanakan pekerjaan meramu di daerah Kalimantan Selatan tidaklah
dikenal adanya upacara yang berhubungan dengan meramu. Pada umumnya
kelompok yang akan meramu itu hanya melanjutkan tradisi dulu. Apabila
pekerjaan yang dilakukan memakan waktu yang lama, mereka berangkat
dengan membawa perbekalan secukupnya dan biasanya mereka membawa pisang
dan gula merah lebih banyak dari pada yang lainnya.
Bahan-bahan
yang diramu itu dicari dan dikumpulkan dari hutan-hutan dan kemudian
ditunjuk lebih dahulu di tepi-tepi sungai untuk kemudian diangkut dengan
perahu atau dirakit ke tempat tinggal kelompok itu atau ke tempat
penjualan, seperti misalnya kayu galan yang dihasilkan dari daerah
Barito Kuala. Kayu ini dicari di hutan-hutan di tepi-tepi atau
disekitar sungai dan ditumpuk di tepi sungai yang kemudian dibawa
dengan perahu ke Banjarmasin untuk dijual. Demikian juga dengan
bahan-bahan yang lainnya seperti purun, daun nipah dan sebagainya.
Sedangkan untuk penebangan kayu ulin di daerah Pleihari seperti di
Jorong, Asam-asam, Kintab para peramu telah mendapatkan hasil
secukupnya, maka untuk mengangkut kayu-kayu tersebut digunakan tenaga
kerbau sebagai penarik yang disebut dengan istilah pehadangan.
Cara ini telah mereka lakukan secara turun temurun, di mana kayu-kayu
ulin yang diperoleh ditarik dari pedalaman dengan gelinding kerbau.
Hasil-hasil
yang dikumpulkan itu umumnya digunakan untuk keperluan masyarakat
seperti kayu ulin digunakan untuk sirap, tongkat, balok-balok untuk
membangun gedung, jembatan, tiang-tiang telepon atau listrik, bantalan
rel kereta api dan sebagainya. Kayu-kayu hutan lainnya seperti karuing,
sintuk lanan dan sebagainya, di samping untuk bangunan rumah juga untuk
membuat perkakas rumah tangga seperti lemari, kursi dan lainnya. Kayu
galan digunakan untuk bahan bangunan, jembatan, kayu api dan sebagainya.
Rotan digunakan sebagai bahn untuk membuat barang-barang kerajinan yang
merupakan salah satu hasil khas dari daerah Kalimantan Selatan ini
seperti anyaman-anyaman tikar, lampit, kipas, bakul, kursi dan
sebagainya. Sedangkan lampit merupakan salah satu barang export daerah
yang bersifat khas, di samping itu rotan juga digunakan sebgai alat
pengikat. Daun nipah digunakan untuk membuat kajang dan daun rokok.
Kajang ini digunakan untuk atap perahu, atap rumah, sedang buah nipah
dibuat sebagai manisan dan pelepahnya dijadikan keranjang, lampit dan
sebagainya. Purun digunakan untuk membuat alat-alat keperluan rumah
tangga seperti bakul, tikar, kampil dan lain-lain. Kerajinan anyaman
purun ini merupakan mata penceharian tambahan.
0 komentar:
Posting Komentar